Mulut kayla melongo. ‘Apa katanya? Apa papa benar-benar datang?’ Hatinya bingung.Kayla tidak dapat menyembunyikan wajah terkejutnya sebab baik Nora ataupun Carlo tidak pernah menyinggung soal ini bahkan saat di rumah kemarin. Sudah bertahun-tahun tidak pernah mengurusi proyek semacam ini semenjak papanya itu meminta Nora untuk mengambil alih semuanya. Tapi apapun itu dia tidak akan takut lagi dengan mereka.Sama seperti Kayla, Leon sedikit tersentak mendengar nama yang mereka sebut.‘Yuditama? Apa yang dimaksud adalah Kevin Yuditama pemimpin Black Snake?!’ Namun bukan itu saja, dia baru tersadar kalau Kayla bahkan mengatakan sebelum ini bahwa dia adalah bagian dari keluarga Yuditama.Itu artinya salah satu bukti yang menguatkan kalau Kayla memang benar anggota Black Snake!Kayla memutuskan untuk masuk dan menunggu di dekat pos jaga saja. Biarlah mereka semua berbuat sesuka hatinya.Toh, nantinya mereka juga tidak akan bisa berbuat apapun di sini.Wanita itu heran melihat Leon yan
Rio dan Donny pun saling pandang.“A-apa tadi dia bilang … papa?!” ucap pria paruh baya itu terbata.Kevin tetap tenang dengan wajah datarnya yang tanpa ekspresi itu, lalu tangan kanannya terulur. Seolah mengerti, Kayla mendekat dan memeluk papanya dengan sayang.“Kenapa Papa tidak bilang kalau mau datang?” bisik Kayla langsung bertanya untuk mengungkap rasa penasaran di hatinya.Kevin melirik sekilas. “Papa ingin memberikan kejutan untukmu. Ingin melihat apa kamu benar-benar serius kali ini,” jawabnya kalem dan suara pelan.Kayla jadi merasa terbakar dan bertambah semangat mendapatkan dukungan dari papanya. Dia tersenyum lebar dan semakin percaya diri.Namun keadaan lain berbeda, tubuh Donny sampai terhuyung tak mampu berdiri dengan benar melihat itu. Yang lain juga tak percaya Kayla kenal dengan orang penting dan dingin seperti Kevin. Tidak sembarang orang bisa dekat dengan silent killer si penguasa kota.“Wanita itu berani sekali menempel dengan Tuan Yuditama!” celetuk salah satu d
“A-apa?!”Kedua mata Rio terbelalak lebar mendengar itu.Donny dan teman-temannya saling pandang tak percaya. Sementara Sonia melongo dan menggelengkan kepalanya cepat berharap telinganya salah dengar.“Ti-tidak mungkin! Dia itu yatim piatu! Anda jangan terbujuk rayuannya, Tuan!” Rio kembali menyangkal.Kevin melepas tangan Kayla lalu berjalan menghampiri Rio dan membuatnya terkejut.Plaakkk!!!“Lancang sekali kau! Sekali lagi kau bicara omong kosong. Aku akan potong lidahmu!”Kayla bahkan menutup mulutnya dengan kedua tangan tak percaya kalau papanya sendiri yang akan memberi pria itu pelajaran.Sambil memegangi pipi yang memerah serta sudut bibirnya berdarah, dengan susah payah Rio kembali berdiri tegak.‘Tenaganya kuat sekali!’ “Dengar baik-baik! Kayla Zania Yuditama adalah putri tunggalku! Kami memang tidak pernah mengekspos apapun soal keluargaku. Jadi, kalian harus hormat padanya!” jelasnya dengan sorot mata menusuk. “Enyah dari hadapanku!” sambungnya lagi.Anak buahnya dengan
Kayla tidak mau Kevin tahu soal hubungannya dengan Leon sekarang, jadi dia mengajak Nora bicara berdua saja dan ke luar dari ruangan itu.“Apa kamu lihat Leon, Nora?” Kening wanita itu berkerut mendengar pertanyaan Kayla. “Tadi aku lihat dia ada di luar, tapi sekarang tidak tahu, Nona!” jawabnya jujur.Kayla pun panik lalu dengan cepat mengambil ponselnya dalam saku celana untuk menelpon pria itu. “Aduh, sial! Kenapa aku bisa lupa!”Padahal Leon sudah berjanji akan menemaninya sampai peresmian selesai, tapi kenapa malah menghilang. Dia takut pria itu marah atau kecewa karena selama ini menyembunyikan statusnya.Nora memutar bola matanya. “Aku rasa dia kabur setelah melihat Tuan Besar. Seperti biasanya,” ucapnya ketus tanpa peduli Kayla yang mendelik tajam ke arahnya.“Sssttt! Tutup mulutmu!”Kayla bertahan untuk tidak terpengaruh dengan ucapan Nora barusan. Berusaha menepis semua dugaan buruk di kepalanya.Tapi, bisa saja itu benar?Setelah berdering dua kali, barulah panggilannya
Kedua mata Kayla membulat sempurna mendengar seorang pria arogan seperti Rio mengucapkan kata maaf. “A-apa? Apa aku tidak salah dengar?” ucap Kayla dengan tatapan penuh selidik.Sonia memanyunkan bibirnya karena tidak suka dan menganggap kalau mantan istri suaminya ini sedang berlagak di depan mereka.Rio tidak ingin Kayla salah paham dan membuat suasana semakin tidak enak. “Benar, Kayla. Aku dan istriku secara pribadi ingin meminta maaf kepadamu!”Kayla melipat kedua tangannya di depan dada berusaha untuk menahan emosi.“Oh ya? Kenapa aku seperti tidak percaya begitu saja? Apa karena setelah kamu tahu kalau aku adalah anak dari Kevin Yuditama, begitu?”Kata-kata telak dari Kayla menyindir Rio dengan tepat sasaran.Sementara Sonia hanya diam saja karena mau ikut kemari demi mengikuti keinginan suaminya.Siapa tahu Kayla berbaik hati mau memberikan akses ke proyek ini untuk perusahaan papanya.Tapi, sepertinya tidak semudah itu–Kayla tersenyum miring di sudut bibirnya.“Kenapa diam s
Lalu Kayla bangkit dari duduknya dan ingin segera pergi. “Tunggu, Kayla! Aku belum selesai bicara!” Rio ikut berdiri dan mengejarnya.Kayla berbalik dan menatapnya tajam.“Semua sudah selesai. Apa yang kamu mau tidak akan pernah kamu dapatkan! Soal proyek itu juga. Jangan pernah bermimpi!” tegasnya lagi.Baru saja Rio ingin membuka kembali mulutnya, suara melengking milik wanita membuatnya mengurungkan hal itu.“Sayang!”Pria itu menoleh dan melihat istrinya yang berlari ke arahnya.“Sonia? Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya pria itu bingung.Namun bukannya menjawab, Sonia malah balik bertanya.“Apa yang kamu lakukan di sini, Sayang? Untuk apalagi kamu menemuinya?!”Kayla merasa tidak perlu lagi berlama-lama di sana. “Tunggu dulu!”Kayla berbalik dengan wajah masam karena lagi-lagi ditahan. Sonia merasa tidak senang melihat suaminya masih bertemu dengan mantan istrinya itu. Apalagi dengan status Kayla yang sekarang berada di atasnya. Hal itu semakin membuatnya merasa terintimida
Pria itu mencengkram kepalanya dengan erat dan tampak sangat gusar. Lalu kembali mendara ditkan tubuhnya ke kursi dengan kasar.“Bagaimana bisa aku kalah dengan anak kemarin sore!” geramnya dengan wajah masam.Ya, Donny sekarang sedang uring-uringan sendiri karena proposal yang diajukan olehnya untuk proyek baru langsung ditolak mentah-mentah oleh kliennya. Semua karena perusahaannya gagal mendapatkan proyek di area timur yang sekarang dipegang oleh Kayla dan juga karena sikap pria itu yang tidak profesional membuat gosip buruk yang beredar tentangnya semakin memperparah keadaan. “Sialan!!!” Lagi-lagi hanya umpatan yang keluar dari mulutnya. “Kenapa harus mantan istri, Rio? Kenapa wanita itu yang menjadi sainganku?!” ucapnya dengan kedua tangan terkepal erat.Donny bahkan sudah bersusah payah mengajak teman-temannya kemarin untuk memprovokasi Kayla, tapi tetap saja dia kalah. Apalagi setelah tahu kalau wanita itu adalah anak dari orang yang paling berpengaruh di kota ini. “Aku tid
Dengan susah payah lidah Leon mengucapkan pertanyaan itu, meskipun berat dia tetap harus mengatakannya.Tapi bukan soal statusnya yang Kayla pikirkan, tapi tentang leon yang mengatakan kalau papanya adalah orang yang kejam.“Tunggu dulu! Kenapa kamu bisa mengatakan kalau papaku kejam? Kamu bahkan belum mengenalnya!” Kayla berkata sedikit ketus.Leon membuka mulutnya merasa bersalah karena kelepasan. “Ma-maksudku bukan begitu! Aku dengar dia adalah penguasa di kota ini. Jadi, apa yang dikatakannya itu adalah benar? Kamu putrinya?” Leon kembali meralat ucapannya dengan memilih kata yang baik supaya tidak menyinggung perasaan Kayla.Meskipun Leon belum pernah bertemu dengan Kevin, tapi papanya sudah menceritakan semua padanya. Soal siapa, mengapa, dan apa saja yang dilakukan pria itu di kota ini. Tapi lagi-lagi semua itu hanya bisa Leon simpan di dalam pikirannya. Dia tidak mungkin mengatakan hal itu pada Kayla.Kayla tersenyum kecut dan menundukkan kepala. Dia sudah bisa menduga kalau
Kayla merasa pusing dan susah untuk bernapas. Udara di ruangan ini benar-benar buruk membuatnya sesekali terbatuk. Baru saja dia bisa bernapas lega saat kain penutup di kepalanya terbuka, tapi pria itu langsung menutup mulutnya dengan lakban dan memaksanya untuk duduk di kursi besi. Mengikat kedua tangannya ke belakang dan juga kakinya.“Hmmm! Hmmmm!”Hanya gumaman yang tidak jelas keluar dari mulutnya. Tidak ada yang peduli padanya. Penampilannya pun sudah tidak beraturan dengan rambut yang sudah acak-acakan. Keringat mengucur deras dari dahi dan punggungnya. Bahkan sepatunya sudah hilang entah kemana. Terasa sakit dan perih karena telapak kakinya lecet.Mata Kayla memindai sekeliling. Dia yakin kalau sedang disekap di gudang kosong. Tempat ini sepertinya sudah lama ditinggalkan.‘Siapa sebenarnya mereka? Apa mereka musuh yang diam-diam kemari dan dicari Nora?’ Berbagai pertanyaan bermunculan di kepalanya. Apalagi sekarang hanya lima orang yang mengawasinya, dia bisa menebak sisany
Sementara itu di parkiran, Nora heran karena tidak melihat Kayla di dekat mobil mereka.Alis wanita itu berkerut. “Ke mana Nona Kayla? Apa dia pulang duluan?”Marco mengedarkan pandangan ke sekeliling.“Mungkin Nona Kayla naik taksi, Bos.”Nora manggut-manggut paham. “Sepertinya tidak, Marco. Dia pasti dijemput pacarnya. Ya sudah, kita pulang saja!”“Baik, Bos!”Mereka berdua pun masuk ke dalam mobil dan tidak curiga sama sekali. Setelah beberapa menit perasaan Nora jadi tidak enak, apalagi tadi jelas-jelas Kayla akan menunggu mereka selesai bersiap. Rasa cemas mulai menyelimuti wanita itu mengingat kejadian belakangan ini.“Aku telepon saja dulu!” gumamnya pelan.Lalu saat panggilan ke nomor Kayla terhubung setelah itu tiba-tiba terputus. Nora heran lalu menelpon sekali lagi ternyata ponselnya sudah tidak aktif.“Kenapa? Tumben sekali!” ucapnya kesal.Nora tahu ponsel Kayla tidak mungkin kehabisan daya. ‘Apa dia memang bersama kekasihnya?’ Dia pun yakin dengan dugaannya kali ini. K
Kedua mata Jared membola karena terkejut mendengar ucapan Rio barusan. Tapi, setelah itu dia kembali tertawa bahkan lebih keras dari yang tadi. Anak buahnya pun saling pandang tak percaya dengan apa yang pria itu ucapkan. Seolah wajah mereka mengatakan, “Apa pria ini cari mati?”Jared manggut-manggut sambil menyugar rambutnya ke belakang.“Hahaha! Besar sekali nyalimu itu, Bung!” ucapnya lalu meraih gelas dan menghabiskan minumannya.Rio sudah bertekad. Jadi dia tidak akan mundur lagi setelah melangkah sejauh ini.“Aku serius dengan ucapanku, Tuan. Aku ingin dia mati!” ucap Rio dengan penuh penekanan.Jared menyeringai dan itu terlihat seram di mata Rio. Dia bertanya sekali lagi. “Apa kau tidak tahu siapa Nona Kayla?” Rio mengangguk mantap. “Tentu aku tahu siapa dia. Tapi, aku yakin Tuan Jared bisa membantuku. Semua temanku bilang kalau Tuan adalah orang yang tepat untuk melakukan hal itu,” ungkapnya dengan yakin.Jared memegang dagunya dan merasa melayang mendapatkan pujian seperti
“Hahaha!”Kali ini suara tawa Leon benar-benar pecah sampai menggema dan menarik perhatian beberapa pengunjung yang ada di dekat meja mereka.Kening Rio berkerut karena itu.“Apa sebelum datang ke sini kepalamu terbentur? Atau otakmu geser karena dipukuli kemarin?” Leon benar-benar tersentak mendapatkan tawaran seperti itu.Rio mengangguk dengan angkuh. “Aku tidak akan mengulangi kata-kataku. Itu adalah perusahaan yang baru kubangun, sedikit lagi selesai. Kau bisa mengambilnya asalkan pergi dari Kayla!” ucapnya menekan sekali lagi.Memang miliknya bukan perusahaan Donny. Itu adalah bisnisnya sendiri yang dibantu oleh uang Kayla, tapi semenjak mengejar Sonia dia lebih mementingkan jabatan Presdir dan membuat segalanya mandek. Bank swasta yang akan Rio dirikan bahkan belum sepenuhnya selesai karena saat ini semua sertifikat sudah digadai untuk biaya menikah dengan Sonia kemarin. Jadi, kalau Leon mengambilnya maka otomatis semua hutang akan ditanggung oleh pria itu. Itulah rencana licik
Setelah beberapa puluh menit, mobil Rio memasuki parkiran salah satu apartemen mewah. Tekadnya sudah bulat untuk datang kemari. Dia pun bergegas masuk ke apartemen itu dan langsung menuju ke meja resepsionis.“Selamat malam, Pak. Ada yang bisa saya bantu?” sapa gadis itu dengan tersenyum ramah.“Halo! Aku memang butuh bantuanmu, Cantik!”Tak lama setelah itu telepon interkom yang ada di ruang tamu berdering nyaring.“Siapa ya? Baru kali ini aku dengar telepon di kamar ini berbunyi? Apa ada hal penting dari pihak manajemen?” gumam pemuda itu dengan kening berkerut.Dia heran sebab tidak ada memesan makanan atau layanan apapun sebelumnya.Dengan gerakan cepat dia mengangkat gagang telepon itu. “Halo? Siapa ini?”[“Katakan pada Leon, aku tunggu di Cafe Town Coffee di depan apartemennya ini. Sekarang juga!” ucapnya dengan suara dingin.]Mata Gio terbelalak geram. “Siapa kau? Beraninya menyuruh tuanku!”[Rio tersenyum sinis. “Bilang padanya ini soal Kayla!”]Belum sempat pemuda itu menjaw
Di mansion Yuditama …,Pria paruh baya yang masih terlihat gagah dengan tubuh tegapnya sedang menikmati segelas whisky sambil menatap keluar jendela kaca.Pintu ruangannya terbuka lalu suara langkah kaki terdengar mendekat.“Selamat malam, Tuan Besar. Saya ingin melaporkan hal yang Tuan minta,” ucap pemuda itu memecah keheningan.Kevin pun berbalik dan menatap anak buahnya sekilas lalu meneguk minumnya sampai habis dan meletakkan gelas itu ke meja.“Jelaskan!” “Baik, Tuan Besar!” jawabnya cepat.Pemuda itu mengangkat tabletnya dan mulai membaca.“Informasi yang saya dapat, pria itu membeli mobil secara cash, lunas dengan uang tunai. Dia datang kemari dengan temannya atau mungkin juga asistennya. Dia sedang mencari lahan atau tempat yang membutuhkan investor juga konselor bisnis. Semua memakai data temannya itu. Tinggal di apartemen Paradise Hills berseberangan dengan Nona muda, Tuan!” ungkapnya dengan lugas.Kevin manggut-manggut paham.“Begitu ya? Jadi dia bukan orang miskin?” ujarn
Plaakkk!!!Gio memegang pipinya yang ditampar oleh Nora.Tapi, suaranya kok–“Hei! Halo!” Nora melambaikan tangannya di depan wajah pemuda itu.Gio pun tersadar. “Hah? A-apa?!” ucapnya tergagap.Rupanya semua itu tadi hanya khayalan.Nora mencebikkan bibirnya karena kesal.‘Sialan! pria ini malah melamun!’Gio jadi malu dan serba salah. Dia berharap semoga Nora tidak menyadari apa yang ada di pikirannya barusan.“Maaf, Nona. Sepertinya aku terlalu sibuk bekerja jadi tidak fokus,” ucapnya asal.Nora susah payah menahan emosinya.“Jadi, apa kamu mau bengong di sini seharian?” Gio jadi ciut juga karena suaranya terdengar ketus.“Ya, tidak juga. Aku juga butuh ditemani, Nona. Nanti kalau tersesat di rumah sebesar ini bagaimana?”Nora melongo. “Ya sudah! Makanya ikut aku!”Wajah pemuda itu langsung berubah lega dan berbinar bahagia.‘Sial! Merepotkan sekali pria ini! Kenapa aku harus berakhir ciuman dengannya kemarin!’Nora hanya bisa merutuki dirinya sendiri yang terlewat ceroboh.Setela
“Berani sekali kau mengencani putriku?!”Baik Kayla dan Leon sama-sama terkejut saat mendengar suara Kevin yang tiba-tiba menggelegar di ruangan itu. Kedua sejoli itu terpaku. Bahkan Laura sampai memegangi dadanya. Mama Kayla mengerti raut wajah Leon yang tertekan.“Sini, Sayang. Ayo, Nak tampan duduklah di sini!” ajak Laura sambil melambaikan tangannya. Menatap bergantian pada putri dan pria di sampingnya.“Kalian belum kenal, tapi kenapa kamu ramah sekali padanya?!” ujar pria itu ketus.Laura melihat wajah Kevin yang berubah masam lalu dengan cepat dia melotot tajam pada suaminya. Membuat pria itu mendengus.“Ayo, Sayang!”Mereka mendekat bersama lalu Kayla duduk di sebelah mamanya sementara Leon mendudukkan tubuhnya ke sofa tunggal di sebelah kanan papa Kayla.Kevin bahkan sudah menampakkan diri sebagai orang tua yang protektif. Kayla khawatir kalau papanya tahu mereka sudah tidur bersama, Leon pasti akan tinggal nama setelah ke luar dari rumah mereka. Lihat saja duduknya bak kais
Mata Kayla mengerjap beberapa kali seolah masih belum sadar dari rasa terkejutnya.Leon pun menarik tubuh Kayla untuk berdiri menghadapnya. Dia menyelipkan rambut panjangnya ke belakang telinga.“Iya, Honey. Apa kamu mau?” tanya Leon sekali lagi.“Mau!” Kayla mengangguk cepat berkali-kali. “Aku mau, Sayang!” sambungnya lagi.Dia memeluk Leon dengan perasaan senang yang membuncah. Ini sangat berbeda saat Rio memintanya menikah, seolah ini adalah lamaran pertama di hidupnya. Pria ini begitu romantis dan lembut dalam berkata-kata. Sikapnya yang gentle sebagai seorang pria tentu meluluhkan kerasnya dinding yang sempat Kayla bangun.Leon melerai pelukan mereka dan menatapnya dengan tatapan penuh kasih sayang, namun terdapat kegelisahan di sana.“Tapi, hal itu masih lama untuk bisa terwujud. Tidak apa-apa 'kan?”Kening Kayla langsung berkerut heran. “Apa maksudmu?”Helaan napas kasar terdengar. “Aku masih belum mapan, Kayla. Aku malu kalau bertemu papamu nanti. Belum ada yang bisa kubanggak