Sekarang Kayla sedikit shock. Hanya bisa berharap Leon tidak mendengar apa yang dikatakan pria di depannya ini. Belum saatnya tahu soal keluarganya.“Pak Dion, tolong pelankan suaramu! Jangan sebut soal keluargaku lagi!” desisnya dengan melotot tajam.Pria bernama Dion itu mengikuti arah pandang Kayla ke sofa. Di sana Leon sedang duduk manis sambil bermain ponsel, sesekali menatap mereka.“O-oh, maafkan saya, Nona!” ucapnya tidak enak. “Apa dia kekasih, Nona?” Kayla menghela napas kasar. “Bukan urusanmu! Kembalilah ke dalam!” jawab Kayla ketus sambil mengibaskan tangannya. Mengusir pria itu supaya keadaan kembali aman.“Ba-baik, Nona. Saya permisi!”Tanpa banyak bicara lagi, Dion langsung berlalu pergi. Tidak ingin mencari masalah dengan wanita seperti Kayla, demi keselamatan semua orang di butik ini.Setelah pria itu hilang dari pandangan, barulah Kayla bernapas lega. “Ada apa, Kayla?” Leon berjalan mendekat.“Ti-tidak apa-apa, Leon. Dia cuma salah orang. Aku juga tidak mengenalnya
Kayla menoleh ke arah Leon dan berbisik pelan di telinganya. “Dia papa dari wanita gatal itu!” Leon pun tersenyum dan manggut-manggut paham. Pantas kalau pria ini tiba-tiba datang dengan wajah garang.Donny berkacak pinggang dan menatap Kayla dan juga Leon bergantian. “Bahkan kamu sudah menggandeng seorang pria kemari! Benar-benar tidak tahu malu!” ucapnya lagi.Kayla tersenyum dan maju satu langkah. “Pak, seharusnya Anda bercermin dulu sebelum menceramahiku. Lebih baik kamu nasehati dulu putrimu itu! Bukankah kamu sendiri tahu, kalau dia yang sudah menggoda mantan suamiku?” balas Kayla penuh penekanan di kata suami.Mendengar itu wajah Donny yang tadinya marah karena emosi sekarang menambah memerah karena malu. Dia pun melihat sekeliling, khawatir kalau ada orang lain yang mendengar ucapan Kayla baruan. “Tutup mulutmu itu! Lebih baik kamu cepat pergi dari sini! Kamu tidak pernah diharapkan berada di pesta ini!” hardiknya sambil mengarah ke pintu ballroom.Kayla melipat kedua tanga
Sonia melirik Rio yang terpaku menatap Kayla. Dia tidak terima diabaikan oleh suaminya karena wanita lain.“Sayang! Ada apa denganmu? Cepat usir dia!” bisiknya sekali lagi dengan geram.Rio pun tersadar dan menoleh ke arah Sonia yang sudah memasang wajah cemberut.“I-iya, Sayang!” jawabnya gugup.Pria itu kembali beralih pada Kayla dan juga Leon.“Berani sekali kalian muncul di sini? Merasa tebal muka!” cecarnya dengan tatapan sinis.Kayla hanya tersenyum sama sekali tidak terganggu dengan semua perkataan mereka. “Akhirnya kamu berhasil mendapatkan apa yang keluargamu mau. Istri kaya dan bisa diandalkan, sekali lagi selamat ya! Semoga kamu tidak menyesal!” ujarnya tenang.Dia juga beralih menatap Sonia. “Selamat, sudah sah menjadi Nyonya Sanjaya!”Rio terdiam dan mengatupkan mulutnya. Leon tak suka pria itu menatap Kayla seperti itu. Dia langsung merapikan rambut Kayla supaya menutupi depan dadanya. Tidak rela kalau bagian mulus itu terlihat. Kayla pun merespon tindakan Leon dengan
Kayla berhasil membuatnya tidak berkutik.Semua itu fakta!“Oh, satu hal lagi! Kami bahkan belum lama bercerai, tapi kalian sudah menikah. Sekarang terbuktikan, siapa sebenarnya wanita yang gatal!” sambung Kayla lagi dengan penuh penekanan sambil mengangkat tangannya membuat tanda dengan tangan menggaruk. Sekuat tenaga Sonia menahan emosinya untuk tidak berteriak. Bisa tambah rusak imagenya. Bibirnya bergetar dengan kedua tangan mengepal erat meremas gaun yang dipegangnya.Kayla merasa belum puas membalas, lalu kembali melanjutkan ucapannya.“Aku sudah mengirimkan kado ke kamarmu. Kamu suka lingerie ‘kan? Aku tahu saat memergoki kalian waktu itu di kamar kami!” ucapnya sambil memainkan kuku tangannya. “Aku beli banyak warna dan juga lebih seksi. Nanti pakai ya untuk melayani suamimu!”Setelah puas mengatakan semua rasa sakit yang ada di hatinya, Kayla pun berbalik pergi meninggalkan Sonia yang terpaku di tempatnya dengan napas yang turun naik menahan malu sekaligus amarah.Leon juga
Dia melirik Kayla dan Nora sekilas, membuat jantungnya berdegup kencang. Leon sebisa mungkin bersikap biasa saja karena sedang diperhatikan oleh Nora.[“Maaf, Tuan. Aku benar-benar panik! Maaf, aku terlambat!” akunya menyesal.]Leon menggeleng lalu memejamkan mata sejenak.“Cepat pergi dari sini, Gio! Pulanglah dan bawa semua anggota dari sini!” putusnya setelah berpikir cepat.[“Tapi, Tuan! Ki-”]“Ini bukan waktu terbaik kita karena ada banyak anggota mereka di sini! Ikuti perintahku sekarang!” desisnya dengan penuh penekanan.[“Baik, Tuan!”]Mau tidak mau Gio pun menuruti kemauan tuannya.Leon pun mematikan panggilan dan langsung mensilentkan ponselnya.Lelaki itu menarik napas dalam-dalam untuk membuang berbagai pikiran buruk. Semua informasi tentang Kayla dan Nora yang diketahuinya bersamaan tentu mengguncang pendiriannya. Kenapa harus Kayla?Apa Nora adalah saudara angkat yang dimaksud Kayla?Apa mereka memang sedekat itu ?Apa dia yang mengajak Kayla ikut kelompok mereka?Memik
Sedetik itu juga Nora terserang panik yang luar biasa. Dia belum pernah merasa setakut ini sebelumnya. Hal sekecil apapun patut dicurigai.Musuh!Ada musuh di wilayah Black Snake!Sekarang Nora yakin kalau situasi di wilayah mereka sudah tidak aman seperti dulu.Nora dengan cepat mengambil ponsel di dalam tasnya dan menelpon anak buahnya. “Ikuti pria yang sedang berjalan keluar dari pintu ballroom! Dia memakai kemeja berwarna biru dengan jas hitam. Rambutnya belah pinggir dan memakai jam tangan! Apa kamu melihatnya?” ucapnya cepat dengan napas tak beraturan.[“ Iya sudah, Bos!” jawabnya yakin.]“Cepat ikuti dan tangkap dia! Jangan sampai dia meloloskan diri! Setelah itu bawa dia ke markas!”[“Baik, Bos!”]Setelah memberikan perintah. Kali ini Nora harus melakukan hal penting terlebih dahulu yaitu mencari Kayla.Nora merasa kecolongan!Seharusnya dari awal dia tidak mengikuti keinginan Kayla untuk mengumpulkan anggota Black Snake di pesta ini.Awalnya semua berjalan lancar, tapi karen
Gio hanya bisa mengumpat kesal. Bukannya ingin ikut campur urusan pribadi dan privasi tuannya, tapi keadaan sedang genting sekarang.Tadi sebelum pulang, salah satu anak buah mereka kehilangan anggota satu orang. Dan setahu Gio, pria itu ditugaskan untuk mengikuti Nora.Rekannya yakin dia sudah tertangkap oleh orang Black Snake. Mereka semua pergi menyelamatkan diri setelah mendapat kabar dari Gio untuk segera pergi dari sana karena tahu pria itu ketahuan sempat beradu pandang dengan Nora.“Aku tidak bisa pergi ke mana pun sekarang! Sial!” ucapnya sambil mengusap wajahnya kasar.Dia berjalan mondar-mandir mencoba menghalau semua rasa gelisah yang ada di benaknya.“Tapi setidaknya Tuan sudah aman karena sedang bersama Nona Kayla. Mereka tidak mungkin bisa pergi ke sana,” gumamnya sambil mengangguk yakin. Itu lebih penting dari apapun.Di sebuah gudang kosong ….Nora sudah mengganti gaun pestanya dengan baju yang lebih santai. Dia berjalan cepat menuju sudut ruangan. Terdapat lampu ga
Kayla ke luar dari kamar mandi dan melihat Leon yang sudah berpakaian lengkap. Lelaki itu terlihat mengancingkan lengan kemejanya.“Loh, kamu tidak mau mandi dulu?” tanya Kayla heran.Leon tersenyum tipis. “Aku ada urusan penting dengan Gio. Aku lupa soal itu, maaf ya?”Kayla bingung harus merespon apa.‘Apa dia benar-benar marah?’ Hatinya takut lagi.Dia memeluk tubuh Leon dari belakang masih memakai bathrobe.“Jangan pergi, Leon!” pintanya dengan penuh harap.Leon memejamkan mata sejenak lalu berbalik.“Aku pulang sebentar dulu, Kayla. Nanti kalau sudah selesai aku akan kemari lagi,” jawabnya santai.Namun suara Leon terdengar datar dan dingin di telinga Kayla.“Apa aku melakukannya kesalahan? Tadi itu aku cuma bercanda kok!” ucapnya dengan nada manja.Lelaki itu tersenyum dan menyelipkan rambut panjangnya ke belakang telinga.“Apartemenku di depan, Kayla. Tidak butuh waktu lama untuk kemari,” jelasnya memberi pengertian. “Istirahatlah dan jangan pergi sendirian! Oke? Aku akan hubun
Kayla merasa pusing dan susah untuk bernapas. Udara di ruangan ini benar-benar buruk membuatnya sesekali terbatuk. Baru saja dia bisa bernapas lega saat kain penutup di kepalanya terbuka, tapi pria itu langsung menutup mulutnya dengan lakban dan memaksanya untuk duduk di kursi besi. Mengikat kedua tangannya ke belakang dan juga kakinya.“Hmmm! Hmmmm!”Hanya gumaman yang tidak jelas keluar dari mulutnya. Tidak ada yang peduli padanya. Penampilannya pun sudah tidak beraturan dengan rambut yang sudah acak-acakan. Keringat mengucur deras dari dahi dan punggungnya. Bahkan sepatunya sudah hilang entah kemana. Terasa sakit dan perih karena telapak kakinya lecet.Mata Kayla memindai sekeliling. Dia yakin kalau sedang disekap di gudang kosong. Tempat ini sepertinya sudah lama ditinggalkan.‘Siapa sebenarnya mereka? Apa mereka musuh yang diam-diam kemari dan dicari Nora?’ Berbagai pertanyaan bermunculan di kepalanya. Apalagi sekarang hanya lima orang yang mengawasinya, dia bisa menebak sisany
Sementara itu di parkiran, Nora heran karena tidak melihat Kayla di dekat mobil mereka.Alis wanita itu berkerut. “Ke mana Nona Kayla? Apa dia pulang duluan?”Marco mengedarkan pandangan ke sekeliling.“Mungkin Nona Kayla naik taksi, Bos.”Nora manggut-manggut paham. “Sepertinya tidak, Marco. Dia pasti dijemput pacarnya. Ya sudah, kita pulang saja!”“Baik, Bos!”Mereka berdua pun masuk ke dalam mobil dan tidak curiga sama sekali. Setelah beberapa menit perasaan Nora jadi tidak enak, apalagi tadi jelas-jelas Kayla akan menunggu mereka selesai bersiap. Rasa cemas mulai menyelimuti wanita itu mengingat kejadian belakangan ini.“Aku telepon saja dulu!” gumamnya pelan.Lalu saat panggilan ke nomor Kayla terhubung setelah itu tiba-tiba terputus. Nora heran lalu menelpon sekali lagi ternyata ponselnya sudah tidak aktif.“Kenapa? Tumben sekali!” ucapnya kesal.Nora tahu ponsel Kayla tidak mungkin kehabisan daya. ‘Apa dia memang bersama kekasihnya?’ Dia pun yakin dengan dugaannya kali ini. K
Kedua mata Jared membola karena terkejut mendengar ucapan Rio barusan. Tapi, setelah itu dia kembali tertawa bahkan lebih keras dari yang tadi. Anak buahnya pun saling pandang tak percaya dengan apa yang pria itu ucapkan. Seolah wajah mereka mengatakan, “Apa pria ini cari mati?”Jared manggut-manggut sambil menyugar rambutnya ke belakang.“Hahaha! Besar sekali nyalimu itu, Bung!” ucapnya lalu meraih gelas dan menghabiskan minumannya.Rio sudah bertekad. Jadi dia tidak akan mundur lagi setelah melangkah sejauh ini.“Aku serius dengan ucapanku, Tuan. Aku ingin dia mati!” ucap Rio dengan penuh penekanan.Jared menyeringai dan itu terlihat seram di mata Rio. Dia bertanya sekali lagi. “Apa kau tidak tahu siapa Nona Kayla?” Rio mengangguk mantap. “Tentu aku tahu siapa dia. Tapi, aku yakin Tuan Jared bisa membantuku. Semua temanku bilang kalau Tuan adalah orang yang tepat untuk melakukan hal itu,” ungkapnya dengan yakin.Jared memegang dagunya dan merasa melayang mendapatkan pujian seperti
“Hahaha!”Kali ini suara tawa Leon benar-benar pecah sampai menggema dan menarik perhatian beberapa pengunjung yang ada di dekat meja mereka.Kening Rio berkerut karena itu.“Apa sebelum datang ke sini kepalamu terbentur? Atau otakmu geser karena dipukuli kemarin?” Leon benar-benar tersentak mendapatkan tawaran seperti itu.Rio mengangguk dengan angkuh. “Aku tidak akan mengulangi kata-kataku. Itu adalah perusahaan yang baru kubangun, sedikit lagi selesai. Kau bisa mengambilnya asalkan pergi dari Kayla!” ucapnya menekan sekali lagi.Memang miliknya bukan perusahaan Donny. Itu adalah bisnisnya sendiri yang dibantu oleh uang Kayla, tapi semenjak mengejar Sonia dia lebih mementingkan jabatan Presdir dan membuat segalanya mandek. Bank swasta yang akan Rio dirikan bahkan belum sepenuhnya selesai karena saat ini semua sertifikat sudah digadai untuk biaya menikah dengan Sonia kemarin. Jadi, kalau Leon mengambilnya maka otomatis semua hutang akan ditanggung oleh pria itu. Itulah rencana licik
Setelah beberapa puluh menit, mobil Rio memasuki parkiran salah satu apartemen mewah. Tekadnya sudah bulat untuk datang kemari. Dia pun bergegas masuk ke apartemen itu dan langsung menuju ke meja resepsionis.“Selamat malam, Pak. Ada yang bisa saya bantu?” sapa gadis itu dengan tersenyum ramah.“Halo! Aku memang butuh bantuanmu, Cantik!”Tak lama setelah itu telepon interkom yang ada di ruang tamu berdering nyaring.“Siapa ya? Baru kali ini aku dengar telepon di kamar ini berbunyi? Apa ada hal penting dari pihak manajemen?” gumam pemuda itu dengan kening berkerut.Dia heran sebab tidak ada memesan makanan atau layanan apapun sebelumnya.Dengan gerakan cepat dia mengangkat gagang telepon itu. “Halo? Siapa ini?”[“Katakan pada Leon, aku tunggu di Cafe Town Coffee di depan apartemennya ini. Sekarang juga!” ucapnya dengan suara dingin.]Mata Gio terbelalak geram. “Siapa kau? Beraninya menyuruh tuanku!”[Rio tersenyum sinis. “Bilang padanya ini soal Kayla!”]Belum sempat pemuda itu menjaw
Di mansion Yuditama …,Pria paruh baya yang masih terlihat gagah dengan tubuh tegapnya sedang menikmati segelas whisky sambil menatap keluar jendela kaca.Pintu ruangannya terbuka lalu suara langkah kaki terdengar mendekat.“Selamat malam, Tuan Besar. Saya ingin melaporkan hal yang Tuan minta,” ucap pemuda itu memecah keheningan.Kevin pun berbalik dan menatap anak buahnya sekilas lalu meneguk minumnya sampai habis dan meletakkan gelas itu ke meja.“Jelaskan!” “Baik, Tuan Besar!” jawabnya cepat.Pemuda itu mengangkat tabletnya dan mulai membaca.“Informasi yang saya dapat, pria itu membeli mobil secara cash, lunas dengan uang tunai. Dia datang kemari dengan temannya atau mungkin juga asistennya. Dia sedang mencari lahan atau tempat yang membutuhkan investor juga konselor bisnis. Semua memakai data temannya itu. Tinggal di apartemen Paradise Hills berseberangan dengan Nona muda, Tuan!” ungkapnya dengan lugas.Kevin manggut-manggut paham.“Begitu ya? Jadi dia bukan orang miskin?” ujarn
Plaakkk!!!Gio memegang pipinya yang ditampar oleh Nora.Tapi, suaranya kok–“Hei! Halo!” Nora melambaikan tangannya di depan wajah pemuda itu.Gio pun tersadar. “Hah? A-apa?!” ucapnya tergagap.Rupanya semua itu tadi hanya khayalan.Nora mencebikkan bibirnya karena kesal.‘Sialan! pria ini malah melamun!’Gio jadi malu dan serba salah. Dia berharap semoga Nora tidak menyadari apa yang ada di pikirannya barusan.“Maaf, Nona. Sepertinya aku terlalu sibuk bekerja jadi tidak fokus,” ucapnya asal.Nora susah payah menahan emosinya.“Jadi, apa kamu mau bengong di sini seharian?” Gio jadi ciut juga karena suaranya terdengar ketus.“Ya, tidak juga. Aku juga butuh ditemani, Nona. Nanti kalau tersesat di rumah sebesar ini bagaimana?”Nora melongo. “Ya sudah! Makanya ikut aku!”Wajah pemuda itu langsung berubah lega dan berbinar bahagia.‘Sial! Merepotkan sekali pria ini! Kenapa aku harus berakhir ciuman dengannya kemarin!’Nora hanya bisa merutuki dirinya sendiri yang terlewat ceroboh.Setela
“Berani sekali kau mengencani putriku?!”Baik Kayla dan Leon sama-sama terkejut saat mendengar suara Kevin yang tiba-tiba menggelegar di ruangan itu. Kedua sejoli itu terpaku. Bahkan Laura sampai memegangi dadanya. Mama Kayla mengerti raut wajah Leon yang tertekan.“Sini, Sayang. Ayo, Nak tampan duduklah di sini!” ajak Laura sambil melambaikan tangannya. Menatap bergantian pada putri dan pria di sampingnya.“Kalian belum kenal, tapi kenapa kamu ramah sekali padanya?!” ujar pria itu ketus.Laura melihat wajah Kevin yang berubah masam lalu dengan cepat dia melotot tajam pada suaminya. Membuat pria itu mendengus.“Ayo, Sayang!”Mereka mendekat bersama lalu Kayla duduk di sebelah mamanya sementara Leon mendudukkan tubuhnya ke sofa tunggal di sebelah kanan papa Kayla.Kevin bahkan sudah menampakkan diri sebagai orang tua yang protektif. Kayla khawatir kalau papanya tahu mereka sudah tidur bersama, Leon pasti akan tinggal nama setelah ke luar dari rumah mereka. Lihat saja duduknya bak kais
Mata Kayla mengerjap beberapa kali seolah masih belum sadar dari rasa terkejutnya.Leon pun menarik tubuh Kayla untuk berdiri menghadapnya. Dia menyelipkan rambut panjangnya ke belakang telinga.“Iya, Honey. Apa kamu mau?” tanya Leon sekali lagi.“Mau!” Kayla mengangguk cepat berkali-kali. “Aku mau, Sayang!” sambungnya lagi.Dia memeluk Leon dengan perasaan senang yang membuncah. Ini sangat berbeda saat Rio memintanya menikah, seolah ini adalah lamaran pertama di hidupnya. Pria ini begitu romantis dan lembut dalam berkata-kata. Sikapnya yang gentle sebagai seorang pria tentu meluluhkan kerasnya dinding yang sempat Kayla bangun.Leon melerai pelukan mereka dan menatapnya dengan tatapan penuh kasih sayang, namun terdapat kegelisahan di sana.“Tapi, hal itu masih lama untuk bisa terwujud. Tidak apa-apa 'kan?”Kening Kayla langsung berkerut heran. “Apa maksudmu?”Helaan napas kasar terdengar. “Aku masih belum mapan, Kayla. Aku malu kalau bertemu papamu nanti. Belum ada yang bisa kubanggak