Bianca menahan napasnya karena terkejut.
“Maaf,” ucapnya segera menyesal dan malu. Bianca segera menarik diri dan menunduk dengan resah.
Pria itu terasa mau meledak, namun wanita yang membuatnya merasakan semua itu malah merajuk di hadapannya. Kimono Bianca yang dengan susah payah Noel tutup tadi, kembali terbuka dan memperlihatkan keindahannya. Bagaimanapun, Noel tetap pria normal, ini adalah siksaan yang sangat berat.
“A-aku akan minta agar pelayan untuk me- menyiapkan sarapan,” desah wanita itu sambil menggeser tubuhnya untuk turun dari tempat tidur. Noel menggertakkan dirinya karena sebenarnya dia juga tak mau wanita itu pergi. Dirinya seakan terbelah akan keinginan tubuhnya dengan apa yang otaknya pikirkan.
&
Sepanjang berjalan ke arah ruangan Emily, Noah tak ada hentinya mengomentari apa pun yang ada di kastil tempat kakaknya tinggal. Walau semua yang dia komentari tak penting tapi Emily merasa jadi lebih tenang karena setidaknya pria itu sudah tak ketus lagi padanya“Menurutmu desain tangganya bagaimana? Kolamnya juga … ck, heran selera ibu tua itu membosankan sekali! Terlalu kuno,” ucap pria itu sambil menaiki tangga mengikuti langkah Emily. “Maksudku, bolehlah menjaga keaslian desain kastil yang ratusan tahun, tapi pasang lift boleh juga kalau kita naik ke lantai tiga.” Pria itu mengomel saat Emily naik lagi ke anak tangga menuju lantai tiga. “Sebenarnya ruanganku di lantai empat.” Emily hampir tertawa saat melihat wajah terkejut Noah. “Hah! Lalu… kamu harus naik tangga setiap hari 4 lantai ini setiap hari?” tanya Noah dengan tidak terima. “Anggap olahraga, biar aku nggak makin gendut,” kekeh Emily sambil menaiki anak tangga dengan lincah. “Kamu sama sekali nggak gendut. Sama s
“Kamu nggak mencintai dia,” balas Noah dengan penuh percaya diri. “Pria itu tak pantas untuk menjadi suamimu,” lanjut Noah sambil menyentuh dagu Emily dengan lembut. “Hmm, kamu tau dari mana?” desah Emily tak bisa berkonsentrasi saat pria itu menundukkan wajahnya sehingga kini wajah mereka sejajar.“Karena kalau kamu mencintainya, kamu tak akan menciumku,” desah Noah sambil segera menyambar bibir wanita itu dengan rakus. Emily menutup matanya dan membiarkan pria itu menciumnya dengan penuh gairah. Wanita itu membalas semua ciuman Noah dengan seluruh hasrat. Tubuhnya seakan meleleh dalam dekapan pria itu.“Oh Noah,” erang Emily saat pria itu mulai menyesap cerukan lehernya yang jelas- jelas akan meninggalkan tanda. “Hmm, kamu masih manis seperti ingatanku,” geram pria itu dengan suara dipenuhi hasrat. “Kalau kamu mencintai orang jelek itu, dadamu nggak akan berdebar seperti ini sekarang,” ujar Noah sambil meletakkan telapak tangannya pas dia atas gumpalan kenyal milik Emily. Wanita
Percintaan mereka begitu hebat, sampai seluruh tulang Emily seakan hilang semua. Kini Emily hanya bisa berbaring di samping tubuh kekar Noah yang masih saja mengelus dan mengecup pundaknya dengan mesra, padahal mereka sudah menyelesaikan ronde ke dua. “Aku rasanya nggak sanggup, kamu dah gila, yang tadi …ampun Noah,” erang Emily saat jemari Noah kembali mencangkup salah satu gumpalannya dan memainkan puncaknya dengan ujung jarinya.“Noah! Nanti dulu, aku butuh bernapas …” erang Emily sambil menepis jemari Noah karena sentuhan itu begitu sensual sehingga gairah Emily bangkit kembali. Pria itu tertawa dan malah segera mencium cerukan leher Emily lagi dengan penuh kepemilikan. Wanita itu ikut tertawa sekaligus mendesah karena kebersamaan yang sangat menghangatkan hatinya itu. “Aku juga butuh istirahat, santai aja, hanya saja, sepertinya kalau sama kamu, istirahatku hanya sebentar,” bisik pria itu sambil menggigit cuping telinga Emily sampai wanita itu terkikik geli.“Ish!” ujar wanita
Noel menatap istrinya saat wanita itu melenggang masuk ke kamar mandi mereka. Harusnya dia keluar dari kamar dan menuju ruang makan untuk sarapan, tapi anehnya kakinya malah ikut masuk ke kamar mandi mengikuti Bianca.Wanita itu membulatkan matanya karena terkejut melihat kehadiran suaminya. “Kamu mau buang air?” tanyanya dengan polos. Seketika Noel merasa sangat gemas dengan istrinya itu. Dia tidak mau buang apapun selain hasrat yang membuatnya gila. Tadi malam sudah, pagi ini pun sudah, tapi kini membayangkan Bianca mandi, tiba- tiba Noel jadi kehilangan kendalinya.“Nggak,” jawab Noel sambil terus menatap wanita itu. Bianca yang baru melepaskan kimononya menatap Noel dengan bingung. “Aku mau mandi,” desah wanita itu dengan malu.“Iya aku tahu,” jawab Noel dengan suara berat.“Umm … kamu mau apa?” tanya Bianca akhirnya dengan suara serak karena merasa panas sendiri dengan tatapan suaminya.“Kamu,” erang Noel dalam hati. “Nggak … aku cuma mau bilang, kalau kamu mau jalan- jalan na
Entah kenapa menatap bola mata Emily dan menyadari kalau wanita itu memikirkan pria lain membuat Noah sangat marah. Mungkin bukan hanya karena memikirkan pria lain, tapi pria itu, Noel Klein. Seumur hidupnya, Noah selalu merasa dibandingkan dengan kakak tirinya itu, dan dari kecil Noah selalu berusaha mengalahkannya. Noel bisa main piano, Noah juga berusaha keras memainkan benda hitam besar itu, walau dia selalu lebih menyukai celo. Alat musik itu seperti mengerti dirinya, tidak seperti piano keahlian Noel. Saat Noel tak bisa melukis, Noah segera melukis, dan menyukai kegiatan itu. Melukis seakan memberikan ketenangan yang Noah tak pernah dapatkan, sekaligus sekali lagi mengalahkan kakaknya. Namun, tetap saja Noah kalah dari kakaknya, papanya tak pernah peduli dengan segala macam keberhasilan yang Noah lakukan. Pria itu tak pernah datang ke satu pun resital piano atau celonya, padahal dia jadi pemain kehormatan. Atau, saat Noah melakukan pamerannya, dia bahkan mendapat pujian dari
“Ada apa?” tanya Karen dengan jantung berdebar kencang. Setelah semua yang mereka lewati, banyak sikap Leon yang tetap misteri bagi Karen. Pria itu kadang memiliki pikiran yang sama sekali tak ada bayangan dalam benak Karen. Seperti sekarang ini, entah apa yang pria itu pikirkan. Mereka baru saja menghabiskan waktu dengan panas tadi, tapi tiba- tiba dia menarik diri dan menatap Karen dengan serius. Andai kemarin dia tak penasaran dan mengikuti menantunya ke kamar perawatan rumah sakit. Lagipula untuk apa dia melihat asisten Noel yang sakit, tak ada gunanya. Awalnya Karen hanya ingin terlihat perhatian di hadapan suaminya, tapi mereka malah bertemu dengan anak haram itu!Sekilas sakit hati Karen muncul lagi. Melihat anak itu seakan melihat bukti dari pengkhianatan suaminya dulu. Karen ingat malam-malam di saat masa mudanya, dia menangisi suaminya yang berselingkuh sampai menghasilkan bayi laki- laki itu.Malam- malam kesepian itu seperti waktu yang tak bisa diputar kembali. Karen te
“Kay, aku sudah bilang hanya kamu dan selalu kamu.” Leon berkata dengan tegas. Pria itu menatap istrinya dengan sungguh- sungguh. “Aku sangat menyesal, malam itu adalah malam yang aku paling ingin hapus dalam hidupku. Kalau bisa aku mengulanginya Karen, aku tak akan membiarkan wanita itu masuk dalam hidup kita, aku menyesal, aku sungguh menyesal,” isak Leon dengan suara bergetar. “Sama sekali tak ada perasaan?” tanya Karen dengan gugup, hatinya terasa tak sanggup menerima semua ini. Wanita itu merasa ingin meledak.“Kasihan awalnya … dan akhirnya aku jadi membencinya. Wanita itu licik dan mengunakan semua cara untuk … hmph semua itu masa lalu, apa pun yang aku katakan tak akan mengubah semuanya, dan kini ada Noah … bagaimanapun, dia tetap anakku, Kay,” erang Leon sambil meletakkan dagunya di pundak istrinya dengan nyaman.“Aku benci anak itu,” erang Karen tapi kali ini tanpa ada nada kebencian, melainkan kesedihan.“Aku tahu meminta maaf tak bisa membuat perubahan, tapi kini anak itu
Emily mendengus saat mendengar kecurigaan Noah lagi. Memang Noah selalu cemburu dengan Noel, pria itu terlalu sensitif setiap mendengar nama kakaknya disebut. “Dia seperti kakak, sedangkan Andi bagaikan,-““Andi nggak penting,” ujar Noah sambil menepiskan tangannya. Emily mendesah karena pria itu begitu percaya diri di satu sisi, tapi begitu sensitif di sisi lain. “Kadang aku heran dengan kepercayaan dirimu itu,” dengus Emily sambil mengambil sisir rambut dan mulai menyisir rambut coklatnya yang tebal. Noah menatap kekasih hatinya itu dengan sebal. Memangnya ada apa dengan kepercayaan dirinya?“Aku nggak ada masalah dengan kepercayaan diriku,” gumam pria itu sambil terus memperhatikan Emily menyikat rambutnya, sekilas pria itu dapat melihat ada bekas kemerahan di dekat tengkuk wanita itu. Bekas kemerahan itu membuat Noah tersenyum tipis. Setidaknya kali ini wanita itu memang menginginkan penyatuan mereka, tidak kaget dan mengelak seperti kemarin.“Ada kalau sebut nama Noel pasti bu
Kevin benar- benar habis akal. Bagaimana bisa tiba- tiba keluarga Kelly mengetahui kalau keluarganya sedang diambang kebangkrutan. Semalam ayah Kelly memanggilnya dan bertanya banyak tentang bisnis fiktifnya. Walau gaya dari ayah Kelly itu seperti menelan bulat- bulat bualannya, tapi entah kenapa Kevin merasa tak yakin. Pria itu memandangnya dengan tatapan aneh.Lagi pula ada satu pria lagi yang harus dia pikirkan sekarang. Luuk Jaager. Entah kenapa pria itu kini terus mengawasinya juga. Hutang yang tadi dia pikir tak seberapa untuk Luuk, kini terasa sangat besar. Luuk meminta uangnya kembali sedangkan Kevin tak memiliki apapun sekarang kecuali nama keluarganya.“SIALAN!” maki Kevin sambil mau membanting handphonenya ke lantai, tapi tak jadi karena kalau sampai handphone itu rusak, Kevin tak memiliki uang untuk membeli handphone lagi. Akhirnya pria itu hanya bisa membanting tubuhnya ke sofa sambil kembali memaki.Pria itu meraih handphone dan melihat nama Bianca lalu menekannya. Seper
Pagi itu mereka bergulat dengan penuh gairah, seakan menumpahkan hasrat yang tertahan selama berbulan-bulan dalam satu hari. Noel hanya beristirahat sebentar sambil mengelus tubuh istrinya dengan mesra, mengagumi setiap sentinya dengan penuh perhatian. Jantung Bianca berdebar dengan kencang. Sejujurnya semua ini rasanya seperti mimpi saja. Dia terbangun dan ada Noel pun rasanya sudah seperti imajinasinya menjadi kenyataan. Tapi, kali ini pria itu bahkan memandangnya dengan penuh pemujaan sehingga hati Bianca seakan mau meledak rasanya. Saat pria itu bangkit, Bianca mengira kalau Noel akan pergi seperti biasa, tapi siapa sangka pria itu kembali mencumbu dan menyatu lagi dengannya sampai tiga kali di pagi itu.“Maaf, kamu pasti lelah ya,” erang pria itu dengan terengah-engah saat mencapai puncaknya lagi di atas tubuh istrinya. Wajah Bianca yang putih seperti keramik kini memerah setelah percintaan terakhir mereka. Dengan perlahan wanita itu tersenyum manja lalu menggeleng. “Nggak,”
Kenyang dan juga tidak tidur semalaman, Bianca sebenarnya sangat lelah. Sehingga saat merasakan kehangatan yang diberikan oleh suaminya, wanita itu seakan pesawat yang sudah tinggal landas. Apalagi saat Noel mulai mengusap rambutnya dengan lembut, bibirnya merayap di sekujur wajah dan lehernya. Hangat, nyaman dan kenyang, Bianca menutup mata dengan nyaman. Kedua tangannya merangkul pria yang sangat dia cintai. Namun sayangnya karena ini terlalu nyaman, wanita itu benar- benar tinggal landas dan tertidur pulas. Noel menghentikan ciumannya saat mendengar dengkuran wanita itu.“Cih … serius ciumanku segitu membosankannya sampai dia tertidur?” pikir Noel dengan tersinggung sambil terus mencoba mencium cerukan leher istrinya. Bibir wanita itu bergerak-gerak seakan membalas ciuman Noel, tapi matanya tetap terpejam dan dengkurannya terus terdengar rata.“Bian?” desah Noel berbisik di telinga istrinya lalu mengecupnya dengan mesra hal yang biasanya membuat Bianca mengerang nikmat kali ini h
Bagaikan mimpinya berlanjut, bibir Noel menguasai dirinya, ciuman yang panas dan penuh gairah membuat Bianca lupa mau bicara apa tadi. Dia hanya ingin pria itu tetap bersamanya, dan ternyata pria itu memang tak mau pergi. Tangannya kini berjalan perlahan, menyentuh bagian tubuh tersensitif Bianca. Sentuhan yang sangat Bianca rindukan. Separuh tubuh jiwa Bianca yang haus kini seakan melayang, jemari itu menguasai Bianca sehingga wanita itu berserah sepenuhnya. Lalu seakan tersadar pria itu terdiam dan menarik dirinya. “Jangan pergi…” pekik Bianca meratap segera menangkap dan memeluk suaminya dengan seerat dia bisa.Noel terkesiap kaget saat merasakan tubuh hangat Bianca dalam dekapannya. Segera otaknya menyuruh tangan melepaskan dekapan itu. Sudah gila dia mencium wanita itu? Wanita yang sudah berkhianat dan bersama kekasihnya kemarin! Tapi mendengar rengekkannya kembali membuat pikiran dan hati Noel tak sejalan.“Aku mau taruh ini Bian,” ujar Noel beralasan agar Bianca melepaskan pe
Bianca adalah wanita yang lembut, suaranya kecil dan jarang beremosi. Namun kali ini wanita itu mengusirnya dengan kasar, dan terlebih dari itu, Bianca membentak Noel untuk keluar dari kamar di rumahnya sendiri.Pria itu terdiam dan menatap gulungan selimut berisi Bianca di atas tempat tidur dengan perasaan campur aduk.Pelayan mengetuk dan datang membawa sup dan berbagai perlengkapan makan dalam kereta dorong. Aroma bawang putih mulai memenuhi kamar tidur membuat perut Noel mulai bergoyang karena sebenarnya pria itu berbohong, karena menunggu Bianca siuman, pria itu juga belum makan seharian. “Makanan sudah datang, ayo bangun dan makan!” perintah Noel mengabaikan Bianca. Wanita itu tak bergeming dalam gulungan selimutnya.“Bian!” “Nggak mau, kamu denger ‘kan apa kata dokter tadi, aku tu cuma kelelahan, aku lelah aku mo tidur!” ujar wanita itu dengan keras kepala. “Nggak, kamu butuh makan, nggak usah pake diet! Badan dah kurus begitu pakai diet!” desis Noel sambil menarik selimut
Dengan panik Noel membopong tubuh lunglai itu ke atas tempat tidur. Pria itu segera menutupi tubuh istrinya yang hanya mengenakan sehelai gaun tidur tipisnya dengan selimut, lalu segera berlari menekan tombol intercon memanggil pelayan berulang kali dengan panik. Dalam hati Noel sungguh bersyukur kalau dia memasang CCTV di kamarnya. Dia harus melihat apa yang terjadi semalaman, kenapa Bianca bisa tiba- tiba seperti ini?Lalu suara gemericik air membuatnya heran, pria itu masuk ke kamar mandi dan terkejut dengan air yang sudah luber memenuhi bathup. Tanpa menghiraukan kakinya akan basah, pria itu segera mematikan air yang masih mengalir dengan kening berkerut.“Apa dia mau mandi?” pikir pria itu dengan heran dan memandang ke sekitarnya secara sekilas namun tatapannya berhenti ke sebuah benda berkilat yang harusnya tidak ada di sana. Pria itu berjalan dengan ngeri lalu mengangkat benda pipih mengkilap itu. “Cutter?” Pria itu segera menutup cutter yang dalam keadaan terbuka itu. “Buat
Dia sudah gila atau mungkin sudah sangat putus asa, bagaimana bisa dia menjawab pesan Noel seperti itu! Bianca menatap handphonenya dengan cemas. Awalnya dia mengirim pesan itu secara tak sengaja. Seperti biasa, Bianca sering mengirim pesan khayalan pada Noel, yang tentunya tak pernah dikirim. Sudah gila dia mengirim pesan seperti itu. Tapi sialnya, karena terlalu kesal dengan pesan Kevin, ketikan Bianca yang seharusnya tak dikirim itu ikut terkirim. Kini Bianca menatap panik jawaban Noel. Pria itu menjawabnya! Bianca tak pernah menyangka kalau pria itu bahkan menyimpan nomornya, tapi dari jawabannya menyuruh Bianca tidur, sudah pasti dia tahu kalau ini adalah nomor Bianca.Dengan jemari gemetar wanita itu mengetik kapan pulang, karena sesak yang ada di dadanya. Bagaimana bisa dia serindu itu dengan suaminya? Belum pertemuan dengan ibu tirinya kemarin siang yang memaksa Bianca.Namun jawaban Noel berikutnya sama dinginnya, seakan pria itu tak mau pulang, memang salah Bianca apa? Ada
Seakan semuanya hanyalah mimpi, Noel tak pernah kembali seperti ucapannya terakhir. Noel tak pernah terlihat bahkan sekilas. Pria itu seakan hilang ditelan bumi. Bianca terus menatap jendela dan berharap pintu kamar terbuka tiba- tiba dan suaminya yang tampan datang. Namun, harapan Bianca semakin lama semakin tipis karena, pria itu tak pernah muncul. Hatinya sudah lelah melompat tiap kali pintu diketuk. Tapi setelah dipikir- pikir, pria itu tak pernah mengetuk pintu. Noel akan masuk tanpa meminta izin. Tapi kini, bahkan di kamar perpustakaannya juga, Noel tak pernah ada. Pria itu tak pernah pulang, dan kini setelah Emily dipindah tugaskan, Bianca tak bisa bertanya apa pun padanya. Ketika pada akhirnya Bianca bertanya, Emily yang malah bertanya kembali padanya, karena seharusnya Noel pulang. Pria itu selalu pulang. “Tapi, kenapa dia tak pernah muncul?” tanya Bianca saat kembali melewati kamar perpustakaan Noel yang sempat menjadi peraduan hangat mereka. Sudah berjalan dua bulan, tap
Noel mengerang kesal saat sudah kembali ke dalam mobilnya. Dia segera menyuruh supirnya untuk membawanya kembali untuk menjemput Bianca. Dia sudah jauh terlambat dari yang dia janjikan. Memang ketika ingin cepat, biasanya malah jadi banyak hal yang menghambat, kontrak yang sudah direvisi tadi, ternyata masih banyak salah sehingga Noel harus mendiktekan kontrak itu secara langsung. Noel sudah pastikan akan memecat bagian hukum yang mengerjakan kontrak itu. Pikirannya kembali melayang pada Bianca, wanita itu pasti sudah bosan, atau yang lebih mengerikannya, sudah banyak pria yang menggodanya. Pikiran itu segera membuat Noel bergidik. Istrinya begitu cantik dan polos, walau terlambat tapi akhirnya Noel menyadari hal itu. Bianca sama polosnya dengan Noel sendiri. Mereka adalah hasil produk dari didikan jaman baheula yang tertutup sehingga tak mengerti apapun tentang lawan jenis. Wanita itu bahkan seperti tak menyadari kalau dirinya sangat cantik. Noel mengerang kesal dan segera turun d