Entah kenapa menatap bola mata Emily dan menyadari kalau wanita itu memikirkan pria lain membuat Noah sangat marah. Mungkin bukan hanya karena memikirkan pria lain, tapi pria itu, Noel Klein. Seumur hidupnya, Noah selalu merasa dibandingkan dengan kakak tirinya itu, dan dari kecil Noah selalu berusaha mengalahkannya. Noel bisa main piano, Noah juga berusaha keras memainkan benda hitam besar itu, walau dia selalu lebih menyukai celo. Alat musik itu seperti mengerti dirinya, tidak seperti piano keahlian Noel. Saat Noel tak bisa melukis, Noah segera melukis, dan menyukai kegiatan itu. Melukis seakan memberikan ketenangan yang Noah tak pernah dapatkan, sekaligus sekali lagi mengalahkan kakaknya. Namun, tetap saja Noah kalah dari kakaknya, papanya tak pernah peduli dengan segala macam keberhasilan yang Noah lakukan. Pria itu tak pernah datang ke satu pun resital piano atau celonya, padahal dia jadi pemain kehormatan. Atau, saat Noah melakukan pamerannya, dia bahkan mendapat pujian dari
“Ada apa?” tanya Karen dengan jantung berdebar kencang. Setelah semua yang mereka lewati, banyak sikap Leon yang tetap misteri bagi Karen. Pria itu kadang memiliki pikiran yang sama sekali tak ada bayangan dalam benak Karen. Seperti sekarang ini, entah apa yang pria itu pikirkan. Mereka baru saja menghabiskan waktu dengan panas tadi, tapi tiba- tiba dia menarik diri dan menatap Karen dengan serius. Andai kemarin dia tak penasaran dan mengikuti menantunya ke kamar perawatan rumah sakit. Lagipula untuk apa dia melihat asisten Noel yang sakit, tak ada gunanya. Awalnya Karen hanya ingin terlihat perhatian di hadapan suaminya, tapi mereka malah bertemu dengan anak haram itu!Sekilas sakit hati Karen muncul lagi. Melihat anak itu seakan melihat bukti dari pengkhianatan suaminya dulu. Karen ingat malam-malam di saat masa mudanya, dia menangisi suaminya yang berselingkuh sampai menghasilkan bayi laki- laki itu.Malam- malam kesepian itu seperti waktu yang tak bisa diputar kembali. Karen te
“Kay, aku sudah bilang hanya kamu dan selalu kamu.” Leon berkata dengan tegas. Pria itu menatap istrinya dengan sungguh- sungguh. “Aku sangat menyesal, malam itu adalah malam yang aku paling ingin hapus dalam hidupku. Kalau bisa aku mengulanginya Karen, aku tak akan membiarkan wanita itu masuk dalam hidup kita, aku menyesal, aku sungguh menyesal,” isak Leon dengan suara bergetar. “Sama sekali tak ada perasaan?” tanya Karen dengan gugup, hatinya terasa tak sanggup menerima semua ini. Wanita itu merasa ingin meledak.“Kasihan awalnya … dan akhirnya aku jadi membencinya. Wanita itu licik dan mengunakan semua cara untuk … hmph semua itu masa lalu, apa pun yang aku katakan tak akan mengubah semuanya, dan kini ada Noah … bagaimanapun, dia tetap anakku, Kay,” erang Leon sambil meletakkan dagunya di pundak istrinya dengan nyaman.“Aku benci anak itu,” erang Karen tapi kali ini tanpa ada nada kebencian, melainkan kesedihan.“Aku tahu meminta maaf tak bisa membuat perubahan, tapi kini anak itu
Emily mendengus saat mendengar kecurigaan Noah lagi. Memang Noah selalu cemburu dengan Noel, pria itu terlalu sensitif setiap mendengar nama kakaknya disebut. “Dia seperti kakak, sedangkan Andi bagaikan,-““Andi nggak penting,” ujar Noah sambil menepiskan tangannya. Emily mendesah karena pria itu begitu percaya diri di satu sisi, tapi begitu sensitif di sisi lain. “Kadang aku heran dengan kepercayaan dirimu itu,” dengus Emily sambil mengambil sisir rambut dan mulai menyisir rambut coklatnya yang tebal. Noah menatap kekasih hatinya itu dengan sebal. Memangnya ada apa dengan kepercayaan dirinya?“Aku nggak ada masalah dengan kepercayaan diriku,” gumam pria itu sambil terus memperhatikan Emily menyikat rambutnya, sekilas pria itu dapat melihat ada bekas kemerahan di dekat tengkuk wanita itu. Bekas kemerahan itu membuat Noah tersenyum tipis. Setidaknya kali ini wanita itu memang menginginkan penyatuan mereka, tidak kaget dan mengelak seperti kemarin.“Ada kalau sebut nama Noel pasti bu
Noel terus menerus tak bisa menahan tatapannya ke arah Bianca. Bibir mungil wanita itu terus menggodanya padahal yang istrinya hanya mengunyah biasa, namun hanya dengan menatap itu pikiran Noel bisa melayang ke apa yang baru mereka lakukan tadi.Wanita itu memotong wafflenya dengan anggun sampai kecil lalu membuka mulut berwarna merah mudanya dan memasukkan waffle berlumur saus maple ke dalam. Tanpa sadar Noel ikut membuka mulutnya dan menjilat bibirnya ketika wanita itu juga menjilat bibirnya yang berlumur maple“Umm, kamu suka sausnya? Aku ganti merek, yang kemarin terlalu manis,” ujar Bianca sambil menatap suaminya. Pria itu terkejut dan segera tersedak ludahnya sendiri.“Oh .. ini, enak … enak,” jawabnya sambil memotong pancakenya sendiri dengan terburu- buru.“Gimana bisa bilang enak, kalau kamu lom coba?” tanya Bianca menatap pirin Noel yang masih utuh dengan tatapan mencela. Pria itu segera memasukan pancakenya ke dalam mulut lalu mengangguk.“Enak, dari lihat aku tahu kalau en
“PACAR BIANCA KATAMU?” tanya Emily dengan bola mata terbelalak. Noah tersenyum senang karena berhasil merebut perhatian Emily seluruhnya. Dari bahasa tubuh wanita itu, Noah tau wanita itu tak akan berpikiran untuk bekerja.“Huum,” jawab Noah sengaja dengan singkat sehingga membuat wanita cantik berambut coklat itu semakin penasaran. “Pacar, pacar beneran?” tanya Emily dengan suara semakin tercekik. Jawaban Noah benar- benar di luar dugaannya.“Yah beneranlah, nggak ada untungnya juga aku bo’ong,” jawab pria itu dengan santai menatap wajahnya di cermin. “Sepertinya aku juga mau pakai krim tadi, di sini … coba kamu liat, ada kerutan ‘kan?” tanya pria itu sengaja mengalihkan perhatian Emily.“Kamu bo’ong, nggak mungkin itu,” ujar Emily mengabaikan wajah tampan Noah yang pria itu sodorkan agar wanita itu lihat. “Mana krim tadi, aku bagi,” ujar pria itu membalas mengabaikan ucapan Emily. “Noah!”“Apaan sih, masa bagi sedikit nggak boleh, pelit banget, nanti aku beli satu pabriknya kalo
Noah senang melihat bola mata biru Emily berbinar- binar mendengar penjelasannya. Ternyata mengikuti intuisinya yang merasa janggal waktu itu tepat, kini Noah mendapatkan perhatian Emily sepenuhnya.“Dia itu berusaha mendekati Bianca lagi.” Noah mengucapkan itu dengan penuh kepuasan. “Hah, mendekati bagaimana?” desak Emily semakin penasaran.Sebenarnya itu hanya tambahan bumbu cerita dari Noah, karena sebenarnya informannya hanya sampai kalau mereka teman kecil, setelah itu tak ada info apapun kecuali tiba- tiba saja Kevin memutuskan hubungan dan Bianca menikah dengan Noel.“Yaah … gitu mendekati,” ujar Noel tak seyakin tadi. Emily memicingkan matanya karena curiga. “Sebenarnya apa info ini bisa dipertanggung jawabkan?” tanya Emily dengan sangsi. “Bisa! Bisa banget, kalau nggak kenapa mereka aneh kemarin!” desis Noah yang kesal karena secepat itu Emily kehilangan perhatiannya lagi.“Aku nggak tau, aku kan nggak ada di sana, yang liat cuma kamu, jadi aku nggak tau kayak apa mereka k
Wajah Bianca panas, rasanya ia ingin masuk ke dalam tanah yang langsung menelannya saat itu. Tidak ada adab, benar sekali! Apa yang mereka lakukan sangat memalukan dan tidak sopan. Seharusnya mereka melakukannya di kamar tidur, tapi bisa-bisanya tadi dia mengatakan semua itu tadi dan menggoda Noel sampai pada akhirnya mereka tertangkap basah seperti ini.Dengan cepat Bianca segera merapikan pakaiannya dan terus menundukkan kepalanya ke bawah. Dia tak sanggup menatap wajah Karen, wanita itu pasti bisa memakannya hidup- hidup. Namun, dia ternyata tak perlu bersembunyi karena Noel segera menutupinya. Pria itu juga dengan cepat menaikan celananya dan segera memutar tubuhnya yang besar sehingga mamanya tak dapat melihat Bianca.“Mama … Mama sudah datang, kok nggak kasih kabar?” tanya Noah setelah membersihkan tenggorokannya.“Ini rumah anak mama! Buat apa mama pake izin kamu, apalagi kasi kabar! Apa ini aturan dari pelacur ini? Dia yang membuatmu seperti orang kampungan yang nggak bisa ta
Kevin benar- benar habis akal. Bagaimana bisa tiba- tiba keluarga Kelly mengetahui kalau keluarganya sedang diambang kebangkrutan. Semalam ayah Kelly memanggilnya dan bertanya banyak tentang bisnis fiktifnya. Walau gaya dari ayah Kelly itu seperti menelan bulat- bulat bualannya, tapi entah kenapa Kevin merasa tak yakin. Pria itu memandangnya dengan tatapan aneh.Lagi pula ada satu pria lagi yang harus dia pikirkan sekarang. Luuk Jaager. Entah kenapa pria itu kini terus mengawasinya juga. Hutang yang tadi dia pikir tak seberapa untuk Luuk, kini terasa sangat besar. Luuk meminta uangnya kembali sedangkan Kevin tak memiliki apapun sekarang kecuali nama keluarganya.“SIALAN!” maki Kevin sambil mau membanting handphonenya ke lantai, tapi tak jadi karena kalau sampai handphone itu rusak, Kevin tak memiliki uang untuk membeli handphone lagi. Akhirnya pria itu hanya bisa membanting tubuhnya ke sofa sambil kembali memaki.Pria itu meraih handphone dan melihat nama Bianca lalu menekannya. Seper
Pagi itu mereka bergulat dengan penuh gairah, seakan menumpahkan hasrat yang tertahan selama berbulan-bulan dalam satu hari. Noel hanya beristirahat sebentar sambil mengelus tubuh istrinya dengan mesra, mengagumi setiap sentinya dengan penuh perhatian. Jantung Bianca berdebar dengan kencang. Sejujurnya semua ini rasanya seperti mimpi saja. Dia terbangun dan ada Noel pun rasanya sudah seperti imajinasinya menjadi kenyataan. Tapi, kali ini pria itu bahkan memandangnya dengan penuh pemujaan sehingga hati Bianca seakan mau meledak rasanya. Saat pria itu bangkit, Bianca mengira kalau Noel akan pergi seperti biasa, tapi siapa sangka pria itu kembali mencumbu dan menyatu lagi dengannya sampai tiga kali di pagi itu.“Maaf, kamu pasti lelah ya,” erang pria itu dengan terengah-engah saat mencapai puncaknya lagi di atas tubuh istrinya. Wajah Bianca yang putih seperti keramik kini memerah setelah percintaan terakhir mereka. Dengan perlahan wanita itu tersenyum manja lalu menggeleng. “Nggak,”
Kenyang dan juga tidak tidur semalaman, Bianca sebenarnya sangat lelah. Sehingga saat merasakan kehangatan yang diberikan oleh suaminya, wanita itu seakan pesawat yang sudah tinggal landas. Apalagi saat Noel mulai mengusap rambutnya dengan lembut, bibirnya merayap di sekujur wajah dan lehernya. Hangat, nyaman dan kenyang, Bianca menutup mata dengan nyaman. Kedua tangannya merangkul pria yang sangat dia cintai. Namun sayangnya karena ini terlalu nyaman, wanita itu benar- benar tinggal landas dan tertidur pulas. Noel menghentikan ciumannya saat mendengar dengkuran wanita itu.“Cih … serius ciumanku segitu membosankannya sampai dia tertidur?” pikir Noel dengan tersinggung sambil terus mencoba mencium cerukan leher istrinya. Bibir wanita itu bergerak-gerak seakan membalas ciuman Noel, tapi matanya tetap terpejam dan dengkurannya terus terdengar rata.“Bian?” desah Noel berbisik di telinga istrinya lalu mengecupnya dengan mesra hal yang biasanya membuat Bianca mengerang nikmat kali ini h
Bagaikan mimpinya berlanjut, bibir Noel menguasai dirinya, ciuman yang panas dan penuh gairah membuat Bianca lupa mau bicara apa tadi. Dia hanya ingin pria itu tetap bersamanya, dan ternyata pria itu memang tak mau pergi. Tangannya kini berjalan perlahan, menyentuh bagian tubuh tersensitif Bianca. Sentuhan yang sangat Bianca rindukan. Separuh tubuh jiwa Bianca yang haus kini seakan melayang, jemari itu menguasai Bianca sehingga wanita itu berserah sepenuhnya. Lalu seakan tersadar pria itu terdiam dan menarik dirinya. “Jangan pergi…” pekik Bianca meratap segera menangkap dan memeluk suaminya dengan seerat dia bisa.Noel terkesiap kaget saat merasakan tubuh hangat Bianca dalam dekapannya. Segera otaknya menyuruh tangan melepaskan dekapan itu. Sudah gila dia mencium wanita itu? Wanita yang sudah berkhianat dan bersama kekasihnya kemarin! Tapi mendengar rengekkannya kembali membuat pikiran dan hati Noel tak sejalan.“Aku mau taruh ini Bian,” ujar Noel beralasan agar Bianca melepaskan pe
Bianca adalah wanita yang lembut, suaranya kecil dan jarang beremosi. Namun kali ini wanita itu mengusirnya dengan kasar, dan terlebih dari itu, Bianca membentak Noel untuk keluar dari kamar di rumahnya sendiri.Pria itu terdiam dan menatap gulungan selimut berisi Bianca di atas tempat tidur dengan perasaan campur aduk.Pelayan mengetuk dan datang membawa sup dan berbagai perlengkapan makan dalam kereta dorong. Aroma bawang putih mulai memenuhi kamar tidur membuat perut Noel mulai bergoyang karena sebenarnya pria itu berbohong, karena menunggu Bianca siuman, pria itu juga belum makan seharian. “Makanan sudah datang, ayo bangun dan makan!” perintah Noel mengabaikan Bianca. Wanita itu tak bergeming dalam gulungan selimutnya.“Bian!” “Nggak mau, kamu denger ‘kan apa kata dokter tadi, aku tu cuma kelelahan, aku lelah aku mo tidur!” ujar wanita itu dengan keras kepala. “Nggak, kamu butuh makan, nggak usah pake diet! Badan dah kurus begitu pakai diet!” desis Noel sambil menarik selimut
Dengan panik Noel membopong tubuh lunglai itu ke atas tempat tidur. Pria itu segera menutupi tubuh istrinya yang hanya mengenakan sehelai gaun tidur tipisnya dengan selimut, lalu segera berlari menekan tombol intercon memanggil pelayan berulang kali dengan panik. Dalam hati Noel sungguh bersyukur kalau dia memasang CCTV di kamarnya. Dia harus melihat apa yang terjadi semalaman, kenapa Bianca bisa tiba- tiba seperti ini?Lalu suara gemericik air membuatnya heran, pria itu masuk ke kamar mandi dan terkejut dengan air yang sudah luber memenuhi bathup. Tanpa menghiraukan kakinya akan basah, pria itu segera mematikan air yang masih mengalir dengan kening berkerut.“Apa dia mau mandi?” pikir pria itu dengan heran dan memandang ke sekitarnya secara sekilas namun tatapannya berhenti ke sebuah benda berkilat yang harusnya tidak ada di sana. Pria itu berjalan dengan ngeri lalu mengangkat benda pipih mengkilap itu. “Cutter?” Pria itu segera menutup cutter yang dalam keadaan terbuka itu. “Buat
Dia sudah gila atau mungkin sudah sangat putus asa, bagaimana bisa dia menjawab pesan Noel seperti itu! Bianca menatap handphonenya dengan cemas. Awalnya dia mengirim pesan itu secara tak sengaja. Seperti biasa, Bianca sering mengirim pesan khayalan pada Noel, yang tentunya tak pernah dikirim. Sudah gila dia mengirim pesan seperti itu. Tapi sialnya, karena terlalu kesal dengan pesan Kevin, ketikan Bianca yang seharusnya tak dikirim itu ikut terkirim. Kini Bianca menatap panik jawaban Noel. Pria itu menjawabnya! Bianca tak pernah menyangka kalau pria itu bahkan menyimpan nomornya, tapi dari jawabannya menyuruh Bianca tidur, sudah pasti dia tahu kalau ini adalah nomor Bianca.Dengan jemari gemetar wanita itu mengetik kapan pulang, karena sesak yang ada di dadanya. Bagaimana bisa dia serindu itu dengan suaminya? Belum pertemuan dengan ibu tirinya kemarin siang yang memaksa Bianca.Namun jawaban Noel berikutnya sama dinginnya, seakan pria itu tak mau pulang, memang salah Bianca apa? Ada
Seakan semuanya hanyalah mimpi, Noel tak pernah kembali seperti ucapannya terakhir. Noel tak pernah terlihat bahkan sekilas. Pria itu seakan hilang ditelan bumi. Bianca terus menatap jendela dan berharap pintu kamar terbuka tiba- tiba dan suaminya yang tampan datang. Namun, harapan Bianca semakin lama semakin tipis karena, pria itu tak pernah muncul. Hatinya sudah lelah melompat tiap kali pintu diketuk. Tapi setelah dipikir- pikir, pria itu tak pernah mengetuk pintu. Noel akan masuk tanpa meminta izin. Tapi kini, bahkan di kamar perpustakaannya juga, Noel tak pernah ada. Pria itu tak pernah pulang, dan kini setelah Emily dipindah tugaskan, Bianca tak bisa bertanya apa pun padanya. Ketika pada akhirnya Bianca bertanya, Emily yang malah bertanya kembali padanya, karena seharusnya Noel pulang. Pria itu selalu pulang. “Tapi, kenapa dia tak pernah muncul?” tanya Bianca saat kembali melewati kamar perpustakaan Noel yang sempat menjadi peraduan hangat mereka. Sudah berjalan dua bulan, tap
Noel mengerang kesal saat sudah kembali ke dalam mobilnya. Dia segera menyuruh supirnya untuk membawanya kembali untuk menjemput Bianca. Dia sudah jauh terlambat dari yang dia janjikan. Memang ketika ingin cepat, biasanya malah jadi banyak hal yang menghambat, kontrak yang sudah direvisi tadi, ternyata masih banyak salah sehingga Noel harus mendiktekan kontrak itu secara langsung. Noel sudah pastikan akan memecat bagian hukum yang mengerjakan kontrak itu. Pikirannya kembali melayang pada Bianca, wanita itu pasti sudah bosan, atau yang lebih mengerikannya, sudah banyak pria yang menggodanya. Pikiran itu segera membuat Noel bergidik. Istrinya begitu cantik dan polos, walau terlambat tapi akhirnya Noel menyadari hal itu. Bianca sama polosnya dengan Noel sendiri. Mereka adalah hasil produk dari didikan jaman baheula yang tertutup sehingga tak mengerti apapun tentang lawan jenis. Wanita itu bahkan seperti tak menyadari kalau dirinya sangat cantik. Noel mengerang kesal dan segera turun d