Noel menatap pria yang serupa dengannya mendekatinya setelah tiba- tiba keluar dari kamar mandi. Noel tahu mereka mirip, namun kini ketika benar- benar memperhatikannya, Noel merasa seakan melihat cermin waktu. Noah mirip dengan dirinya beberapa tahun yang lalu. “Umurmu berapa?” tanya Noel di luar dugaan. Noah mengerutkan keningnya. Dia bukannya bertanya apa yang terjadi dengan Emily, atau rencana Noah yang tiba- tiba muncul, tapi malah umur?“Umur?” tanya Noah bingung.“Umurku 30 tahun, kamu umur berapa?” tanya Noel mengulangi pertanyaannya. “24 … umurku 24 tahun.” Noah menjawab sambil menengakkan dirinya. Pria itu kini berada tepat di samping tempat tidur Emily.“24, beda 6 tahun, sama seperti Bianca,” desah Noel dalam hati. Pria itu mencoba mengingat apapun dalam masa kecilnya yang menandakan keberadaan Noah, karena dari sifat Karen yang Noel sangat hapal, tak mungkin mamanya tak bertingkah saat tau papanya berselingkuh. Tapi, pikirannya kosong, dan hal itu sama sekali tak pern
Karen menerima obat dengan malu- malu dari kasir rumah sakit. Seharusnya mereka menyuruh dokter keluarga datang ke rumah mereka, tapi Leon bersikeras harus memeriksakan Karen saat itu juga dengan peralatan yang paling mutakhir. Alhasil dengan wajah ditekuk Karen terpaksa memeriksakan diri ke dokter. “Sudah dibilang aku hanya keseleo sedikit,” desis wanita itu dengan wajah memerah. Suaminya menatapnya dengan tatapan lega. “Baguslah kalau hanya keseleo, aku kan takut kamu kenapa- kenapa,” gumam pria itu dengan tatapan yang berbeda. Ada senyuman malu- malu di bibir pria itu yang membuat Karen juga akhirnya tak bisa menahan senyumannya.“Apa– tadi dokter ada ngomong– kalau kita– maksudnya kamu,–” Pria itu terdiam sambil menatap bibir Karen yang mengerutkan keningnya karena ucapan Leon yang tak jelas.“Kenapa?” tanya wanita itu sedikit sebal dengan suaminya yang selalu tak bisa bicara dengan jelas. “Nggak … nggak apa- apa,” gumam pria itu segera mengurungkan niatnya. “Leon,” desah Karen
Sejujurnya tidak ada yang terlalu krusial yang terjadi pada Emily karena kecelakaan itu. Tetapi sikap Noel berubah total terhadap Bianca. Sepanjang perjalanan pulang dari rumah sakit, pria itu benar- benar mendiamkan Bianca dan keesokan paginya pergi begitu saja tanpa mengatakan sepatah kata pun kepadanya.Karena terlalu takut meninggalkan rumah tanpa izin suaminya wanita itu hanya menunggu seharian sampai pria itu kembali pulang ke rumah. Hanya sehari tanpa kabar apapun dari Noel ternyata berhasil membuat dia enggak uring-uringan karena merindukan suaminya. Bagaimanapun sekarang pria itu adalah satu-satunya orang yang bisa diajak bicara oleh Bianca. Noel tak hanya menjadi suami Bianca tetapi juga menjadi teman bicara dan sahabat wanita itu. Didiamkan seharian oleh pria itu rasanya benar-benar menyesakkan dada. Semalaman Bianca tidak bisa tidur karena menunggu pria itu masuk namun tidak ada suara apapun pria itu tampaknya sudah lelap tidur di ruang ruangannya sendiri.Di pagi h
“Kamu ngomong apa sih?” omel Karen memekik sambil memukul dada Leon. “Andi … kamu bersama dia kan? Kamu menunggu dia untuk menghiburmu, memeluk dan,–” Ucapan Leon mengambang saat pria itu menunduk dan memperhatikan dada penuh istrinya yang sangat seksi, bahkan bekas gigitan panasnya tadi malam masih berbekas di sana. Karen menyadari arah pandang suaminya dan baru menyadari kalau dia hanya mengenakan pakaian dalamnya saja. “Oh …” Wanita itu secara refleks menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Hal yang salah untuk dilakukan karena hal itu justru membuat Leon semakin marah. Pria itu segera menarik selimut itu dengan kasar dan melemparkannya ke lantai. Dengan cepat pria itu naik ke atas tubuh Karen yang mungil. “Kamu tak perlu menutupnya! Aku sudah melihat semuanya, bahkan semalam aku yang memberi tanda ini!” geram Leon dengan pandangan berapi-api. Pria paruh baya itu tak sanggup menahan rasa cemburu yang memenuhi seluruh relung hatinya. “Le- Leon!” erang Karen terkeju
“Keselo apa? Aku baik-baik saja kok,” erang wanita cantik berambut pendek itu sambil mulai menempelkan bibirnya ke puncak keperkasaan suaminya. “Uugh, Kay!”Tak bisa berkata apa- apa lagi Leon segera melakukan apa yang istrinya pinta. Melanjutkan apa yang sempat tertunda tadi.“Oooh Leon!” pekik Karen dengan senang.Tak lama mereka kembali sibuk merasakan kerinduan yang sudah lama menggebu-gebu.Kepuasan yang tadi pagi tertunda akhirnya terpuaskan juga. Karen melenguh, menjerit dan berteriak saat mencapai puncaknya. Leon tak berubah, pria itu tetap seperti dulu. Pria itu kini memeluknya dengan erat setelah akhirnya melepaskan semua gairahnya. Karen bergelung dalam kepuasan, menghirup aroma tubuh suaminya yang sangat dia rindukan.“Umm, Kay …” gumam Leon sambil menghirup aroma rambut istrinya dengan penuh kepuasan.Karen membuka matanya untuk melihat suaminya yang tampan. Dia sangat senang dipanggil Kay, panggilan kesayangan dari Leon, hanya pria itu yang memanggilnya dengan panggila
Seperti kata pepatah, sepintar -pintarnya bangkai ditutupi, baunya tetap tercium juga. Setelah berhasil menyembunyikan percintaan terlarangnya dengan Kevin, Bianca Thomas gagal menyembunyikan kehamilan pada mama tirinya. Begitu pula perasaan Bianca saat Alice, mama tirinya menatapnya dengan penuh amarah. Bianca sama sekali tak bisa menutupi apapun dari mama tirinya. Wanita itu memegang benda pipih berwarna putih itu sambil menatap Bianca tidak percaya. Bianca sudah hamil dan mengacaukan semua rencana mama tirinya. Sebenarnya ini adalah cara penolakan Bianca, atas perjodohannya dengan Noel Klein, CEO dari Goro Grup. Tapi rencananya yang brilian itu gagal karena ternyata, Kevin yang menjadi tumpuan harapan Bianca malah mengkhianatinya dan menghilang. Alice sudah sangat senang saat Karen, mama dari Noel Klein, setuju untuk menjodohkan anak mereka. Pernikahan pun juga sudah mulai disiapkan, tapi kenyataan seperti ini, membuat Alice hampir mati berdiri. "Bagaimana anak tiriny
Wanita muda itu menutup mata, mencoba tidur. Tetapi rasa perih dan ngilu di perutnya, membuatnya terus mengerang kesakitan. Kepalanya terasa pusing dan perdarahannya belum juga berhenti. Bianca membuka matanya dan menatap langit-langit kamarnya. Dia mendesah sedih memandang sekeliling kamarnya. Walau semua benda di kamarnya seakan berteriak mahal, tapi kemewahan yang melimpah tidak berarti apa-apa bagi Bianca sekarang. Dengan limbung berjalan ke kamar mandi untuk kembali mengganti pembalut. Sambil menghela napas, wanita itu menatap bathup. Berendam dengan air panas di dalam bak sepertinya akan menyenangkan. Wanita itu mulai mengisi air hangat dan masuk, merendam seluruh tubuhnya, pilu di perutnya sedikit mereda, namun hatinya terasa kosong dan kesepiannya semakin menjadi-jadi. Dengan kepala terasa berputar, wanita muda itu merendam dirinya dan menikmati sensasi kehangatan air panas memeluk dirinya. Bianca lalu mengambil obat penenang yang diberikan dokter, dan meminumnya
Karen, mamanya Noel menatap dengan tatapannya yang menusuk, seperti biasa Noel menunduk dan kembali ke masa kecilnya, di mana dia memecahkan pot bunga kesayangan mamanya. Wanita itu tidak berkata apa-apa hanya diam seakan Noel tak ada dan tidak mau menatap Noel selama 3 hari penuh. Noel kecil sama seperti Noel dewasa, dia langsung takut Karen akan membenci dirinya dan otomatis mengikuti apa kemauan mamanya, waktu itu adalah dia masuk kelas piano, yang Noel benci. Kini sama saja, dia harus menikah. Noel tidak pernah menyukai wanita, menurutnya wanita makhluk aneh yang terlalu sering mengeluarkan air mata. Wanita juga tidak pernah jelas apa maunya, dia harus menelaah wajah Karen, dan memperkirakan apa keinginan wanita tua itu, dan seringnya pria itu salah. Kali ini mamanya berkata jelas, bulan depan dia akan menikah dengan putri keluarga Thomas, Bianca namanya. Mereka membutuhkan aset pabrik PT. Thomas untuk bekerja sama di bidang pakan ternak. Noel waktu itu hanya bisa m