Sepanjang Noah bercerita tentang Clara, Emily mencoba mengingat- ingat tentang silsilah keluarga Klein. Sikap Andi yang tidak kaget saat mendengar keberadaan Noah juga membuat Emily semakin yakin memang ada sesuatu yang disembunyikan.Karena itu dia benar- benar memperhatikan cerita Noah. Sepertinya Clara adalah adik kandung Noel, yang telah meninggal di danau, yang menurut Emily kemungkinan besar adalah penyebab perselingkuhan papa Leon sehingga mendapatkan Noah. Tapi yang aneh, kenapa hal seperti itu tidak diketahui oleh Noel? Emily sangat mengenal Karen, sehingga tak mungkin tak terjadi perang dunia ke tiga saat perselingkuhan itu terjadi? “Pasti ada sesuatu yang terjadi yang tak aku ketahui?” pikir Emily melihat kebingungan di wajah bosnya itu.“Kalian berdua jangan bersengkongkol untuk membuatku bingung ya!” desis Noel setelah beberapa saat hilang dalam kebingungannya.“Buat apa kami bersengkongkol, ini kenyataannya.” Andi mendengus kesal karena malah dituduh bersengkongkol den
Noel menatap pria yang serupa dengannya mendekatinya setelah tiba- tiba keluar dari kamar mandi. Noel tahu mereka mirip, namun kini ketika benar- benar memperhatikannya, Noel merasa seakan melihat cermin waktu. Noah mirip dengan dirinya beberapa tahun yang lalu. “Umurmu berapa?” tanya Noel di luar dugaan. Noah mengerutkan keningnya. Dia bukannya bertanya apa yang terjadi dengan Emily, atau rencana Noah yang tiba- tiba muncul, tapi malah umur?“Umur?” tanya Noah bingung.“Umurku 30 tahun, kamu umur berapa?” tanya Noel mengulangi pertanyaannya. “24 … umurku 24 tahun.” Noah menjawab sambil menengakkan dirinya. Pria itu kini berada tepat di samping tempat tidur Emily.“24, beda 6 tahun, sama seperti Bianca,” desah Noel dalam hati. Pria itu mencoba mengingat apapun dalam masa kecilnya yang menandakan keberadaan Noah, karena dari sifat Karen yang Noel sangat hapal, tak mungkin mamanya tak bertingkah saat tau papanya berselingkuh. Tapi, pikirannya kosong, dan hal itu sama sekali tak pern
Karen menerima obat dengan malu- malu dari kasir rumah sakit. Seharusnya mereka menyuruh dokter keluarga datang ke rumah mereka, tapi Leon bersikeras harus memeriksakan Karen saat itu juga dengan peralatan yang paling mutakhir. Alhasil dengan wajah ditekuk Karen terpaksa memeriksakan diri ke dokter. “Sudah dibilang aku hanya keseleo sedikit,” desis wanita itu dengan wajah memerah. Suaminya menatapnya dengan tatapan lega. “Baguslah kalau hanya keseleo, aku kan takut kamu kenapa- kenapa,” gumam pria itu dengan tatapan yang berbeda. Ada senyuman malu- malu di bibir pria itu yang membuat Karen juga akhirnya tak bisa menahan senyumannya.“Apa– tadi dokter ada ngomong– kalau kita– maksudnya kamu,–” Pria itu terdiam sambil menatap bibir Karen yang mengerutkan keningnya karena ucapan Leon yang tak jelas.“Kenapa?” tanya wanita itu sedikit sebal dengan suaminya yang selalu tak bisa bicara dengan jelas. “Nggak … nggak apa- apa,” gumam pria itu segera mengurungkan niatnya. “Leon,” desah Karen
Sejujurnya tidak ada yang terlalu krusial yang terjadi pada Emily karena kecelakaan itu. Tetapi sikap Noel berubah total terhadap Bianca. Sepanjang perjalanan pulang dari rumah sakit, pria itu benar- benar mendiamkan Bianca dan keesokan paginya pergi begitu saja tanpa mengatakan sepatah kata pun kepadanya.Karena terlalu takut meninggalkan rumah tanpa izin suaminya wanita itu hanya menunggu seharian sampai pria itu kembali pulang ke rumah. Hanya sehari tanpa kabar apapun dari Noel ternyata berhasil membuat dia enggak uring-uringan karena merindukan suaminya. Bagaimanapun sekarang pria itu adalah satu-satunya orang yang bisa diajak bicara oleh Bianca. Noel tak hanya menjadi suami Bianca tetapi juga menjadi teman bicara dan sahabat wanita itu. Didiamkan seharian oleh pria itu rasanya benar-benar menyesakkan dada. Semalaman Bianca tidak bisa tidur karena menunggu pria itu masuk namun tidak ada suara apapun pria itu tampaknya sudah lelap tidur di ruang ruangannya sendiri.Di pagi h
“Kamu ngomong apa sih?” omel Karen memekik sambil memukul dada Leon. “Andi … kamu bersama dia kan? Kamu menunggu dia untuk menghiburmu, memeluk dan,–” Ucapan Leon mengambang saat pria itu menunduk dan memperhatikan dada penuh istrinya yang sangat seksi, bahkan bekas gigitan panasnya tadi malam masih berbekas di sana. Karen menyadari arah pandang suaminya dan baru menyadari kalau dia hanya mengenakan pakaian dalamnya saja. “Oh …” Wanita itu secara refleks menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Hal yang salah untuk dilakukan karena hal itu justru membuat Leon semakin marah. Pria itu segera menarik selimut itu dengan kasar dan melemparkannya ke lantai. Dengan cepat pria itu naik ke atas tubuh Karen yang mungil. “Kamu tak perlu menutupnya! Aku sudah melihat semuanya, bahkan semalam aku yang memberi tanda ini!” geram Leon dengan pandangan berapi-api. Pria paruh baya itu tak sanggup menahan rasa cemburu yang memenuhi seluruh relung hatinya. “Le- Leon!” erang Karen terkeju
“Keselo apa? Aku baik-baik saja kok,” erang wanita cantik berambut pendek itu sambil mulai menempelkan bibirnya ke puncak keperkasaan suaminya. “Uugh, Kay!”Tak bisa berkata apa- apa lagi Leon segera melakukan apa yang istrinya pinta. Melanjutkan apa yang sempat tertunda tadi.“Oooh Leon!” pekik Karen dengan senang.Tak lama mereka kembali sibuk merasakan kerinduan yang sudah lama menggebu-gebu.Kepuasan yang tadi pagi tertunda akhirnya terpuaskan juga. Karen melenguh, menjerit dan berteriak saat mencapai puncaknya. Leon tak berubah, pria itu tetap seperti dulu. Pria itu kini memeluknya dengan erat setelah akhirnya melepaskan semua gairahnya. Karen bergelung dalam kepuasan, menghirup aroma tubuh suaminya yang sangat dia rindukan.“Umm, Kay …” gumam Leon sambil menghirup aroma rambut istrinya dengan penuh kepuasan.Karen membuka matanya untuk melihat suaminya yang tampan. Dia sangat senang dipanggil Kay, panggilan kesayangan dari Leon, hanya pria itu yang memanggilnya dengan panggila
Bianca terbangun terkejut karena teringat saat dia ditarik paksa ke meja operasi saat dia kehilangan anaknya. Air matanya kembali mengalir di kedua pipinya teringat akan bayi yang yang tak sempat lahir. Kalau bayi itu ada mungkin kini Bianca sudah menggendong bayi mungil dalam pelukannya. Bianca tak kesepian seperti saat ini karena ada bayinya yang menemani. Wanita itu mengelus perutnya yang masih rata. Sudah seminggu lebih Noel mendiamkannya, kemarin pria itu malah secara tak langsung mengatakan padanya saat mereka bertemu di lorong rumah, kalau dia akan pergi ke luar kota selama beberapa minggu. “Apa karena aku sudah membuang anakku … sekarang aku dihukum jadi tak bisa hamil lagi?” erangnya sambil menatap perutnya dari balik cermin. Matanya melihat penanggalan dan menyadari kalau tandanya beberapa hari lagi masa suburnya. “Bagaimana bisa punya anak setiap masa subur dia malah pergi,” erang Bianca sambil menyesali dirinya. Wanita itu mendengus dan segera mengenakan gaunnya.
Kevin Otto sesaat melupakan rencananya untuk terus menggoda Kelly agar gadis itu semakin tergila- gila padanya. Pria itu terpaku saat menyadari kalau di hadapannya ada Bianca, gadis yang terlepas darinya.Gadis berambut merah itu menatapnya dengan penuh amarah. Bianca terlihat semakin cantik dengan bola mata keemasannya yang jernih.“Bianca … “ Suara Kevin Otto terputus ketika Bianca melepaskan pegangan tangannya dengan kasar.“Siapa ya?” tanya Bianca pura -pura melupakan pria itu. Dengan mata keemasannya dia menatap Kevin dengan berapi- api. “Bian … ini aku … Kevin!” desis pria itu dengan tidak percaya kalau Bianca sampai bisa melupakannya. “Kevin … siapa ya?” tanya wanita itu sambil menepis rambut panjangnya dengan penuh gaya. Tentu saja Bianca tidak akan bisa melupakan pria itu. Pria itu adalah pertama bagi Bianca dari segala- galanya. Kevin adalah teman pria pertamanya, sahabat Bianca dari kecil, ciuman pertama Bianca dan tentunya pria yang pertama mengambil keperawanannya.“Ak
Kevin benar- benar habis akal. Bagaimana bisa tiba- tiba keluarga Kelly mengetahui kalau keluarganya sedang diambang kebangkrutan. Semalam ayah Kelly memanggilnya dan bertanya banyak tentang bisnis fiktifnya. Walau gaya dari ayah Kelly itu seperti menelan bulat- bulat bualannya, tapi entah kenapa Kevin merasa tak yakin. Pria itu memandangnya dengan tatapan aneh.Lagi pula ada satu pria lagi yang harus dia pikirkan sekarang. Luuk Jaager. Entah kenapa pria itu kini terus mengawasinya juga. Hutang yang tadi dia pikir tak seberapa untuk Luuk, kini terasa sangat besar. Luuk meminta uangnya kembali sedangkan Kevin tak memiliki apapun sekarang kecuali nama keluarganya.“SIALAN!” maki Kevin sambil mau membanting handphonenya ke lantai, tapi tak jadi karena kalau sampai handphone itu rusak, Kevin tak memiliki uang untuk membeli handphone lagi. Akhirnya pria itu hanya bisa membanting tubuhnya ke sofa sambil kembali memaki.Pria itu meraih handphone dan melihat nama Bianca lalu menekannya. Seper
Pagi itu mereka bergulat dengan penuh gairah, seakan menumpahkan hasrat yang tertahan selama berbulan-bulan dalam satu hari. Noel hanya beristirahat sebentar sambil mengelus tubuh istrinya dengan mesra, mengagumi setiap sentinya dengan penuh perhatian. Jantung Bianca berdebar dengan kencang. Sejujurnya semua ini rasanya seperti mimpi saja. Dia terbangun dan ada Noel pun rasanya sudah seperti imajinasinya menjadi kenyataan. Tapi, kali ini pria itu bahkan memandangnya dengan penuh pemujaan sehingga hati Bianca seakan mau meledak rasanya. Saat pria itu bangkit, Bianca mengira kalau Noel akan pergi seperti biasa, tapi siapa sangka pria itu kembali mencumbu dan menyatu lagi dengannya sampai tiga kali di pagi itu.“Maaf, kamu pasti lelah ya,” erang pria itu dengan terengah-engah saat mencapai puncaknya lagi di atas tubuh istrinya. Wajah Bianca yang putih seperti keramik kini memerah setelah percintaan terakhir mereka. Dengan perlahan wanita itu tersenyum manja lalu menggeleng. “Nggak,”
Kenyang dan juga tidak tidur semalaman, Bianca sebenarnya sangat lelah. Sehingga saat merasakan kehangatan yang diberikan oleh suaminya, wanita itu seakan pesawat yang sudah tinggal landas. Apalagi saat Noel mulai mengusap rambutnya dengan lembut, bibirnya merayap di sekujur wajah dan lehernya. Hangat, nyaman dan kenyang, Bianca menutup mata dengan nyaman. Kedua tangannya merangkul pria yang sangat dia cintai. Namun sayangnya karena ini terlalu nyaman, wanita itu benar- benar tinggal landas dan tertidur pulas. Noel menghentikan ciumannya saat mendengar dengkuran wanita itu.“Cih … serius ciumanku segitu membosankannya sampai dia tertidur?” pikir Noel dengan tersinggung sambil terus mencoba mencium cerukan leher istrinya. Bibir wanita itu bergerak-gerak seakan membalas ciuman Noel, tapi matanya tetap terpejam dan dengkurannya terus terdengar rata.“Bian?” desah Noel berbisik di telinga istrinya lalu mengecupnya dengan mesra hal yang biasanya membuat Bianca mengerang nikmat kali ini h
Bagaikan mimpinya berlanjut, bibir Noel menguasai dirinya, ciuman yang panas dan penuh gairah membuat Bianca lupa mau bicara apa tadi. Dia hanya ingin pria itu tetap bersamanya, dan ternyata pria itu memang tak mau pergi. Tangannya kini berjalan perlahan, menyentuh bagian tubuh tersensitif Bianca. Sentuhan yang sangat Bianca rindukan. Separuh tubuh jiwa Bianca yang haus kini seakan melayang, jemari itu menguasai Bianca sehingga wanita itu berserah sepenuhnya. Lalu seakan tersadar pria itu terdiam dan menarik dirinya. “Jangan pergi…” pekik Bianca meratap segera menangkap dan memeluk suaminya dengan seerat dia bisa.Noel terkesiap kaget saat merasakan tubuh hangat Bianca dalam dekapannya. Segera otaknya menyuruh tangan melepaskan dekapan itu. Sudah gila dia mencium wanita itu? Wanita yang sudah berkhianat dan bersama kekasihnya kemarin! Tapi mendengar rengekkannya kembali membuat pikiran dan hati Noel tak sejalan.“Aku mau taruh ini Bian,” ujar Noel beralasan agar Bianca melepaskan pe
Bianca adalah wanita yang lembut, suaranya kecil dan jarang beremosi. Namun kali ini wanita itu mengusirnya dengan kasar, dan terlebih dari itu, Bianca membentak Noel untuk keluar dari kamar di rumahnya sendiri.Pria itu terdiam dan menatap gulungan selimut berisi Bianca di atas tempat tidur dengan perasaan campur aduk.Pelayan mengetuk dan datang membawa sup dan berbagai perlengkapan makan dalam kereta dorong. Aroma bawang putih mulai memenuhi kamar tidur membuat perut Noel mulai bergoyang karena sebenarnya pria itu berbohong, karena menunggu Bianca siuman, pria itu juga belum makan seharian. “Makanan sudah datang, ayo bangun dan makan!” perintah Noel mengabaikan Bianca. Wanita itu tak bergeming dalam gulungan selimutnya.“Bian!” “Nggak mau, kamu denger ‘kan apa kata dokter tadi, aku tu cuma kelelahan, aku lelah aku mo tidur!” ujar wanita itu dengan keras kepala. “Nggak, kamu butuh makan, nggak usah pake diet! Badan dah kurus begitu pakai diet!” desis Noel sambil menarik selimut
Dengan panik Noel membopong tubuh lunglai itu ke atas tempat tidur. Pria itu segera menutupi tubuh istrinya yang hanya mengenakan sehelai gaun tidur tipisnya dengan selimut, lalu segera berlari menekan tombol intercon memanggil pelayan berulang kali dengan panik. Dalam hati Noel sungguh bersyukur kalau dia memasang CCTV di kamarnya. Dia harus melihat apa yang terjadi semalaman, kenapa Bianca bisa tiba- tiba seperti ini?Lalu suara gemericik air membuatnya heran, pria itu masuk ke kamar mandi dan terkejut dengan air yang sudah luber memenuhi bathup. Tanpa menghiraukan kakinya akan basah, pria itu segera mematikan air yang masih mengalir dengan kening berkerut.“Apa dia mau mandi?” pikir pria itu dengan heran dan memandang ke sekitarnya secara sekilas namun tatapannya berhenti ke sebuah benda berkilat yang harusnya tidak ada di sana. Pria itu berjalan dengan ngeri lalu mengangkat benda pipih mengkilap itu. “Cutter?” Pria itu segera menutup cutter yang dalam keadaan terbuka itu. “Buat
Dia sudah gila atau mungkin sudah sangat putus asa, bagaimana bisa dia menjawab pesan Noel seperti itu! Bianca menatap handphonenya dengan cemas. Awalnya dia mengirim pesan itu secara tak sengaja. Seperti biasa, Bianca sering mengirim pesan khayalan pada Noel, yang tentunya tak pernah dikirim. Sudah gila dia mengirim pesan seperti itu. Tapi sialnya, karena terlalu kesal dengan pesan Kevin, ketikan Bianca yang seharusnya tak dikirim itu ikut terkirim. Kini Bianca menatap panik jawaban Noel. Pria itu menjawabnya! Bianca tak pernah menyangka kalau pria itu bahkan menyimpan nomornya, tapi dari jawabannya menyuruh Bianca tidur, sudah pasti dia tahu kalau ini adalah nomor Bianca.Dengan jemari gemetar wanita itu mengetik kapan pulang, karena sesak yang ada di dadanya. Bagaimana bisa dia serindu itu dengan suaminya? Belum pertemuan dengan ibu tirinya kemarin siang yang memaksa Bianca.Namun jawaban Noel berikutnya sama dinginnya, seakan pria itu tak mau pulang, memang salah Bianca apa? Ada
Seakan semuanya hanyalah mimpi, Noel tak pernah kembali seperti ucapannya terakhir. Noel tak pernah terlihat bahkan sekilas. Pria itu seakan hilang ditelan bumi. Bianca terus menatap jendela dan berharap pintu kamar terbuka tiba- tiba dan suaminya yang tampan datang. Namun, harapan Bianca semakin lama semakin tipis karena, pria itu tak pernah muncul. Hatinya sudah lelah melompat tiap kali pintu diketuk. Tapi setelah dipikir- pikir, pria itu tak pernah mengetuk pintu. Noel akan masuk tanpa meminta izin. Tapi kini, bahkan di kamar perpustakaannya juga, Noel tak pernah ada. Pria itu tak pernah pulang, dan kini setelah Emily dipindah tugaskan, Bianca tak bisa bertanya apa pun padanya. Ketika pada akhirnya Bianca bertanya, Emily yang malah bertanya kembali padanya, karena seharusnya Noel pulang. Pria itu selalu pulang. “Tapi, kenapa dia tak pernah muncul?” tanya Bianca saat kembali melewati kamar perpustakaan Noel yang sempat menjadi peraduan hangat mereka. Sudah berjalan dua bulan, tap
Noel mengerang kesal saat sudah kembali ke dalam mobilnya. Dia segera menyuruh supirnya untuk membawanya kembali untuk menjemput Bianca. Dia sudah jauh terlambat dari yang dia janjikan. Memang ketika ingin cepat, biasanya malah jadi banyak hal yang menghambat, kontrak yang sudah direvisi tadi, ternyata masih banyak salah sehingga Noel harus mendiktekan kontrak itu secara langsung. Noel sudah pastikan akan memecat bagian hukum yang mengerjakan kontrak itu. Pikirannya kembali melayang pada Bianca, wanita itu pasti sudah bosan, atau yang lebih mengerikannya, sudah banyak pria yang menggodanya. Pikiran itu segera membuat Noel bergidik. Istrinya begitu cantik dan polos, walau terlambat tapi akhirnya Noel menyadari hal itu. Bianca sama polosnya dengan Noel sendiri. Mereka adalah hasil produk dari didikan jaman baheula yang tertutup sehingga tak mengerti apapun tentang lawan jenis. Wanita itu bahkan seperti tak menyadari kalau dirinya sangat cantik. Noel mengerang kesal dan segera turun d