Noel selalu memilih untuk duduk di kursi dan di meja itu saat berada di restoran ini. Setelah hampir bangkrut karena lagi- lagi mamanya yang salah strategi pemasaran, untungnya restoran kesukaan Noel ini bisa bertahan dan bahkan mulai bisa untung kembali.Memperkerjakan Cecil adalah salah satu cara agar restoran itu bangkit dari keterpurukannya. Wanita itu pasti tak sabar untuk segera menunjukkan keberhasilannya pada Noel. Tentunya pria itu mengerti, tapi sepertinya Bianca tidak.Baru kali ini Noel melihat wanita itu melotot marah kepada wanita lain. “Apakah dia cemburu?” pikir Noel dengan geli dalam hati sambil terus memperhatikan wanita itu duduk lalu memasang serbet makan dalam pangkuannya.“Dilupakan?” tanya Noel lagi dalam hati. “Apa wanita itu sudah gila? Aku bahkan berusaha setengah mati untuk tidak memikirkannya setiap detik,” geram Noel dalam hati dengan kesal.“Aah … jadi … kira- kira yang biasa?” tanya wanita seksi itu dengan gugup karena melihat bola mata Bianca yang hampi
Tapi nyatanya dia memang takut. Dia takut pria itu marah, dia takut akan dicerai, dia tak mau kembali lagi ke rumah orang tuanya, dia tak mau berpisah dengan Noel, bukan karena dia takut bertemu dengan Alice lagi, tapi karena Bianca mencintai pria itu. Bodoh, tak seharusnya dia mencintai pria yang jelas- jelas mencintai wanita lain. Bianca memperhatikan otot rahang suaminya yang seksi saat sedang serius memotong daging untuknya. Gen Klein memang luar biasa, Noel dan Noah adalah dua pria yang sangat tampan. Tapi Noel tetap menjadi yang paling tampan menurut Bianca. Walau wajah kakak beradik itu sangat mirip, tapi Noel dari sorot mata birunya, terlihat pintar dan misterius. Tapi dari senyumannya yang hanya sekali- sekali terlihat, Noel terlihat manis dan juga hangat, apalagi saat mereka bangun pagi berdua dan pria itu tersenyum hanya untuk Bianca. Hati Bianca melambung tinggi dan terasa hangat.Sayangnya, kini pria itu terlihat membencinya.Bianca mendesah panjang saat pria itu membe
Dahulu, sebelum mengenal wanita, atau lebih tepatnya sebelum mamanya memaksa Noel untuk menikah dan merasakan bagaimana rasanya menghabiskan malam bersama seorang istri, Noel akan bisa menghabiskan waktu malamnya dengan bekerja dan membaca buku.Tapi, kini bagian tubuh tertentu dalam dirinya seakan menuntut untuk segera dibebaskan. Apalagi setelah menghirup aroma tubuh wanita yang paling dia rindukan selama ini, sesuatu di bawah sana mulai bergerak tanpa bisa Noel kendalikan.“Aku mau ko- konsultasi,” jawab Bianca yang segera disesali oleh wanita itu, memangnya Noel, dokter sehingga dia bisa berkonsultasi?“Konsultasi apa?” tanya pria itu dengan bingung. Bianca menatap ke sekelilingnya berusaha mencari apa pun yang bisa menjadi alasannya.“Buku … aku mau konsultasi tentang buku.” Wanita itu tersenyum dengan penuh kemenangan.“Bu- buku?” tanya Noel semakin heran. Bagaimana bisa wanita itu mau berkonsultasi tentang buku di larut malam seperti sekarang, apalagi dengan pakaian setipis i
Noel menghirup aroma manis yang dia rindukan selama seminggu ini. Rambut indah itu tergerai indah dalam dekapannya. Wanita itu begitu sempurna sehingga Noel tak bisa menahan perasaannya. Pria itu sangat mencintai istrinya, sampai dia tak mengerti bagaimana mengendalikan perasaan itu.Seharusnya dia marah, wanita itu tetap berhubungan dengan mantan kekasihnya– walau Bianca mengatakan kalau pria itu sahabat kecilnya, tapi dengan amarah Noah, Noel tau pasti pria itu lebih dari seorang sahabat!Tapi, melihatnya tadi dan memeluknya seperti sekarang, Noel tak bisa menahan gairah. Tapi, gairah itu satu hal, sedangkan perasaan di hatinya, itu suatu hal yang lain lagi. Gairah lelaki seharusnya tak ada hubungannya dengan isi hati. Pria seharusnya bisa membedakan gairah dan hati. Tapi sialnya, dalam kasus Noel semua berantakan. Dia tak bisa mengendalikan nafsu juga perasaannya.Seperti sekarang, seharusnya dia bangkit dan meninggalkan wanita itu, tapi dia malah memeluknya dan menikmati kebersama
Noah membaca ulang pesan singkat yang dikirim oleh Emily tadi malam, entah untuk keberapa kalinya.Pria itu mendesah pelan sambil kembali telepon genggamnya di atas meja. Walau sudah berulang kali dia baca tetap saja kalimat Emily terasa tegas dan dingin seakan tidak ada apa- apa pun yang terjadi di antara mereka.Noah tak bisa menyalahkan wanita itu karena jelas memang dia yang menarik jarak dari Emily sejak kecelakaan itu terjadi. Pria itu merasa kalau dia harus lebih bisa mengendalikan kondisi hatinya dulu sebelum berhubungan lebih lanjut dengan Emily. Bagaimanapun rencananya membeli hanyalah sebuah pion dalam rencana balas dendam Noah kepada keluarga ayahnya. Tetapi apapun rencana Noah sebelumnya kini, dengan adanya kecelakaan itu semuanya berubah.Noah seperti dalam persimpangan. Dia kini harus memilih menghentikan usaha balas dendamnya dan menjadikan Emily kekasihnya, tau melupakan wanita itu untuk melanjutkan mengambil alih perusahaan dari Noel.Semua yang dulunya terasa m
Pria itu segera memutuskan pandangan mereka dengan menepis rambutnya yang panjang. Namun Emily malah memandang jemari Noah masuk ke dalam rambutnya yang lebat dan menikmati kedekatan mereka.“Em?” tanya pria itu dengan suara parau.“Oh … “ Wajah Emily terasa panas karena tertangkap basah memandangi wajah Noah. Dia merasa sangat konyol, sejak kapan dia melamun memandangi wajah seorang pria, sungguh memalukan.“No- Noel bertanya tentang pria itu,” gumam Emily sambil membuka pintu untuk kembali masuk ke dalam kastil. Wanita itu menunggu Noah untuk mengikutinya. Pria itu menghela napas panjang lalu ikut menahan pintu. Aroma manis dari rambut Emily membuatnya menggila. Sekuat tenaga pria itu mencoba menahan dirinya untuk tak segera
Bianca menahan napasnya karena terkejut.“Maaf,” ucapnya segera menyesal dan malu. Bianca segera menarik diri dan menunduk dengan resah.Pria itu terasa mau meledak, namun wanita yang membuatnya merasakan semua itu malah merajuk di hadapannya. Kimono Bianca yang dengan susah payah Noel tutup tadi, kembali terbuka dan memperlihatkan keindahannya. Bagaimanapun, Noel tetap pria normal, ini adalah siksaan yang sangat berat.“A-aku akan minta agar pelayan untuk me- menyiapkan sarapan,” desah wanita itu sambil menggeser tubuhnya untuk turun dari tempat tidur. Noel menggertakkan dirinya karena sebenarnya dia juga tak mau wanita itu pergi. Dirinya seakan terbelah akan keinginan tubuhnya dengan apa yang otaknya pikirkan.&
Sepanjang berjalan ke arah ruangan Emily, Noah tak ada hentinya mengomentari apa pun yang ada di kastil tempat kakaknya tinggal. Walau semua yang dia komentari tak penting tapi Emily merasa jadi lebih tenang karena setidaknya pria itu sudah tak ketus lagi padanya“Menurutmu desain tangganya bagaimana? Kolamnya juga … ck, heran selera ibu tua itu membosankan sekali! Terlalu kuno,” ucap pria itu sambil menaiki tangga mengikuti langkah Emily. “Maksudku, bolehlah menjaga keaslian desain kastil yang ratusan tahun, tapi pasang lift boleh juga kalau kita naik ke lantai tiga.” Pria itu mengomel saat Emily naik lagi ke anak tangga menuju lantai tiga. “Sebenarnya ruanganku di lantai empat.” Emily hampir tertawa saat melihat wajah terkejut Noah. “Hah! Lalu… kamu harus naik tangga setiap hari 4 lantai ini setiap hari?” tanya Noah dengan tidak terima. “Anggap olahraga, biar aku nggak makin gendut,” kekeh Emily sambil menaiki anak tangga dengan lincah. “Kamu sama sekali nggak gendut. Sama s
Kevin benar- benar habis akal. Bagaimana bisa tiba- tiba keluarga Kelly mengetahui kalau keluarganya sedang diambang kebangkrutan. Semalam ayah Kelly memanggilnya dan bertanya banyak tentang bisnis fiktifnya. Walau gaya dari ayah Kelly itu seperti menelan bulat- bulat bualannya, tapi entah kenapa Kevin merasa tak yakin. Pria itu memandangnya dengan tatapan aneh.Lagi pula ada satu pria lagi yang harus dia pikirkan sekarang. Luuk Jaager. Entah kenapa pria itu kini terus mengawasinya juga. Hutang yang tadi dia pikir tak seberapa untuk Luuk, kini terasa sangat besar. Luuk meminta uangnya kembali sedangkan Kevin tak memiliki apapun sekarang kecuali nama keluarganya.“SIALAN!” maki Kevin sambil mau membanting handphonenya ke lantai, tapi tak jadi karena kalau sampai handphone itu rusak, Kevin tak memiliki uang untuk membeli handphone lagi. Akhirnya pria itu hanya bisa membanting tubuhnya ke sofa sambil kembali memaki.Pria itu meraih handphone dan melihat nama Bianca lalu menekannya. Seper
Pagi itu mereka bergulat dengan penuh gairah, seakan menumpahkan hasrat yang tertahan selama berbulan-bulan dalam satu hari. Noel hanya beristirahat sebentar sambil mengelus tubuh istrinya dengan mesra, mengagumi setiap sentinya dengan penuh perhatian. Jantung Bianca berdebar dengan kencang. Sejujurnya semua ini rasanya seperti mimpi saja. Dia terbangun dan ada Noel pun rasanya sudah seperti imajinasinya menjadi kenyataan. Tapi, kali ini pria itu bahkan memandangnya dengan penuh pemujaan sehingga hati Bianca seakan mau meledak rasanya. Saat pria itu bangkit, Bianca mengira kalau Noel akan pergi seperti biasa, tapi siapa sangka pria itu kembali mencumbu dan menyatu lagi dengannya sampai tiga kali di pagi itu.“Maaf, kamu pasti lelah ya,” erang pria itu dengan terengah-engah saat mencapai puncaknya lagi di atas tubuh istrinya. Wajah Bianca yang putih seperti keramik kini memerah setelah percintaan terakhir mereka. Dengan perlahan wanita itu tersenyum manja lalu menggeleng. “Nggak,”
Kenyang dan juga tidak tidur semalaman, Bianca sebenarnya sangat lelah. Sehingga saat merasakan kehangatan yang diberikan oleh suaminya, wanita itu seakan pesawat yang sudah tinggal landas. Apalagi saat Noel mulai mengusap rambutnya dengan lembut, bibirnya merayap di sekujur wajah dan lehernya. Hangat, nyaman dan kenyang, Bianca menutup mata dengan nyaman. Kedua tangannya merangkul pria yang sangat dia cintai. Namun sayangnya karena ini terlalu nyaman, wanita itu benar- benar tinggal landas dan tertidur pulas. Noel menghentikan ciumannya saat mendengar dengkuran wanita itu.“Cih … serius ciumanku segitu membosankannya sampai dia tertidur?” pikir Noel dengan tersinggung sambil terus mencoba mencium cerukan leher istrinya. Bibir wanita itu bergerak-gerak seakan membalas ciuman Noel, tapi matanya tetap terpejam dan dengkurannya terus terdengar rata.“Bian?” desah Noel berbisik di telinga istrinya lalu mengecupnya dengan mesra hal yang biasanya membuat Bianca mengerang nikmat kali ini h
Bagaikan mimpinya berlanjut, bibir Noel menguasai dirinya, ciuman yang panas dan penuh gairah membuat Bianca lupa mau bicara apa tadi. Dia hanya ingin pria itu tetap bersamanya, dan ternyata pria itu memang tak mau pergi. Tangannya kini berjalan perlahan, menyentuh bagian tubuh tersensitif Bianca. Sentuhan yang sangat Bianca rindukan. Separuh tubuh jiwa Bianca yang haus kini seakan melayang, jemari itu menguasai Bianca sehingga wanita itu berserah sepenuhnya. Lalu seakan tersadar pria itu terdiam dan menarik dirinya. “Jangan pergi…” pekik Bianca meratap segera menangkap dan memeluk suaminya dengan seerat dia bisa.Noel terkesiap kaget saat merasakan tubuh hangat Bianca dalam dekapannya. Segera otaknya menyuruh tangan melepaskan dekapan itu. Sudah gila dia mencium wanita itu? Wanita yang sudah berkhianat dan bersama kekasihnya kemarin! Tapi mendengar rengekkannya kembali membuat pikiran dan hati Noel tak sejalan.“Aku mau taruh ini Bian,” ujar Noel beralasan agar Bianca melepaskan pe
Bianca adalah wanita yang lembut, suaranya kecil dan jarang beremosi. Namun kali ini wanita itu mengusirnya dengan kasar, dan terlebih dari itu, Bianca membentak Noel untuk keluar dari kamar di rumahnya sendiri.Pria itu terdiam dan menatap gulungan selimut berisi Bianca di atas tempat tidur dengan perasaan campur aduk.Pelayan mengetuk dan datang membawa sup dan berbagai perlengkapan makan dalam kereta dorong. Aroma bawang putih mulai memenuhi kamar tidur membuat perut Noel mulai bergoyang karena sebenarnya pria itu berbohong, karena menunggu Bianca siuman, pria itu juga belum makan seharian. “Makanan sudah datang, ayo bangun dan makan!” perintah Noel mengabaikan Bianca. Wanita itu tak bergeming dalam gulungan selimutnya.“Bian!” “Nggak mau, kamu denger ‘kan apa kata dokter tadi, aku tu cuma kelelahan, aku lelah aku mo tidur!” ujar wanita itu dengan keras kepala. “Nggak, kamu butuh makan, nggak usah pake diet! Badan dah kurus begitu pakai diet!” desis Noel sambil menarik selimut
Dengan panik Noel membopong tubuh lunglai itu ke atas tempat tidur. Pria itu segera menutupi tubuh istrinya yang hanya mengenakan sehelai gaun tidur tipisnya dengan selimut, lalu segera berlari menekan tombol intercon memanggil pelayan berulang kali dengan panik. Dalam hati Noel sungguh bersyukur kalau dia memasang CCTV di kamarnya. Dia harus melihat apa yang terjadi semalaman, kenapa Bianca bisa tiba- tiba seperti ini?Lalu suara gemericik air membuatnya heran, pria itu masuk ke kamar mandi dan terkejut dengan air yang sudah luber memenuhi bathup. Tanpa menghiraukan kakinya akan basah, pria itu segera mematikan air yang masih mengalir dengan kening berkerut.“Apa dia mau mandi?” pikir pria itu dengan heran dan memandang ke sekitarnya secara sekilas namun tatapannya berhenti ke sebuah benda berkilat yang harusnya tidak ada di sana. Pria itu berjalan dengan ngeri lalu mengangkat benda pipih mengkilap itu. “Cutter?” Pria itu segera menutup cutter yang dalam keadaan terbuka itu. “Buat
Dia sudah gila atau mungkin sudah sangat putus asa, bagaimana bisa dia menjawab pesan Noel seperti itu! Bianca menatap handphonenya dengan cemas. Awalnya dia mengirim pesan itu secara tak sengaja. Seperti biasa, Bianca sering mengirim pesan khayalan pada Noel, yang tentunya tak pernah dikirim. Sudah gila dia mengirim pesan seperti itu. Tapi sialnya, karena terlalu kesal dengan pesan Kevin, ketikan Bianca yang seharusnya tak dikirim itu ikut terkirim. Kini Bianca menatap panik jawaban Noel. Pria itu menjawabnya! Bianca tak pernah menyangka kalau pria itu bahkan menyimpan nomornya, tapi dari jawabannya menyuruh Bianca tidur, sudah pasti dia tahu kalau ini adalah nomor Bianca.Dengan jemari gemetar wanita itu mengetik kapan pulang, karena sesak yang ada di dadanya. Bagaimana bisa dia serindu itu dengan suaminya? Belum pertemuan dengan ibu tirinya kemarin siang yang memaksa Bianca.Namun jawaban Noel berikutnya sama dinginnya, seakan pria itu tak mau pulang, memang salah Bianca apa? Ada
Seakan semuanya hanyalah mimpi, Noel tak pernah kembali seperti ucapannya terakhir. Noel tak pernah terlihat bahkan sekilas. Pria itu seakan hilang ditelan bumi. Bianca terus menatap jendela dan berharap pintu kamar terbuka tiba- tiba dan suaminya yang tampan datang. Namun, harapan Bianca semakin lama semakin tipis karena, pria itu tak pernah muncul. Hatinya sudah lelah melompat tiap kali pintu diketuk. Tapi setelah dipikir- pikir, pria itu tak pernah mengetuk pintu. Noel akan masuk tanpa meminta izin. Tapi kini, bahkan di kamar perpustakaannya juga, Noel tak pernah ada. Pria itu tak pernah pulang, dan kini setelah Emily dipindah tugaskan, Bianca tak bisa bertanya apa pun padanya. Ketika pada akhirnya Bianca bertanya, Emily yang malah bertanya kembali padanya, karena seharusnya Noel pulang. Pria itu selalu pulang. “Tapi, kenapa dia tak pernah muncul?” tanya Bianca saat kembali melewati kamar perpustakaan Noel yang sempat menjadi peraduan hangat mereka. Sudah berjalan dua bulan, tap
Noel mengerang kesal saat sudah kembali ke dalam mobilnya. Dia segera menyuruh supirnya untuk membawanya kembali untuk menjemput Bianca. Dia sudah jauh terlambat dari yang dia janjikan. Memang ketika ingin cepat, biasanya malah jadi banyak hal yang menghambat, kontrak yang sudah direvisi tadi, ternyata masih banyak salah sehingga Noel harus mendiktekan kontrak itu secara langsung. Noel sudah pastikan akan memecat bagian hukum yang mengerjakan kontrak itu. Pikirannya kembali melayang pada Bianca, wanita itu pasti sudah bosan, atau yang lebih mengerikannya, sudah banyak pria yang menggodanya. Pikiran itu segera membuat Noel bergidik. Istrinya begitu cantik dan polos, walau terlambat tapi akhirnya Noel menyadari hal itu. Bianca sama polosnya dengan Noel sendiri. Mereka adalah hasil produk dari didikan jaman baheula yang tertutup sehingga tak mengerti apapun tentang lawan jenis. Wanita itu bahkan seperti tak menyadari kalau dirinya sangat cantik. Noel mengerang kesal dan segera turun d