Dima mengajak Dira untuk makan malam. Makan malam kali ini sengaja dipesan Dima, di pinggir pantai. Meja dan kursi ditata tepat di atas pasir pantai, dihiasi dengan lilin-lilin. Sorot cahaya dari obor pun membuat gelapnya malam menjadi terang. Langit malam yang dihiasi bintang membuat suasana menjadi romantis. Bulan yang begitu cantik, menambah keindahan langit malam itu. Makan malam kali ini benar-benar di waktu yang indah.Dira yang melihat makan malam kali ini benar-benar senang. Makan malam dengan suasana berbeda dengan biasanya. Terakhir kali makan malam romantis yaitu saat di restoran hotel Maxton. Berada di lantai paling atas hotel tersebut.“Kamu memesan ini?” tanya Dira memastikan.“Iya, aku sengaja memesan ini untuk kita. Aku ingin menciptakan kenangan manis bersamamu.” Dima tidak mau sampai bulan madu mereka biasa saja. Dia ingin bulan madu mereka meninggalkan kesan yang luar biasa.“Ayo duduk.” Dima menarik kursi dan mempersilakan Dira untuk duduk. Saat Dira duduk, dia me
“Kenapa kalian sudah pulang?” Mama Ale yang melihat Dima dan Dira merasa heran. Padahal seingatnya kemarin sang anak baru saja pergi bulan madu, tetapi baru sehari, mereka sudah pulang. “Aku tidak enak badan, Ma. Kemarin demam. Jadi akhirnya Kak Dima memutuskan untuk pulang.” Dira memilih untuk berbohong dan tidak mengatakan kejadian sesungguhnya. Karena takut Mama Ale nanti menyalahkan Dima. “Benarkah, kamu sakit?” Mama Ale langsung menempelkan punggung tangannya di dahi Dira. Mengecek suhu tubuh menantunya. “Tapi, tidak demam.” Saat punggung tangan ditempelkan, Mama Ale tidak mendapati suhu tubuh tinggi pada Dira. “Demamnya sudah reda, Ma. Semalam Kak Dima mengompres aku.” Dira kembali menjelaskan. “Mungkin kamu kelelahan karena itu kamu demam.” Mama Ale menebak apa yang terjadi pada Dira. “Mungkin saja, Ma.” Dira mengangguk membenarkan ucapan mertuanya. Dia seolah yakin sekali dengan ucapan sang mertua. “Kalau begitu kamu istirahat
Dima akhirnya pergi ke restoran untuk menemui Ria. Saat sampai di restoran tersebut, Dima harus menunggu lebih dulu, karena Ria dalam perjalanan ke restoran.Beberapa saat kemudian Ria datang. Dia segera menghampiri Dima yang datang lebih dulu datang. “Maaf aku terlambat.” Dia segera menarik kursinya dan mendudukkan tubuhnya. “Tidak apa-apa.” Dima juga belum lama datang. Jadi merasa Ria tidak benar-benar terlambat.Ria memesan minuman lebih dulu untuk menemaninya mengobrol dengan Dima. Dima sendiri sudah memesan lebih dulu, jadi hanya Ria yang memesan. Tak butuh waktu lama minumannya datang. Ria bisa mengobrol dengan leluasa dengan meminum minumannya.“Apa yang ingin kamu bicarakan.” Dima menatap Ria yang duduk di depannya itu.“Dim, aku rasa kamu harus bicara lagi dengan Alia. Aku sudah berusaha untuk bicara dengannya, tetapi dia masih merasa tidak salah dengan apa yang dilakukannya.” Ria memilih angkat tangan dibanding harus memaksakan diri dan disalahkan.“Aku sudah bicara dengann
Kecewa. Itulah perasaan Dira saat ini. Dia merasa jika suaminya benar-benar tega padanya. Melakukan hubungan intim dengan wanita lain sebelum menikah dengannya. Namun, sejenak Dira berpikir jika itu adalah masa lalu. Dia adalah masa depan Dima. Jadi harusnya apa pun yang terjadi di masa lalu, bukanlah masalah untuk hubungannya.Dira berbalik dan segera mengayunkan langkahnya mendekat ke arah Alia. Dia berdiri tepat di hadapan Alia. “Kamu tahu jika kehormatan wanita adalah tanggung jawab kita sebagai wanita? Jadi jika pria merenggutnya, bukankah harusnya yang perlu disalahkan adalah wanita. Kenapa tidak bisa menjaganya? Seorang singa yang lapar tidak akan memakan buruannya jika tidak tersaji di depan mata. Jadi sebelum jadi sajian, bukankah kita harus bersembunyi dan menghindar.” Dengan tenang Dira menjawab.Dira juga adalah wanita. Dia tahu pasti bagaimana kehidupan ini. Laki-laki pastinya akan mengambil kesempatan. Karena itu, untuk menjaga diri, Dira memilih tidak berpacaran.Alia t
Akhirnya Dima pergi ke apartemen Alia untuk menyelesaikan masalahnya. Saat sampai, dia menghubungi Ria. Tentu saja dia tidak mau jika harus ke apartemen Alia sendiri. Tak mau sampai kedatangannya dimanfaatkan untuk fitnah lagi. Kebetulan Ria memang tinggal dia apartemen yang sama dengan Alia. Hanya berbeda unit. Jadi tak butuh waktu lama Ria datang.“Akhirnya kamu mau juga bicara juga dengan Alia.” Ria bersyukur karena Dima mau menemui Alia. Jika begini, dia yakin Alia akan berhenti mengganggu Dima.“Jika bukan karena Alia datang ke kantor dan membuat keributan, tentu saja aku tidak akan datang.” Dima masih begitu kesal sekali dengan aksi Alia.“Dia datang ke kantormu?” Ria cukup terkejut mendengar hal itu.“Iya, dia datang ke kantorku dan menemui istriku. Mengatakan hal yang tidak-tidak pada istriku.”“Aku sudah bilang untuk menemui. Kamu tidak mau menemuinya segera.” Ria sudah menduga jika Alia akan berbuat nekad. Karena itu dia meminta Dima untuk segera menemui Alia. Sayangnya, Dim
“Aku hanya perlu menenangkan diri.” Dira menundukkan pandangan.Dima menghentikan makannya. Kemudian memutar tubuhnya agar dapat melihat sang istri. Dengan lembut, Dima memutar tubuh sang istri agar menatap ke arahnya. Sayangnya, walaupun tubuhnya sudah memutar, pandangan Dira tetap menunduk.“Bukankah harusnya kamu bertanya padaku?” Dima menarik dagu Dira agar melihat ke arahnya.Dira menatap ke arah Dima. Matanya berkaca-kaca ketika melihat sang suami. “Aku takut mendengar jawabannya.” Tanpa sadar air matanya lolos dari mata indahnya.“Kamu belum mendengarnya. Kenapa harus takut?” Dima menghapus air mata Dira.Dira berusaha untuk tetap tenang. Menghentikan tangisnya. Memberanikan diri untuk menatap Dima.“Apa kamu melakukannya?” tanya Dira memastikan.Dima menatap Dira penuh damba. Baginya, tidak ada wanita yang dicintai selain sang istri.“Aku tidak pernah melakukannya. Aku berpacaran secara sehat. Jadi yang dikatakan Alia tidaklah benar.” Dima mencoba untuk meyakinkan Dira.Dira m
Mendapati pertanyaan itu membuat Dima dan Dira terkejut. Terutama Dira. Dia tidak menyangka jika mamanya tahu persoalannya.“Tidak ada apa-apa, Ma.” Dima mengelak ucapan sang mama.“Jelas-jelas kamu cari Dira tadi.” Mama Ale merasa jika Dima berbohong padanya.Dima tentu saja tidak punya pilihan. Dia tentu saja harus menjelaskan pada sang mama.“Baiklah, Dima jelaskan sambil duduk saja.” Dima segera melepaskan genggaman tangan dengan Dira. Kemudian memegangi bahu sang mama. Mendorongnya perlahan masuk ke rumah. Mengajaknya duduk di ruang keluarga.Dira mengekor di belakang sang suami. Ikut duduk di ruang keluarga.“Jadi tadi siang ada mantan kekasihku datang. Dia berbicara dengan Dira dan mengatakan yang tidak-tidak pada Dira. Dira sempat kecewa dan pergi. Tapi, ternyata dia ke apartemen Arlo. Bersama Arlo dan Fazila.” Dima mencoba menjelaskan pada sang mama.“Memang apa yang dikatakan wanita itu sampai Dira kecewa?” tanya Dira.“Dia mengatakan jika aku pernah tidur dengannya.” Dima m
Seusai dengan rencana, hari ini Dima dan Dira pergi ke Paris. Mereka ingin merayakan hari pernikahan. Setelah enam belas jam perjalanan, akhirnya mereka sampai juga. Dima dan Dira langsung menuju ke hotel tempat mereka menginap.Saat sampai di hotel, Dira dibuat tercengang ketika melihat Menara Eiffel yang terlihat dari kamar mereka. Tampak cantik sekali. Tentu saja membuatnya tak sabar untuk menikmati Menara Eiffel dari dekat.Dira segera membuka balkon yang menghadap ke menera Eiffel. Walaupun dari kejauhan, menara Eiffel masih terlihat tinggi. Dibanding bangunan-bangunan lain, memang menara itu jauh lebih tinggi.“Indah sekali. Kamu pas sekali memesan hotel di sini.” Dira benar-benar bahagia sekali ketika kamarnya menghadap ke menara Eiffel. Tampak cantik sekali.Dima segera menghampiri sang istri. Kemudian memeluknya. “Kamu suka?” tanya Dima.“Suka sekali.” Dira mengangguk.“Ayo kita ke sana.&rdq