Fatma saat ini sedang menata makanan di meja, tak lama Azizah datang sambil menggendong bayinya. Dia duduk di kursi dan keduanya nampak terdiam tidak ada yang mengeluarkan suara satu kata-kata pun.Hingga tiba-tiba saja Fatma menyerahkan jus kepada Azizah. "Minumlah! Ini baik untuk kesehatan."Mendapat perhatian lebih dari Fatma setelah kejadian semalam, membuat Azizah seketika menatap ke arahnya. "Mbak tidak marah kepadaku?"Fatma tersenyum kemudian dia menggelengkan kepalanya. "Tidak. Aku tidak marah kepadamu. Aku hanya kecewa saja kepada Mas Satria," jujurnya, karena ia tidak mau menyembunyikan apapun lagi dari Azizah tentang perasaannya.Mendengar jawaban Fatma, Azizah tersenyum haru, tak menyangka Fatma memiliki hati yang luas untuk memaafkan seseorang, padahal Ia tahu bahwa Fatma juga kecewa karenanya."Aku juga tidak tahu Mbak, jika Mas Satria mengatakan itu ... tapi aku juga sudah memarahinya semalam. Semoga saja dia merenungi setiap perkataan kita. Tentang kesalahannya.""Aa
"Aku sudah memaafkan kamu Mas, jauh sebelum kamu meminta maaf. Tapi untuk kalungnya, maaf aku tidak bisa Simpan saja!" Fatma menolak sambil tersenyum tipis.Satria merasa bahwa Fatma masih belum memaafkannya dengan penolakan tersebut. "Kalau kamu menolak kalung ini, berarti kamu belum bisa memaafkanku "Mendengar hal itu Fatma bangkit dari duduknya kemudian dia tersenyum tulus ke arah Satria. "Maaf itu datangnya dari hati, bukan dari barang. Maaf itu datangnya dengan ketulusan bukan karena paksaan. Aku ini memang Seorang Istri dan seharusnya memang memaafkan kamu sebagai suami, karena pasangan memang harus saling melengkapi, harus saling memaafkan, harus saling menutupi aib. Tanpa kamu meminta maaf kepadaku, aku sudah memaafkanmu. Walaupun aku tidak bisa mempunyai hati seluas samudera, tapi untuk kalung ini aku terima, namun aku memang tidak memakai perhiasan Mas, kamu pun tahu itu ... selain cincin pernikahan kita yang ku pakai."Satria tertegun mendengar penjelasan Fatma yang pa
"Kenapa memanggilku?" tanya Yusuf saat berada di dalam ruangan milik Satria.Pria itu menatap Yusuf dengan serius membuat Yusuf penasaran. "Lo, kenapa sih?""Aku mau kamu belikan aku cctv!" pinta Satria."Hah? Cctv? Untuk di mana? Cafe?" bingungnya, sebab yang ia tahu di cafe sudah banyak cctv."Bukan! Tapi untuk di rumahku," jawab Satria, membuat Yusuf semakin heran.Kemudian Satria pun menjelaskan apa yang terjadi dan untuk apa benda itu. Akhirnya Yusuf paham. "Menurut lo ... apa istri gue punya fans?"Mendengar itu Yusuf malah terkekeh. "Lo ini ada-ada aja deh. Emangnya Istri lo itu artis, sampai banyak fansnya?" Pria tersebut menggelengkan kepalanya sambil terus terkekeh kecil, karena menurutnya hal itu sangat lucu, tetapi seketika tawanya terhenti saat melihat wajah serius dari Satria.Dia pun merasa tak enak. "Oke, oke, gue minta maaf kalau memang lo lagi serius. Tapi menurutku sih nggak mungkin ya." Sejenak Yusuf menghentikan ucapannya, "tapi mungkin juga sih." Sejurus demikian
"Aku hanya sedang kelelahan saja Mas." Satria pun menyudahi penyatuan mereka, dia berbaring dan menyelimuti tubuh Fatma yang polos.Sementara wanita itu tidur membelakanginya. Entah kenapa sekarang rasanya sudah tidak ada gairah lagi saat mereka melakukan hubungan suami istri."Jam menunjukkan pukul 04.30 pagi, Fatma terbangun dan membersihkan dirinya. Tiba-tiba ada seseorang yang memeluknya dari belakang, ternyata itu adalah Satria. "Kita mandi bareng yuk! Nabi saja selalu mandi bareng bersama dengan istrinya."Fatma hanya diam sambil mengangguk kecil, namun saat sSatria lagi-lagi akan melakukan penyatuan tiba-tiba Fatma menolak. "Maaf Mas, waktu subuh akan habis."Akhirnya Satria pun tidak jadi hingga setelah mereka melakukan shalat subuh, pria itu pun pamit untuk menengok keadaan Syafiq. Fatma hanya diam sambil menganggukkan kepalanya saja.'Sepertinya Fatma masih marah kepadaku? Dia sama sekali tidak berucap apapun, dan sikapnya terkesan sangat dingin.'"Selamat pagi Umi," sapa Fa
"Satria, kamu mau ke cafe kan?" tanya Meli saat Satria akan beranjak."Iya," jawabnya dengan datar."Kalau begitu, bareng yuk! Kebetulan aku juga mau ke cafe nih." Mendengar hal itu Satria seketika menatap ke arah kedua istrinya, akan tetapi Fatma cuek. Sementara Azizah hanya diam karena dia bingung harus menanggapinya seperti apa."Tapi--""Ayolah! Kita ini kan satu Cafe. Aku manajer di sana, lagi pula kamu nggak mau kan karyawanmu ini terlambat masuk kerja?""Okelah," jawabnya dengan pasrah. "Ayo! Sayang, aku berangkat ke cafe dulu ya." Satria mengecup kening Azizah dan juga Fatma bergantian, kemudian kedua wanita itu pun mencium tangannya.Melli tersenyum senang, dia masuk ke dalam mobil milik Satria dan duduk di sampingnya. "Sepertinya kamu sedang ada perang dingin ya dengan istrimu?""Maksudnya?" Satria menoleh sekilas ke arah Meli."Entahlah ... mungkin ini hanya perasaanku atau memang benar. Tapi melihat dari gelagat istri pertamamu itu, dia seperti sedang mencueki dirimu? Atau
Biasanya Abi Haidar terkenal sangat dingin dalam menyikapi sebuah masalah, tapi kali ini dia benar-benar sudah tidak bisa menahan emosinya, karena perkataan Satria selalu saja menghancurkan batin putri kesayangannya."Kamu tahu isi di dalam paket itu apa? Bisa tidak kamu itu menganalisanya terlebih dahulu sebelum kamu membantingnya, Satria!" tegas Abi Haidar dengan tatapan tajamnya.Terlihat sebuah cairan dari dalam paket tersebut seperti jamu, membuat Satria seketika menatap ke arah Abi Haidar dengan penasaran."Lihatlah!" tunjuknya pada paket tersebut, "kamu sudah menghancurkan obat pesanan Abi untuk Fatma. Itu bukanlah paket dari orang misterius, Satria, tapi abi sendiri yang memesannya dari sahabat Abi untuk kesembuhan Fatma Kamu tahu tidak!" bentak abi Haidar.Satria yang mendengar itu pun tersentak kaget, dia menatap bersalah ke arah ayah mertuanya. "Maafkan Satria, Abi. Satria tidak tahu jika--""Sudahlah. Kamu memang selalu bertindak tanpa berpikir dahulu, itu sudah menjadi k
Mereka sampai di suatu tempat yang tak lain adalah sebuah restoran di pinggir pantai. Fatma cukup tercengang karena Satria baru pertama kali ini mengajaknya dinner, kemudian mereka duduk di tempat yang sudah disediakan oleh pelayan."Jadi kamu ngajak aku dinner?" tanya Fatma sambil menatap lekat ke arah pria yang berada di hadapannya"Iya, benar sekali," jawab Satria. Kemudian dia memberikan satu buket bunga mawar berwarna pink kepada istrinya, membuat Fatma semakin terpaku dengan sikap romantis Satria."Aku minta maaf jika selama ini aku selalu menyakiti hatimu, menyakiti batinmu, tapi sejujurnya itu bukan keinginanku dan itu bukan maksudku. Jadi aku berharap ... setelah malam Ini hubungan kita akan kembali seperti dulu," ucap Satria sambil menatap lekat ke arah Fatma.Fatma dapat melihat raut penyesalan di wajah suaminya, namun entah kenapa dia pun merasa aneh dengan perasaannya. Tidak ada lagi rasa bahagia dan cintanya pada Satria saat pria itu berlaku romantis. Dia baru sadar bahw
"Kamu tidak apa-apa?" tanya seorang pria yang baru saja ditabrak oleh Fatma."Ya, aku tidak apa-apa. Kamu di sini juga?" Fatma berkata sambil menghapus air matanya."Oh ... jadi kamu berani melawanku dan kamu berani berkata seperti tadi, itu karena kamu sudah mempunyai hubungan sama dia?" tuduh Satria sambil menepuk tangannya. "Ternyata benar ya adugaanku selama ini .. ternyata kamu sudah berselingkuh di belakangku. Iya Fatma!" bentak Satria dengan marah.Fatma tentu saja menggeleng dengan tegas, karena tuduhan Satria tidak pada dasarnya. "Lagi-lagi kamu menuduh aku selingkuh, Mas? Aku dan dia tidak sengaja bertemu di sini.""Hahaha! Fatma ... Fatma ... kau pikir aku ini anak kecil yang gampang kau bodohi? Sayangnya aku bukan bocah ingusan yang terbuai oleh mulut manismu. Kau pura-pura terdzalimi, ternyata kau wanita playing victim!" sentak Satria dengan sorot mata yang tajam."Cukup!" ujar seorang pria yang berada di hadapan Fatma yang tak lain adalah Andre. "Apa begini caramu mempe
"Mas Satria!" kaget Fatma.Satria menatap teduh ke arah Fatma, bergantian pada bayi yang ada di dalam gendongan wanita itu. "Hai, aku tadi habis meeting tidak sengaja melihat kalian. Maaf jika aku mengganggu.""Tidak apa Nak. Sini duduklah bergabung bersama dengan kami!" ajak Abi sambil menepuk kursi kosong yang ada di sebelahnya."Oh ya, tidak apa Bi. Saya juga masih ada pekerjaan, dan bayi ini siapa?" tanyanya penasaran sambil melihat ke arah bayi mungil nan cantik yang berada di dalam gendongan mantan istrinya."Ini adalah anak kami," jawab Andre."Hah? Anak?" bingung Satria, karena setahunya Fatma tidak bisa hamil. Dia juga memperhatikan bahwa wajah wanita itu sekarang berbinar dengan sangat cantik, tidak seperti saat berada di sisinya pucat tanpa gairah.'Fatma benar-benar berubah. Auranya sekarang terpancar begitu sangat indah dan cantik, berbeda saat dia bersamaku dulu.' batin Satria."Iya, memang Fatma tidak bisa hamil," sindir Andre yang tahu isi di dalam pikiran Satria. "Tap
"Kalau aku sih setuju saja. Lalu kapan kita akan ke sana dan rekomendasi Panti Asuhan mana yang bagus menurut mama atau menurut Umi dan Abi?""Umi punya rekomendasi yang bagus," ucap Umi Khaira.Mereka setuju untuk 4 hari ke sana, melihat apakah ada seorang bayi yang akan diadopsi atau tidak. Dan setelah makan malam selesai Caca dan juga tante Lena pulang begitu pula dengan Umi dan Abi."Kamu baik-baik ya Nak. Kalau ada apa-apa dan butuh apa-apa, tinggal bilang sama Umi. Pasti Umi buatkan dan Umi bantu. Dan Andre. Tolong jaga Fatma ya! Besok Umi ke sini lagi.""Iya Umi. Umi dan Abi hati-hati di jalannya!""Assalamualaikum," ucap Abi dan Umi serempak."Waalaikumsalam."..Hari yang ditunggu pun telah tiba, di mana hari ini Fatma, Andre dan keluarga mereka pergi ke sebuah Panti Asuhan, tetapi tidak dengan Caca, karena dia menemani Vano di rumah."Ayo kita masuk!" ajak Umi, "Assalamualaikum!" ucapnya saat mereka sudah masuk ke dalam panti asuhan."Waalaikumsalam. Eh, mbak Khaira." Seora
Hari ini Fatma dan juga Andre pulang kembali ke tanah air zetelah wanita itu dinyatakan sembuh. Tentu saja membuat kebahagiaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata oleh Andre maupun kedua orang tua Fatma."Mas, aku bisa jalan sendiri," ucap Fatma dengan wajah yang malu saat Andre menggendongnya turun dari mobil setelah mereka sampai di rumah."Iya, aku tahu, tapi aku tidak mau jika istriku sampai kelelahan," jawabannya sambil tersenyum manis, kemudian dia masuk dan menidurkan Fatma di atas ranjang. "Istirahat dulu ya! Nanti setelah makanan siap aku akan memberitahumu."Fatma hanya bisa mengangguk sambil tersenyum bahagia, karena perlakuan Andre yang begitu membuatnya semakin jatuh cinta.Dia merasa seperti seorang ratu di dalam kehidupan Andre, di mana pria itu tak pernah sekalipun menyakitinya, bahkan selalu membuatnya tersenyum. Mungkin memang itu yang dinamakan cinta sejati."Sekarang aku percaya Mas, bahwa penyakit itu bisa sembuh bukan karena Allah saja, tetapi karena bat
"Bu, Caca pergi dulu ya," ucap Caca sambil mencium tangan ibunya saat jam menunjukkan pukul 07.30 pagi, sebab tadi Vano sudah mengirimkan pesan bahwa sopirnya sedang menunggu di parkiran rumah sakit."Maafkan Ibu ya, Nak, kamu harus menikah dengannya tanpa cinta. Maaf jika kami belum bisa menjadi orang tua yang baik untukmu." Bu Eka menangis."Ibu ini bicara apa sih. Tidak perlu menyesali apapun. Caca ikhlas kok. Lagi pula, cinta akan datang seiring berjalannya waktu. Doakan saja yang terbaik untuk rumah tangga Caca. Kalau begitu Caca pamit ya Bu, Pak Vano sudah menunggu."Setelah mencium tangan ibunya Caca pergi, akan tetapi sang ayah masih belum tersadar, sehingga wali nikah diwakilkan kepada wali hakim, sebab tidak memungkinkan untuk ayahnya Caca hadir.Saat mobil sudah sampai di kediaman tante Lena, Caca langsung disambut oleh wanita itu. "Jadi kamu yang bernama Caca?""Iya Tante. Maaf, Tante siapa ya?" Caca yang bilang memang belum mengetahui siapa Tante Lena."Perkenalkan. Saya
"Syarat? Syarat apa yang Bapak maksud?" bingung Caca sambil menatap ke arah Vano.Pria itu tersenyum miring kemudian dia melipat tangannya di depan dada dan menyandarkan tubuhnya di dinding."Syaratnya adalah ... kau harus menikah denganku!" Ucapan Vano sontak membuat kedua bola mata Caca membulat, tetapi pria itu masih terlihat begitu santai. "Ya terserah pada dirimu ... kalau kau memang sayang dengan ayahmu, maka aku bisa membantumu. Syaratnya adalah tadi, jika kau tak mau juga tak masalah."Pria itu menegakkan tubuhnya hendak pergi dari sana, namun tiba-tiba Caca menahan tangannya. "Saya mau, Pak."Dia tidak mempunyai pilihan lain, karena bagi Caca keselamatan sang ayah itu lebih utama. Apalagi saat ini sedang kritis dan butuh pertolongan."Kau yakin?" tatapan Vano menyipit mencoba untuk meyakinkan wanita tersebut. Tapi di dalam hatinya dia bersorak bahagia."Saya yakin, Pak!" Caca bahkan tidak perduli jika nanti Vano menyakitinya setelah mereka menikah, karena baginya saat ini kes
"Bukan maksud abi untuk membelanya, Umi. Hanya saja takut dia tersinggung. Bagaimana kalau maksud dia memang tidak ingin merebut Andre? Memang real hanya sebatas teman." Abi Haidar berkata dengan pikiran yang positif.Akan tetapi, Umi Khaira adalah seorang wanita dan dia sangat tahu karakter seperti Mila itu bagaimana. Mendengar penjelasan dari suaminya, Umi Khaira malah terkekeh dan itu membuat Abi sangat bingung."Kenapa Umi malah tertawa? Memangnya ucapan abi ada yang salah?""Abi, Abi ..." Beliau menggelengkan kepalanya. "Abi ini adalah seorang pria, jadi mana paham jika berada di posisi wanita itu seperti apa. Dengar ya Bi! Tidak ada seorang lawan jenis yang memberikan perhatian dengan secara berlebihan kepada teman lelakinya, begitu pula sebaliknya, jika tidak ada sebuah perasaan. Teman hanya sekedarnya menyemangati itu sudah hal biasa, tetapi jika memberikan perhatian dengan mengirimkan makanan setiap hari, apakah itu hal yang wajar? Umi rasa tidak."Andre dan juga Abi hanya di
Sesuai dengan permintaan Vano, Caca membawanya berkeliling tempat-tempat yang menurutnya menyenangkan sekaligus sangat indah jika di malam hari.Setelah jam menunjukkan pukul 23.30 malam, Vano mengajak Caca untuk pulang. Walaupun sebenarnya dia tidak ingin, tetapi kasihan melihat wanita itu yang sepertinya sudah mengantuk."Oh ya, nanti aku mau kau mengajakku di saat siang hari.""Hah? Siang hari, Pak? Tapi kan siang-siang itu waktunya bekerja, jadi mana mungkin bisa?"PLETAK!"Kamu itu bodoh sekali." Vano menyentil kening Caca, membuat wanita itu merengut. "Libur kerja kan bisa. Memangnya selama 7 hari itu nonstop bekerja? Hari Minggu bukannya libur?""Iya, tapi nggak usah nyentil kening saya juga Pak! Jidat saya ini nggak jenong," sungut Caca dengan bibir yang sudah maju 5 cm.Vano benar-benar gemas, ingin sekali dia mencubit kedua pipi Caca tapi ditahannya. 'Wanita ini benar-benar sangat menarik. Baru kali ini aku merasa gemas kepada lawan jenis. Biasanya wanita secantik apapun ti
Caca membalik tubuhnya, seketika cengiran kuda pun ia tampilkan di wajah imutnya. "Eh ... Pak Vano.""Apa kamu bilang tadi? Kamu mau bejek saya? Emang kamu pikir saya perkedel?" Pria itu menaruh kedua tangan di atas pinggang sambil menatap tajam ke arah Caca."Hah? Bejek? Ti-tidak Pak. Bapak salah denger kali. Mungkin telinga Bapak belum dikorek selama satu bulan.""Jadi, secara tidak langsung kamu mengatakan kalau saya ini jorok? Iya!" sentaknya dengan kesal."Tidak Pak. Siapa juga yang berkata seperti itu. Kalau begitu saya duluan ya Pak, permisi!" Caca segera berlari tanpa menunggu jawaban dari Vano, dia masuk ke dalam lift dengan dada yang sudah berdebar kencang."Astaga Caca! Hampir aja kepalamu kena jitak. Masih mending kalau dia cuma menjitak, coba kalau dia memecat diriku? Dari mana lagi aku harus dapat uang sebanyak itu untuk operasi ayah, jika tidak bekerja di sini, huuhh ..." Wanita itu menghela nafas dengan kasar sambil memegangi dadanya. "Lagian mukanya horor banget wala
Pria itu tersenyum sinis kemudian dia bangkit dari duduknya berjalan perlahan ke arah Caca. Melihat wanita itu dengan raut wajah yang sudah tegang."Kenapa? Apa kau lupa denganku?" tanyanya dengan nada begitu angkuh.Caca meremas roknya, dia merutuki kebodohannya kemarin karena sudah menggertak Vano. 'Astaga! Jadi dia CEO pengganti Pak Andre. Aduh ... bagaimana kalau dia mencari masalah denganku dan dia malah memecatku? Tapi kan di luar itu semua tidak ada masalahnya dengan kerjaan?'"Kenapa kau diam saja?" tanya Vano kembali saat melihat wanita yang berada di hadapannya dia membisu."Tidak apa-apa, Pak. Saya cuma kaget saja. Dan saya rasa hubungan kemarin tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan, itu di luar dari kerjaan kita kan Pak. Memangnya apa kesalahan saya sampai harus dipanggil ke sini?"Vano sangat tertarik dengan pribadi Caca. Dia sama sekali tidak takut dengan dirinya. 'Menarik. Bahkan dia seperti menantangku, tidak takut jika aku akan memencetnya. Baiklah kita akan berm