Satria mencoba untuk masuk ke kamar Azizah, namun berbarengan dengan itu Nisa keluar dan dia melihat Satria yang hendak masuk kemudian wanita itu pun mencegahnya."Jangan masuk dulu! Biarkan Azizah sendiri.""Tapi aku ingin berbicara dengannya, aku--""Jangan keras kepala!" potong Nisa, "kamu sudah melukai dua hati wanita, mungkin 3, dengan Umi Khaira, atau bahkan lebih. Mamu tahu Satria? Seharusnya kamu bisa menjadi imam yang baik untuk kedua istrimu, tapi saranku untuk saat ini, jangan dekati Azizah dulu, karena emosinya sedang meluap. Kamu hanya akan membuatnya semakin marah. Biarkan dia tenang terlebih dahulu."Mendengar hal itu Satria merenung, apa yang dikatakan oleh Nisa benar. Akhirnya dia pun berbalik badan mengambil kunci mobil untuk menuju Cafe. Malam ini dia tidak akan tidur di rumah, karena Satria pun perlu merenungi kesalahannya.Umi kembali masuk ke dalam kamar Fatma, dia mengusap air mata yang terus saja mengalir. "Sudahlah Nak ... jangan kamu tangisi pria seperti itu!
Satria terbangun saat jam menunjukkan pukul 08.00 pagi. "Astaga! Aku kesiangan." Pria itu pun bangkit dari tempat tidur, segera membersihkan diri di kamar mandi yang ada di sana setelah itu berganti pakaian.Dulu sebelum menikah dengan Fatma, Satria sempat tinggal di sana dan tentunya banyak pakaian dia yang tidak dibawa ke rumah."Pasti cafe di bawah sudah buka. Sebaiknya aku minum kopi dulu sebelum pulang." Pria itu pun menuruni tangga, dan beberapa karyawan cukup terkejut tapi ada yang tidak, karena sudah terbiasa pada Satria sebab melihat mobilnya yang terparkir di depan."Pagi Pak," sapa salah satu karyawannya. "Apa Bapak butuh kopi?""Iya, tolong bawakan ya! Saya duduk di pojok sana." Pria itu pun duduk dekat air mancur.Pikirannya benar-benar sangat kalut. Dia pikir mempunyai dua istri itu mudah tetapi rasanya benar-benar sulit karena harus membagi adil, sedangkan Satria hanya berpacu kepada Azizah saja sebab wanita itu yang menarik hatinya dan wanita itu pula yang memiliki ci
"Sudah tahu lo itu punya dua istri, tapi lo malah lebih dominan ke Azizah. Secinta-cintanya lo sama Azizah, tapi lo juga nggak bisa memperlakukan Fatma seperti itu. Apalagi sekarang Fatma lagi sakit bukan? Dia sedang mengidap kanker yang begitu ganas hingga menggerogoti nyawanya. Seharusnya disisa akhir hidup dia lo membahagiakannya."Satria hanya bisa diam, dia memang salah dan patut mendapatkan ceramah dari sahabatnya. "Lo tahu? Saran gue nih sebagai sahabat dan sebagai laki-laki ... gue menempatkan diri sebagai ayahnya Fatma atau gue mendapatkan diri sebagai lo!" tunjuk Yusuf pada dirinya sendiri, "lo itu kan suami, lo tidak mencintai Fatma. Lo menikah dengan dia sudah 5 tahun lamanya, seharusnya lo bisa membahagiakannya disisa hidup Fatma. Dengan hal kecil saja Fatma sudah sangat bahagia.""Maksud lo?""Apa lo tahu kesukaannya Fatma?" Satria langsung menggelengkan kepalanya, membuat Yusuf seketika tertawa lalu menepuk pundak pria itu beberapa kali. "Lo itu bodoh sekali sih! Menik
Fatma saat ini sedang menata makanan di meja, tak lama Azizah datang sambil menggendong bayinya. Dia duduk di kursi dan keduanya nampak terdiam tidak ada yang mengeluarkan suara satu kata-kata pun.Hingga tiba-tiba saja Fatma menyerahkan jus kepada Azizah. "Minumlah! Ini baik untuk kesehatan."Mendapat perhatian lebih dari Fatma setelah kejadian semalam, membuat Azizah seketika menatap ke arahnya. "Mbak tidak marah kepadaku?"Fatma tersenyum kemudian dia menggelengkan kepalanya. "Tidak. Aku tidak marah kepadamu. Aku hanya kecewa saja kepada Mas Satria," jujurnya, karena ia tidak mau menyembunyikan apapun lagi dari Azizah tentang perasaannya.Mendengar jawaban Fatma, Azizah tersenyum haru, tak menyangka Fatma memiliki hati yang luas untuk memaafkan seseorang, padahal Ia tahu bahwa Fatma juga kecewa karenanya."Aku juga tidak tahu Mbak, jika Mas Satria mengatakan itu ... tapi aku juga sudah memarahinya semalam. Semoga saja dia merenungi setiap perkataan kita. Tentang kesalahannya.""Aa
"Aku sudah memaafkan kamu Mas, jauh sebelum kamu meminta maaf. Tapi untuk kalungnya, maaf aku tidak bisa Simpan saja!" Fatma menolak sambil tersenyum tipis.Satria merasa bahwa Fatma masih belum memaafkannya dengan penolakan tersebut. "Kalau kamu menolak kalung ini, berarti kamu belum bisa memaafkanku "Mendengar hal itu Fatma bangkit dari duduknya kemudian dia tersenyum tulus ke arah Satria. "Maaf itu datangnya dari hati, bukan dari barang. Maaf itu datangnya dengan ketulusan bukan karena paksaan. Aku ini memang Seorang Istri dan seharusnya memang memaafkan kamu sebagai suami, karena pasangan memang harus saling melengkapi, harus saling memaafkan, harus saling menutupi aib. Tanpa kamu meminta maaf kepadaku, aku sudah memaafkanmu. Walaupun aku tidak bisa mempunyai hati seluas samudera, tapi untuk kalung ini aku terima, namun aku memang tidak memakai perhiasan Mas, kamu pun tahu itu ... selain cincin pernikahan kita yang ku pakai."Satria tertegun mendengar penjelasan Fatma yang pa
"Kenapa memanggilku?" tanya Yusuf saat berada di dalam ruangan milik Satria.Pria itu menatap Yusuf dengan serius membuat Yusuf penasaran. "Lo, kenapa sih?""Aku mau kamu belikan aku cctv!" pinta Satria."Hah? Cctv? Untuk di mana? Cafe?" bingungnya, sebab yang ia tahu di cafe sudah banyak cctv."Bukan! Tapi untuk di rumahku," jawab Satria, membuat Yusuf semakin heran.Kemudian Satria pun menjelaskan apa yang terjadi dan untuk apa benda itu. Akhirnya Yusuf paham. "Menurut lo ... apa istri gue punya fans?"Mendengar itu Yusuf malah terkekeh. "Lo ini ada-ada aja deh. Emangnya Istri lo itu artis, sampai banyak fansnya?" Pria tersebut menggelengkan kepalanya sambil terus terkekeh kecil, karena menurutnya hal itu sangat lucu, tetapi seketika tawanya terhenti saat melihat wajah serius dari Satria.Dia pun merasa tak enak. "Oke, oke, gue minta maaf kalau memang lo lagi serius. Tapi menurutku sih nggak mungkin ya." Sejenak Yusuf menghentikan ucapannya, "tapi mungkin juga sih." Sejurus demikian
"Aku hanya sedang kelelahan saja Mas." Satria pun menyudahi penyatuan mereka, dia berbaring dan menyelimuti tubuh Fatma yang polos.Sementara wanita itu tidur membelakanginya. Entah kenapa sekarang rasanya sudah tidak ada gairah lagi saat mereka melakukan hubungan suami istri."Jam menunjukkan pukul 04.30 pagi, Fatma terbangun dan membersihkan dirinya. Tiba-tiba ada seseorang yang memeluknya dari belakang, ternyata itu adalah Satria. "Kita mandi bareng yuk! Nabi saja selalu mandi bareng bersama dengan istrinya."Fatma hanya diam sambil mengangguk kecil, namun saat sSatria lagi-lagi akan melakukan penyatuan tiba-tiba Fatma menolak. "Maaf Mas, waktu subuh akan habis."Akhirnya Satria pun tidak jadi hingga setelah mereka melakukan shalat subuh, pria itu pun pamit untuk menengok keadaan Syafiq. Fatma hanya diam sambil menganggukkan kepalanya saja.'Sepertinya Fatma masih marah kepadaku? Dia sama sekali tidak berucap apapun, dan sikapnya terkesan sangat dingin.'"Selamat pagi Umi," sapa Fa
"Satria, kamu mau ke cafe kan?" tanya Meli saat Satria akan beranjak."Iya," jawabnya dengan datar."Kalau begitu, bareng yuk! Kebetulan aku juga mau ke cafe nih." Mendengar hal itu Satria seketika menatap ke arah kedua istrinya, akan tetapi Fatma cuek. Sementara Azizah hanya diam karena dia bingung harus menanggapinya seperti apa."Tapi--""Ayolah! Kita ini kan satu Cafe. Aku manajer di sana, lagi pula kamu nggak mau kan karyawanmu ini terlambat masuk kerja?""Okelah," jawabnya dengan pasrah. "Ayo! Sayang, aku berangkat ke cafe dulu ya." Satria mengecup kening Azizah dan juga Fatma bergantian, kemudian kedua wanita itu pun mencium tangannya.Melli tersenyum senang, dia masuk ke dalam mobil milik Satria dan duduk di sampingnya. "Sepertinya kamu sedang ada perang dingin ya dengan istrimu?""Maksudnya?" Satria menoleh sekilas ke arah Meli."Entahlah ... mungkin ini hanya perasaanku atau memang benar. Tapi melihat dari gelagat istri pertamamu itu, dia seperti sedang mencueki dirimu? Atau