"Andre!" kaget Fatma, dia langsung melepaskan tangan pria itu di lengannya. "Kamu kok ada di sini?""Aku ke rumah kamu, tapi kata Abi kamu nggak ada. Aku nanya, Abi malah nggak jawab, seperti menyembunyikan gitu ... jadi terpaksa deh aku ikutin Abi." Andre menggaruk lehernya yang tidak gatal.Fatma hanya menggelengkan kepala saat mendengar jawaban dari pria itu. Satu kata yang pantas untuk Andre, yaitu 'nekat."Kamu ini ada-ada saja, kalau Abi tahu bisa dijewer telinga kamu.""Nggak papa deh di jewer, demi mendapatkan kamu, digantung pun aku mau," kelakar Andre namun ucapannya terkesan sangat serius.Senyum Fatma seketika memudar, namun hatinya bergetar seperti ada sesuatu yang terasa hangat saat mendengar itu. "Aku mau ke kantin dulu, mau beli cemilan sama jus." Dia mencoba untuk mengalihkan pembicaraan, lebih tepatnya mengalihkan perasaan."Kalau begitu aku antar ya." Fatma menggelengkan kepalanya, dia ingin menolak tetapi Andre terus saja memaksa, hingga akhirnya wanita itu pun tid
Setelah menjaga Azizah kurang lebih 4 harian di Rumah Sakit, Fatma kembali ke rumah karena Umi sudah tak mengizinkannya lagi sebab kasihan melihatnya harus kelelahan dan kurang tidur."Fatma! Ke sini, Abi ingin bicara." Fatma berjalan dan duduk di samping Abinya. "Ada apa, Bi?" tanyanya dengan bingung."Kemarin Satria ke sini, dia ingin berbicara empat mata dengan kamu berdua saja membicarakan perihal rumah tangga kalian, apakah kamu mau?""Maaf Bi, untuk sekarang Fatma belum bisa. Jujur saja masih ada rasa sakit saat mengingat mas Satria tidur bersama dengan wanita lain. Entah itu benar ataupun tidak, tapi cukup menyakitkan di hati ini Bi, jadi sampaikan pada mas Satria kalau Fatma belum bisa bertemu dengannya."Setelah memberikan jawabannya, Fatma kembali ke kamar untuk istirahat. Dia termenung sambil menatap langit-langit kamarnya, dia pun tak ingin rumah tangganya seperti itu bersama dengan Satria, tapi rasa sakit itu masih jelas terasa hingga membuatnya tak sanggup jika harus men
"Aku minta maaf jika tempat ini mengingatkan kamu pada sebuah rasa sakit yang sudah kutoreh kan. Tapi aku ingin berbicara dengan kamu berdua saja Fatma."Wanita itu tidak menghiraukan ucapan Satria, tatapannya masih lurus tanpa memandang ke arah pria yang berada di sampingnya."Aku tahu mungkin kamu sangat marah kepadaku. Aku tahu kamu masih sangat kecewa kepadaku tapi sumpah demi Allah, aku tidak pernah melakukan hal itu dengan Meli." Seketika membuat Fatma menoleh ke arahnya saat satria mengatakan nama Tuhan."Kamu bersumpah atas nama Tuhan, Mas? Apa kamu tidak takut dengan karma yang akan kamu dapat?""Tidak." geleng Satria dengan tegas, "aku tidak takut, sebab aku tidak pernah melakukan itu. Untuk apa aku takut? Allah saja Maha Tahu." dia menggenggam tangan Fatma, "aku mohon, jangan pernah meninggalkan aku. Aku tahu mungkin aku tak pernah bisa membahagiakan kamu, tapi mulai dari sekarang aku akan mencoba.""Mencoba dan mencoba terus yang kamu bilang dari dulu, Mas." Fatma memejam
Sesampainya di rumah kedua orang tua Fatma, Satria segera mengetuk pintu dan yang membukanya adalah Umi. "Mau ngapain lagi kamu kesini?""Saya mau bertemu dengan Fatma. Ada hal penting yang ingin saya tanyakan, Umi.""Tapi--" Ucapan Umi terhenti saat Satria masuk begitu saja tanpa diizinkan, dia berteriak memanggil nama istrinya."Fatma, di mana kamu? Fatma keluar! Aku ingin bicara. Fatma!"Umi segera menarik tangan Satria dengan kasar. "Kamu ini apa-apaan? Tidak sopan sekali ya. Di mana attitude kamu, masuk ke dalam rumah orang bukannya assalamualaikum, permisi. Tanpa diizinkan kamu nyelonong begitu saja!" Umi begitu sangat marah dia sampai berbicara tidak ada remnya."Maaf Umi, jika saya harus melanggar, tetapi ada hal penting yang ingin saya bicarakan dengan Fatma."Tak lama wanita itu keluar dari kamar dengan wajah yang pucat. "Ada apa, Mas?" tanya Fatma dengan lirih, "Kenapa kamu berteriak-teriak di rumah kedua orang tuaku?""Aku ingin berbicara dengan kamu." Fatma dapat melihat
"Cukup Satria! Ini rumah Abi, jangan membuat keributan." Akhirnya Abi yang sejak tadi diam pun angkat bicara."Bagaimana aku bisa diam, Abi. Dia jelas-jelas memberikan perhatian kepada istriku, dan di sini aku adalah suami sah-nya Fatma!" Tegas Satria tak terima."Dari mana saja kamu selama ini? Kenapa baru menyadarinya sekarang? Kamu cemburu saat melihat Fatma lebih diperhatikan oleh pria lain, tapi kamu sendiri sebagai suaminya tidak mau memperhatikan Fatma," sindir abi dengan tatapan dinginnya.Satria diam membisu, karena apa yang dikatakan abi benar. Selama dia menikah dengan Fatma pria itu tak pernah memberikan perhatian terhadapnya, hanya sekedar sebuah penghargaan karena Fatma adalah istrinya, tidak lebih. Tapi perhatian yang penuh cinta tak pernah sekalipun ia ungkapkan atau dia lakukan sebagai seorang suami...Hari-hari Satria terasa begitu buruk tanpa kehadiran Azizah dan juga Fatma. Setiap hari pria itu selalu saja telat makan, hingga dalam kurun waktu 2 minggu ini Satria
"Ya sengaja aja ... aku mau mengukir kebahagiaan agar selalu kamu ingat," jawab Andre sambil duduk di kursi. "Ya sudah, mendingan sekarang kita makan. Suasana di sini begitu indah dan nyaman, apakah kamu ingin menyia-nyiakannya?" Pria itu mengedipkan sebelah matanya sehingga membuat Fatma terkekeh.Sikapnya yang humble dan juga humoris, membuat Fatma merasa nyaman berada di sisi Andre, apalagi tidak pernah ada pria yang memperhatikannya sebegitu dalam, hanya Andre seorang.'ndai saja Mas Satria memberikan perhatian, kenyamanan dan juga kepeduliannya seperti ini kepadaku, pasti aku akan sangat bahagia. Tapi sayang, itu semua mustahil.' Fatma menunduk menatap makanan yang berada di hadapannya. 'Sudahlah Fatma, tidak usah kamu memikirkan masa lalu. Sekaranglah waktunya kamu menatap masa depan yang sebentar lagi akan membuat matamu tertutup selamanya.'Andre melihat Fatma hanya diam saja seperti seseorang yang sedang melamun, dia pun memegang tangan wanita itu, membuat Fatma terlonjak dan
"Bukankah cinta tidak memandang fisik? Bukankah cinta yang tulus itu tidak perduli mau pasangannya lagi sakit atau tidak. Karena cinta sejati tidak pernah memandang kekurangan pasangannya, justru kekurangan itulah yang akan menjadi tameng kuatnya sebuah hubungan."Fatma benar-benar terhenyak, bahkan sangat tersentuh dengan perkataan Andre. Dia tak mungkin mengatakan pada pria itu bahwa dirinya juga nyaman saat Andre perlakuan dia dengan begitu sangat spesial."Aku mau pulang, Ndre.""Oke, aku akan mengantar kamu pulang. Tapi satu hal yang harus kamu tahu, Fatma! Aku akan selalu berada di sisimu, dan aku tidak akan pernah meninggalkanmu apapun yang terjadi. Mau kamu beranggapan aku ini cowok bodoh atau apapun itu ... satu kata, cinta. Karena cinta bisa membuat buta segalanya dan cintaku sangat tulus kepadamu."Saat Andre sedang mendorong kursi roda Fatma, dia tidak melihat jika wanita itu menitikkan air matanya. Tidak pernah Fatma merasa bahagia saat mendapatkan ungkapan cinta dari se
"Jadi jawaban kamu apa?" tanya Umi yang sudah tak sabar."Bismillah! Iya Abi, Umi, Fatma mau berpisah dengan Mas Satria, jika ini memang jalan yang terbaik. Dan Fatma sudah tidak bisa lagi menjalin hubungan dengan Mas Satria, karena rasanya begitu sangat sakit setiap mengingat setiap luka yang diberikannya di hati ini."Umi dan Abi tersenyum mendengar itu, mereka bukanlah orang tua yang jahat, ingin membuat putrinya berpisah dengan suami. Mereka juga tidak berniat untuk membuat Fatma menjadi istri yang durhaka, tetapi itu semua perlu dilakukan saat sebuah hubungan tidak bisa lagi di dasari dengan kejujuran bahkan kepercayaan."Abi senang mendengarnya Nak. Kamu tahu kenapa Abi begitu ngotot ingin mencerai kamu dengan Satria?" Fatma menggeleng. "Bukan hanya karena pria itu tidak mencintai kamu, dan bukan hanya dia yang tidak bisa menghargai kamu, tetapi ada hal lain yang membuat Abi memutuskan ini.""Apa itu, Bi?" tanya Fatma penasaran."Di dalam sebuah rumah tangga itu, kita harus meme