"Cupang? Maksud kamu?" Fatma menatap bingung ke arah Azizah.Wanita itu terdiam menatap ragu, apakah ia harus mengungkapkannya pada Fatma atau tidak. Azizah hanya takut jika nanti Fatma akan kaget dan malah berdampak buruk pada kesehatannya.Melihat Azizah hanya diam saja membuat Fatma penasaran. "Zah ... kok kamu diam aja? Ayo jawab! Cupang apa maksud kamu? Kenapa sama mas Satria? Apa dia mendua?" Fatma memberondong Azizah dengan berbagai pertanyaan.Hatinya mendadak menjadi takut. Takut jika Satria bermain di belakang mereka dan berbuat yang macam-macam. Fatma menatap lekat ke arah Azizah di mana wanita itu terlihat sangat gelisah."Nggak ada kok, Mbak. Tadi aku cuma salah," ucap aja Azizah terpaksa berbohong demi kesehatan Fatma.Namun saat ini dibenaknya muncul berbagai pertanyaan tentang tanda yang berada di leher milik Satria. 'Jika itu bukan dari Mbak Fatma, lalu dari siapa? Apa iya Mas Satria berselingkuh di belakangku dan juga Mbak Fatma? Tapi rasanya tidak mungkin.' batin Az
"Siapa?" tanya Fatma, Azizah dan Andre serempak.Nisa sempat terkekeh melihat kekompakan ketiga orang yang berada di hadapannya. Dia sangat yakin bahwa mereka amat penasaran dengan jawaban yang akan diberikannya."Yeee ... malah ketawa. Ayo jawab!" desak Azizah yang sudah tidak sabar."Selow dong!" Nisa kembali ke mode serius kemudian dia mencondongkan tubuhnya menatap Andre, Fatma dan juga Azizah bergantian. "Aku curiga dengan mantan dari suami kalian.""Hah? Mantan?" Azizah dan Fatma saling melirik satu sama lain. "Maksud kamu ... mantannya Mas Satria, emangnya siapa?" tanya Fatma yang belum paham dengan ucapan Nisa."Ya ampun! Masa kamu lupa sih? Iti loh ... wanita yang pernah ke rumah dengan alibi menjenguk Syafiq. Dia bilang kan waktu itu dia adalah mantannya Satria. Entah kenapa feelingku mengatakan, kalau Satria menolong dia dan bisa aja kan malam itu Satria nginep di rumahnya, Meli?" tutur Nisa sambil menyandarkan tubuhnya kembali di kursi.Fatma dan Azizah menggelengkan kepa
Fatma memutar bola matanya dengan malas saat mendengar tuduhan yang lagi-lagi terlontar dari mulut suaminya. Dia bangkit dari duduknya dan hendak menuju kamar tanpa memperdulikan keberadaan Satria ataupun ucapan yang begitu menyakitkannya."Mau ke mana kamu, Fatma?" Satria menatap tajam ke arah sang istri."Mau ke kamar lah istirahat. Untuk apa aku duduk di sini, hanya untuk mendengarkan celotehanmu yang begitu menyakitkan? Hanya untuk mendengarkan tuduhan yang tidak berdasar?" Fatma tersenyum miring sambil tertawa getir. "Jika kedatangan kamu ke sini hanya untuk menuduhku dan hanya untuk menyudutkanku, lebih baik sekarang kamu pulang deh, Mas!" Dia menunjuk ke arah pintu.Satria terperangah, untuk pertama kalinya Fatma berkata dengan nada datar dan mengusir dirinya. Dia seperti bukan Fatma yang dikenalnya selama 6 tahun ini."Kamu mengusir diriku, Fatma? Aku ini suamimu.""Suami macam apa yang selalu menuduh istrinya? Suami macam apa yang selalu menyakiti istrinya? Suami macam apa ya
"Ada apa ini?" Abi Haidar masuk, dia mendengar keributan saat sampai di teras rumahnya dan dia juga melihat mobilnya Satria.Beliau memang tadi keluar untuk mengurus pekerjaannya dan saat sampai di rumah dia melihat mobil Satria sudah terparkir, sementara ponselnya tertinggal jadi dia tidak bisa dihubungi.Tanpa menghiraukan kedatangan abinya, Fatma pun berkata, "Kenapa kamu harus marah? Kamu tahu kan rasanya dituduh seperti apa, Mas? Ini yang aku rasakan saat kamu menuduh aku selingkuh dengan Andre. Ini yang aku rasakan saat kamu bilang kalau aku telah mengkhianati cintaku kepadamu. Telah menghianati pernikahan kita. Kamu merasakannya kan?"Satria terdiam, rasanya memang tidak enak dan begitu sakit saat tadi Fatma menuduhnya tanpa alasan. Dan dia sekarang tahu rasanya dituduh seperti apa, sedangkan ia tidak merasa jika dirinya telah berselingkuh."Kenapa kamu diam saja? Baru tahu rasanya seperti apa? Tapi dengar ya, Mas Satria! Tuduhan aku itu berdasar. Aku tidak mungkin menuduh kamu
Satria masuk ke dalam rumahnya, tanpa mengucapkan salam dia pun memanggil Azizah. Namun ternyata wanita itu baru saja menyusui Syafiq dan menidurkan bayinya"Ada apa, Mas? Kenapa kamu teriak-teriak?" tanya Azizah dengan heran.Satria yang tidak ingin mengganggu putranya yang sedang tertidur, dia meminta Nisa untuk menemaninya. Dia pun menarik tangan Azizah masuk ke dalam kamarnya, membuat wanita itu merasa keheranan dengan sikap sang suami."Kenapa sih Mas, kok tiba-tiba datang-datang teriak-teriak terus malah narik aku ke sini? Ada apa?" tatapan Azizah terpancar heran."Katakan! Bekas cupang apa yang kamu maksud? Apa yang kamu bilang kepada Fatma? Kenapa dia berkata demikian? Kenapa dia sampai menuduh aku selingkuh?""Mbak Fatma nuduh kamu selingkuh?" Azizah mengkerut heran, "tunggu-tunggu! Jadi tadi kamu ke rumahnya Mbak Fatma?" Satria langsung menganggukan kepalanya, "terus gimana? Mbak Fatma mau pulang kan, Mas?" Bukannya menjawab pertanyaan Satria, Azizah malah kembali bertanya d
Azizah berdecak, "ck! Bagaimana bisa kamu, bilang? Hebat sekali ya akting kamu, Mas. Sudah berselingkuh, sudah mempunyai dua istri, tapi ternyata itu tidak membuatmu puas, sampai kamu harus mencari wanita lain dan kembali kepada masa lalumu? Apa aku ini wanita bodoh, Mas? Tidak. Bagaimana mungkin tanda lcknat itu tiba-tiba saja ada, jika kalian tidak melakukan hal yang menjijikan?" ucap tajam Azizah sambil menggertakan giginya dengan marah.Satria segera berbalik, dia menggelengkan kepalanya dengan kuat sambil menatap ke arah Azizah. "Tidak sayang. Aku tidak pernah melakukan apapun dengan Meli, ini semua salah paham. Ini tidak benar.""Salah paham kamu bilang, Mas? Apakah salah paham bisa menimbulkan tanda seperti itu? Iya!" bentak Azizah, bahkan air matanya kini sudah mengalir dengan deras.Dadanya kembang kempis menahan amarah yang benar-benar menyesakkan dadanya. Tangannya bergetar hendak menampar wajah pria itu akan tetapi sedari tadi Azizah menahannya. "Aku kecewa sama kamu, Mas.
"Meli! Dimana kamu?!" teriak Satria saat sudah sampai di cafenya."Maaf Pak, mbak Meli sudah pulang dari sore," ujar salah satu pelayan.Satria yang mendengar itu pun segera berlalu, dia hendak menuju apartemen Meli dengan amarah yang sudah mencapai ubun-ubunnya.Dia tahu bahwa telah terjadi sesuatu malam itu kepada dirinya, dan dia harus meminta penjelasan kepada Meli, karena tidak ada wanita manapun selain Meli yang ada di apartemennya.Beberapa kali dia memencet tombol di depan pintu apartemen Meli, akan tetapi tidak ada sahutan ataupun tidak dibukakannya pintu. "Kemana wanita itu? Apa dia sedang tidak ada di apartemen? Sial! Bagian dibutuhkan saja tidak ada!" geram Satria dengan kesal.Dia mencoba untuk menunggu beberapa saat akan tetapi tidak ada, akhirnya pria itu pun masuk kembali ke dalam mobil. Entah ke mana dia harus mencari Meli, karena pria itu pun tidak tahu keberadaannya saat ini.Dia memutuskan untuk pergi ke salah satu Cafe tempatnya nongkrong. Sesampainya di sana Sat
"Maksud lo apa sih? Kalau ngomong jangan setengah-setengah. Kalau lo di sini nggak mau kasih solusi sama gue, mendingan lo pergi deh!" Satria saat ini benar-benar sedang dilanda kekesalan dan juga kebingungan.Sehingga ia pun malas untuk menebak-nebak ucapan dari Rafa, karena pikirannya benar-benar sangat kalut.Melihat sahabatnya yang sedang merasa kesal, Rafa pun terkekeh. Dan itu semakin membuat Satria benar-benar tak suka. "Slow bro. Nggak usah marah kayak gitu dong!"Kemudian Rafa mencondongkan tubuhnya ke arah Satria lalu dia pun menjelaskan, "Masa lo nggak bisa mikir dan lo nggak bisa ambil kesimpulan sih? Nih ya. Bisa saja waktu lo tertidur, Meli melakukan itu sama lo? Nggak mungkin jika itu adalah garukan atau semacam gigitan nyamuk, karena siapapun tahu dan bisa membedakan."Seketika Satria terpaku, tapi sejurus kemudian dia pun menggeleng. "Tidak mungkin. Gue itu orangnya gampang terjaga dari tidur kalau ada hal yang mengganggu tidur gue. Jadi rasanya nggak mungkin deh." S