Beranda / Romansa / Istri Untuk Milyader / 3. Hamil Anak Pria Lain

Share

3. Hamil Anak Pria Lain

Penulis: Nabila Putri24
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-21 14:05:42

Alena menatap bagunan besar yang akan menjadi tempat tinggalnya bersama Arthur. Rumah dengan nuansa Eropa, sangat cocok dengan stylenya. Tak jauh berbeda dengan model rumahnya di luar negeri.

Baru masuk semua pelayan sudah datang menyambut, menurutnya Arthur terlalu berlebihan. Sialnya ia langsung meninggalkan Alena begitu saja.

"Bi, tolong letakkan barang-barang Alena di lantai tiga!" titah Arthur.

Kepala dapur mengangguk, segera mengambil alih barang-barang nona mudanya. Alena mengekori di belakang Arthur melihat betapa megahnya rumah suaminya.

"Bi, di depan kamar saya!" ucap Arthur membuat kepala dapur merasa binggung.

Alena yang menyadari itu, ia lantas menahan tangan Arthur. "Bi, letakkan di kamar saja nanti Alena yang akan mengurusnya."

"Baik, Nyonya."

Alena meringgis mendapat panggilan seperti itu, apa dia terlihat sudah sangat tua. Sepertinya ia harus kembali diet setelah dua hari acara makannya cukup banyak mengandung lemak.

"Orang lain tidak perlu tahu apa yang terjadi dengan kita," ucap Alena pada Arthur.

Pria itu hanya diam, naik lift menuju kamarnya begitupun dengan Alena. Keduanya sama-sama diam, Alena mengambil ponselnya mendapat pesan dari sang sekertaris.

"Lihat! belum aku minta, perusahaanmu sudah datang sendiri," ucapnya tersenyum smirk.

Alena menujukkan permintaan kerja sama dari perusahaan Arthur agar ia menjadi model produk mereka. Arthur menatapnya kilas lalu kembali acuh. Melihat respon menyebalkannya membuat Alena berdecak kesal.

"Hei Pak Tua, apa kau tidak bisa bereaksi kenapa wajahmu selalu datar, menyebalkan!" Alena yang kesal sengaja menyenggol bahu Arthur keras saat keluar dari lift.

Alena melihat bibi yang masih berada di kamar mereka. Tersenyum sopan mengambil alih koper miliknya.

"Terimakasih, Bi. Sudah membantu membawanya," ucapnya.

"Sama-sama Nyonya. Sudah menjadi tugas saya untuk melayani, Anda."

Alena meringgis mendengar sebutan nyonya kembali. "Bi, jangan panggil aku nyonya, panggil Alena saja tidak masalah."

"Baik, Nona." Setelahnya bibi berpamitan pergi, ternyata majikan dan bawahan juga sama. Bibi kepala dapur pun ekspresinya sangat irit. Ada apa sebenarnya dengan penghuni rumah ini.

"Bawa pergi!" ucap Arthur datar.

Alena mendelikkan matanya kesal, langsung saja membawa barang-barangnya keluar. "Dasar batu hidup!" umpatnya.

Sampai kamarnya ia menghempaskan tubuhnya di ranjang. Menyebalkan sekali, baru satu hari menjadi istrinya Alena sudah sangat kesal. Dia benar-benar pria yang menyebalkan.

"Rena, terima tawaran kerja sama Grup GH." Putus Alena pada sekertarisnya.

Alena tersenyum miring, melipat kedua tangannya di dada. "Baru kali ini aku bertemu dengan pria sedingin suamiku. Kenapa aku merasa tertantang untuk menaklukkan sifat sombongnya itu?"

****

Keesokan harinya Alena sudah siap, hari ini adalah hari pertama ia bekerja sama dengan perusahaan Arthur. Alena segera keluar kamar, pintu kamar Arthur yang sedikit terbuka membuat ia dapat melihat jika pria itu tengah bersiap.

Tok Tok Tok

"Ada apa?"

Alena tak menjawab melangkah mendekat ke arahnya membuat pria itu menatapnya heran. Alena semakin mendekat membuat Arthur mundur.

"Apa apa?" ulangnya.

"Apa? Aku hanya ingin membantumu bersiap." Alena mengancingkan kancing kemeja Arthur bagian atas. Lalu membantu memasangkan dasi di lehernya.

"Hari ini aku mulai bekerja di perusahaanmu, bersikap baiklah. Semua orang tentu tahu kalau kita pasangan suami istri," ucapnya.

Arthur hanya diam tak menanggapi, keduanya segera turun. Di meja makan sudah tersaji bermacam makanan. Alena tersenyum duduk di sebelah suaminya.

"Aku yang memasak, mulai hari ini dan seterusnya bibi tidak akan memasak kecuali aku yang meminta."

Arthur mengangguk tak lagi menanggapi, ia fokus dengan makanan di depannya. Alena sendiri menikmati masakan yang ia buat. Keduanya tak ada lagi perbincangan.

"Kita berangkat bersama kan?" tanya Alena.

"Iya." Arthur mengusap bibirnya, bangkit dari duduknya, acara makannya telah selesai begitupun dengan Alena.

Alena mengangkat panggilan dari sekertarisnya sembari berjalan di belakang suaminya.

"Tidak perlu menjemputku, kita langsung bertemu di sana saja. Aku berangkat dengannya!" ucap Alena.

Ia duduk di kursi sebelah Arthur, tidak ada lagi perbincangan di antara keduanya. Baik Arthur maupun Alena sama-sama sibuk dengan urusannya. Mark, orang kepercayaan Arthur melihat ekspresi wajah kedua atasannya yang sama-sama datar.

Benarkah jodoh cerminan diri sendiri? ucapnya dalam hati.

Sampai di perusahaan keduanya menjadi sorotan. Baik Alena maupun Arthur tidak ada yang menebar pesona bahkan aura dingin di antara keduanya sangat kentara. Tidak ada senyum manis di bibirnya wajahnya keduanya sangatlah datar.

"Astaga serasi sekali."

"Kau benar nona muda sangat cantik, cocok sekali dengan Tuan Arthur."

"Tentu saja, dia model ternama. Alena Smith, apa kau tidak tahu? Perusahaan baru saja bekerja sama dengannya."

"Bukankah keduanya seperti dua tembok yang bersatu? Lihatlah ekspresi wajah mereka."

Bisik-bisik dari para karyawan yang tidak keduanya hiraukan. Alena ikut masuk ke ruangan Arthur, menunggu Rena menyelesaikan perlengkapannya.

Celine melipat kedua tangannya di dada menatap sinis para pegawai yang menikmati pemandangan pengantin baru.

"Kalian tidak ada kerjaan? Cepat bekerja atau segera kirimkan surat pengunduran diri!" serunya.

Mereka langsung berbondong duduk di meja masing-masing. Sedangkan pasutri baru, Alena ikut masuk ke ruangan kerja Arthur karena pemotretan masih satu jam lagi.

Alena duduk santai di sofa membiarkan Arthur bekerja, ia masih fokus dengan tablet di tangannya. Begitupun dengan Arthur yang langsung berkutat dengan pekerjaannya. Mereka benar-benar sibuk dengan urusan masing-masing, tidak ada basa basi antar pasangan pada umumnya.

"Nanti pulang jam berapa?" tanya Alena masih dengan mata fokus pada layar di depannya.

"Malam. Raka yang akan mengantarmu pulang!" ucapnya.

"Tidak usah, aku akan pulang dengan sekertarisku!"

Alena menghembuskan napas panjang, memijat pelipisnya yang terasa pusing. Berjalan mendekat ke arah Arthur memperlihatkan file yang tengah ia baca.

"Bisa kamu jelaskan?" tanyanya denga  mata mendelik tajam.

Arthur meliriknya sekilas. "Semalam kamu sudah setuju, bukan?"

"Kontrak ini berbeda dengan yang kau berikan padaku semalam. Jangan menjadi pria licik Tuan Arthur!" kesal Alena.

Kontrak pernikahan yang berisi, keduanya tidur sekamar, setiap Arthur dinas Alena harus ikut, dan yang paling menyebalkan pihak pertama selalu benar.

"Ajukan permintaanmu di bawahnya, mama memasang CCTV di luar kamar."

Mendengar jawaban Arthur membuat Alena cukup terkejut. "Ini gila, lebih gila lagi jika aku harus satu kamar denganmu!" ucap Alena sangat kesal.

Alena akan pergi, tetapi kakinya justru tersandung membuat ia terjatuh tepat di pelukan Arthur. Tepat saat itu Meylen datang.

"Aduh, mama ganggu waktu kalian ya."

Alena segera berdiri tersenyum canggung ke arah mama mertuanya. "Eh, mama."

Alena segera menghampirinya. "Mama datang sama siapa?" tanyanya.

"Diantar sopir, mama ganggu ya?" katanya.

"E-enggak kok, Ma. Tadi Alena--"

"Alena ceroboh." Arthur bersuara, ia menyerahkan map berisi berkas penting yang butuh persetujuan mamanya.

Mendengar jawaban Arthur membuat Alena mendelik kesal, sedangkan Meylen justru terlihat khawatir. "Ceroboh gimana maksud kamu? Sayang kamu nggak kenapa-napa kan?"

"Enggak kok, Ma. Cuma nggak sengaja kesandung aja," ucap Alena meringis.

"Kamu yang perhatian dong sama istri kamu, Arthur! Baru juga sehari nikah," marah Meylen.

"Oh iya mama lupa bilang, kamu mama kasih cuti dua minggu semua pekerjaan akan di urus sama Raka dan Celine. Nanti malam kalian berdua harus berangkat honeymoon ke Bali."

"Apa!" Kompak keduanya bersuara.

Baik Arthur maupun Alena sama-sama terkejut, honeymoon? Yang benar saja.

Meylen menatap keduanya bingung. "Kenapa kalian berdua?" tanyanya heran.

Meylen membawa surat wasiat peninggalan suaminya. Sebenarnya ini yang ingin ia bahas dengan putranya. Ternyata wasiatnya tidak hanya menginginkan Arthur dan Alena menikah.

"Arthur, dalam surat wasiat papa kamu. Perusahaan akan beralih atas nama kamu setelah kamu menikah dengan Alena dan kalian memiliki keturunan. Jadi segerakan!"

Bola mata Alena melebar sedangkan Arthur dia terlihat tenang karena sudah lama dia tahu perihal itu. Arthur santai karena ia tidak terlalu mengincar harta waris orang tuanya. Arthur punya perusahaan sendiri di luar negeri.

"Dengar?" ulang Meylen.

"Iya, Ma. Mama do'akan saja yang terbaik, semoga aku dan Alena segera di berikan momongan." Alena meringis mendengar omong kosong yang Arthur bicarakan.

Anak? Dia tidak pernah berpikir sampai sana. Ini di luar skenario dan surat kontraknya dengan Arthur.

"Maksudmu?" tanya Alena setelah Meylen pergi.

Arthur terlihat santai kembali berkutat dengan laptopnya. "Jawab, Arthur!"

"Kau bisa hamil anak pria lain."

Bab terkait

  • Istri Untuk Milyader   4. Honeymoon

    Alena tercengang mendengar ucapan Arthur barusan, apa dia tidak salah dengar? Adakah seorang suami yang menginginkan istrinya hamil anak pria lain? Ada, Arthur contohnya. "Kau gila!" kesal Alena. Dia merasa di rendahkan dengan ucapan Arthur barusan, sedangkan pria itu masih acuh dan fokus dengan laptop di depannya. "Kenapa aku harus hamil anak orang lain sedangkan aku punya suami!" Heran Alena. "Aku tidak mau." Jawaban Arthur membuat Alena melongo, apakah dia benar-benar gila? Kedua mata Alena menyipit menatap sinis ke arah Arthur. "Jangan-jangan kau abnormal?" Alena bergidik ngeri akan pemikiran bodohnya itu, menggelikan sekali jika ia memiliki suami yang kelainan. "Tidak usah hamil, aku tidak butuh warisan itu!" Alena menghembuskan napas panjang, dia tidak habis pikir dengan cara pikir pria yang menjadi suaminya itu. "Bukan masalah kamu mau atau tidak dengan warisan itu, setidaknya hargai keinginan mendiang ayahmu!" ucap Alena. Arthur tersenyum sangat tipis, ia mena

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-24
  • Istri Untuk Milyader   5. Tidak Akan Mengulang

    Pulau Bali menjadi pilihan Meylen untuk tempat honeymoon anak dan menantunya. Alena yang pada dasarnya sangat menyukai liburan menikmati saja. Keduanya sepakat untuk pergi dengan refresing masing-masing. Hal yang di bayangan ibu mertua tidak akan pernah terjadi. "Aku ingin main di pantai!" ucap Alena sudah siap dengan pakaiannya. Ia hanya menggunakan dalaman yang ia lapisi outer. Arthur meliriknya sekilas, tanpa berkomentar apapun ia tetap fokus dengan ponselnya. Alena mendengus kesal membawa kameranya untuk turun. Pemandangan dari arah kamar sudah terlihat sangat jelas indahnya pulau ini. "Aku sudah lama sekali tidak pergi ke pantai, ini kesempatan baikku!" ucap Alena dengan senyuman manis di bibirnya. Menerim tawaran ibu mertuanya ternyata tidak seburuk itu. Arthur fokus kerja sedangkan ia akan fokus bermain. Alena menginjakkan kakinya pada pasir putih tangannya mulai menggambar abstrak. Senyuman tipis melengkung di bibirnya, ingat sekali terakhir kali dirinya ke pantai bersama

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30
  • Istri Untuk Milyader   6. Usapan Dada

    Alena merentangkan tangannya terbangun dari tidur nyenyaknya semalam. Tubuhnya terasa segar pagi ini, di sebelahnya sudah tidak ada Arthur. Entah kemana perginya pria itu. "Kemana dia pergi? Sepagi ini udah menghilang," guamamnya. Ia segera bangun menguncir rambutnya asal, setelah membereskan tempat tidur Alena segera membersihkan tubuhnya. Balkon menjadi tujuan setelahnya, Alena tersenyum senang, udaranya sangat menyejukkan. "Ah, pagi hari di pantai Bali. Indah sekali!" ucapnya. Matanya menangkap para manusia yang sudah bermain di sekitar pantai, senyumnya kembali terukir di wajah cantiknya. Melihatnya banyaknya para manusia yang berbahagia di sana. Alena menangkap salah satu objek yang tak asing di matanya, dahinya berkerut mencoba memastikan apakah benar dia orangnya. "What? Beneran dia? Pagi-pagi udah main air!" ucap Alena. Melihat Arthur bermain selancar di pantai, dia bertelanjang dada hanya mengenakannya celana pendeknya saja. Alena terpukau, bohong jika ia tid

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Istri Untuk Milyader   7. Nekat

    Alena tersenyum tipis menatap hadiah pemberian ibu mertuanya. Dia tidak tahu, tiba-tiba saja sudah ada di dalam kopernya. Alena baru menyadari semenjak menikah dengan Arthur ia kembali merasakan kehadiran sosok ibu dalam hidupnya. Alena sangat excited segera membuka kado itu, mulutnya ternganga saat melihat apa isi di dalamnya. Tiga buah lingerie dengan warna yang sangat mencolok. Bajunya memang terbuka tapi ini sangat terbuka, memakainya sama saja dirinya tidak pakai baju. "Mama yang benar saja!" ucap Alena melempar baju itu ke ranjang, wajahnya memerah karena malu. Tepat sekali pintu kamar terbuka dan Arthur masuk, ia sempat melihat pakaian yang tergeletak di ranjang. Tatapannya horor menatap ke arah Alena, setelah sadar gadis itu menggoyangkan tangannya dengan cepat. "Jangan salah paham! Mama yang ngasih, aku nggak tahu juga. Lagian aku tidak akan memakainya!" ucap Alena, segera memunguti pakaian itu dan kembali memasukkannya. Arthur tidak menggubris ia menyandarkan diri ke ra

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Istri Untuk Milyader   9. Ikatan cinta

    Arthur menepis tangan Alena kasar saat menyadari siapa yang menyusup masuk ke kamar mandinya. Rahangnya mengeras, ia terlihat sangat kesal. Alena menatapnya lekat, tidak percaya jika ia akan mendapat perlakuan kasar dari suaminya. "Semakin lama kamu semakin tidak tahu diri!" sentak Arthur, ia mengambil jubah handuknya dan segera pergi. Melihat respon Arthur yang berlebihan membuat Alena mendengus kesal. Ia sudah membuang jauh-jauh gengsinya, tetapi pria itu justru mempermalukan dirinya. Benarkah Arthur tak berminat dengannya sama sekali. Alena mengabaikan kemarahan Arthur, ia memilih berendam. Air hangat yang belum Arthur pakai, aroma sabun yang sangat wangi khas wangi suaminya. Alena memejamkan matanya, tubuhnya terasa lebih baik saat ia gunakan berendam. Ia menatap lengannya yang memerah karena Arthur sempat mencengkeramnya tadi. "Dia mengerikan juga saat marah, semakin hari aku semakin di buat penasaran dengannya." Alena tersenyum miring, dia tidak akan menyerah meski Arthur s

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Istri Untuk Milyader   10. Rumit

    Alena dan Arthur baru saja sampai di Indonesia, keduanya sudah di jemput sopir. 30 menit perjalanan mereka sampai di rumah, sikap Arthur terlihat semakin dingin. Selama perjalanan pun tidak ada percakapan di antara mereka berdua. Arthur dan Alena turun, koper mereka bibi yang bawa, baru sampai Arthur sudah langsung pergi kembali. Alena menahan tangan suaminya yang akan pergi. Namun, dengan cepat Arthur menepis tantangannya."Aku hanya ingin bilang, aku akan pergi dengan temanku mungkin akan pulang agak sorean," ucap Alena meski Arthur tidak perduli. Benar saja Arthur tidak menjawab apa-apa dan langsung masuk ke dalam mobilnya. Alena berdecak kesal, jika tidak ingat rencananya ia pasti sudah memaki-maki pria kaku itu. "Sabar, buah dari kesabaran itu indah!" ucap Alena pada dirinya sendiri. Ia segera masuk ke dalam rumah membersihkan diri sebelum pergi menemui temannya. Alena memang sudah ada janji dengan Anita jika mereka akan belanja bersama. "Alena!" Terlihat seorang gadis melam

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Istri Untuk Milyader   11. Ulang Tahun

    Malam harinya setelah pulang dari kantor, setelah membersihkan diri. Alena bukan beristirahat justru sibuk di dapur. Ia kembali ingin memasak sesuatu untuk makan malam Arthur. Meski bekal yang ia bawa tadi entah di makan atau tidak oleh suaminya. "Nona, ada yang bisa saya bantu?" tanya Bibi yang melihat Alena ke dapur. Alena tersenyum menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak perlu, Bi. Aku sedang ingin membuatkan malam malam untuk, Tuan." Bibi tersenyum mendengarnya. "Saya bantu potong sayurnya, Nona." Alena mengangguk dengan senang hati. "Tuan Arthur sangat beruntung memiliki istri seperti Anda. Tuan Arthur sangat suka ayam tepung, dari kecil sampai sekarang kalau ada satu menu itu dia pasti akan makan sangat lahap." Bibi tiba-tiba bercerita. "Benarkah, Bi?" tanya Alena antusias, dia jadi ingin mendengar lebih banyak karena yang ia tahu Bibi sudah mengabdi di keluarga Arthur sejak ia masih kecil. Bibi mengangguk. "Sama sayur sop, kebetulan sekali Nona sedang memasaknya s

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • Istri Untuk Milyader   12

    Alena tersentak melihat Arthur yang tiba-tiba pulang, ia mengusap air matanya dengan cepat. Melihat kue kecil yang berada di tangannya. Apakah doanya langsung terkabul? Ingin merayakan ulang tahun dengan Arthur. "Kenapa belum tidur?" Arthur mendekat ke arahnya dengan kerutan di dahinya. "Aku ulang tahun," ucap Alena. Ia menatap kue ulang tahunnya, memotongkan satu suap untuk Arthur. "Makanlah." Alena menyuapkan sesuap untuk Arthur. Tapi pria itu tetap diam, tidak membuka mulutnya menatap Alena lekat. "Ayolah, sedikit saja. Anggap saja kamu ikut merayakan ulang tahunku," ucap Alena tersenyum. Arthur membuka mulutnya menerima suapan kue ulang tahun dari Alena. Entahlah, tiba-tiba saja dia mau membuka mulutnya. Hal itu membuat Alena tersenyum bahagia. "Terimakasih," ucap Alena. Ia kembali memakan kue ulang tahunnya, tidak ada pergerakan lagi dari Arthur. Tak lama ia mengambil duduk di sebelah Alena. Menatap gadis itu yang asyik memakan kue ulang tahunnya. "Jangan makan terlalu ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11

Bab terbaru

  • Istri Untuk Milyader   18

    Tok Tok Tok Arthur berdecak kesal, siapa yang berani menganggunya selarut ini. Ia tidak merasa memesan apapun, dengan langkah malas Arthur segera membuka pintu kamarnya. "T-tuan, maaf menganggu waktunya malam-malam. Tapi Anda sedang di tunggu di restoran bawah sekarang. Saya hanya menyampaikan pesannya," ucap pria itu gugup mendapati tatapan membunuh dari Arthur. "Saya tidak memiliki janji dengan siapapun, saya tidak perduli. Jangan ganggu saya lagi!" tekan Arthur. Saat pintu akan tertutup, ucapan dari pelayan itu membuat Arthur mengurungkan niatnya. "Tapi istri Anda sudah menunggu dari tadi," ucapnya dengan kepala menunduk. "Apa kamu bilang? Istri saya?" Arthur terkesiap. Ia mendorong tubuh pelayan itu dan segera berlari turun, benarkah Alena menyusulnya kemari? Sampai di restoran, Arthur celingukan mencari keberadaan istrinya. Namun, tidak ia temukan siapapun kecuali seorang perempuan dengan rambut tergerai dan gaun merah yang tengah membelakanginya. Arthur yakin itu

  • Istri Untuk Milyader   17. Permainan di Mulai

    "Ikut!" rengek Alena saat Arthur akan pergi, saat ini keduanya sudah berada di rumah orang tua Arthur. Arthur dengan tegas menggeleng. "Saya sudah bilang di sana laki-laki semua. Masuklah!" ucapnya datar. Bibir Alena melengkung ke bawah, mengambil tangan Arthur lalu mengecup punggung tangannya. "Hati-hati di jalan, kalau sudah sampai jangan lupa kabarin!" Arthur terkesiap, melihat perlakuan Alena membuat ia seketika membeku. Arthur menatap kedua mata bulat itu berkaca-kaca entah kenapa membuat ia gemas. "Masuklah!" Alena menggeleng. "Pergilah, aku akan masuk setelah kamu pergi." Arthur mengangguk, tangannya sempat mengusak rambut Alena pelan. Sebelum ia berjalan masuk ke dalam mobil. Alena mengigit bibir bawahnya gemas, kepalanya yang diusak hatinya yang berantakan. Alena melambai saat mobil suaminya mulai meninggalkan rumah. "Malam ini aku tidur sendirian," gumamnya masuk ke dalam rumah. Meylen sedang membuat kue saat ini, ia senang saat tahu menantunya akan men

  • Istri Untuk Milyader   16. Tidak Profesional

    "Nanti malam saya ada dinas ke luar kota, kamu di rumah sendiri atau mau ke rumah mama?" tanya Arthur membuka obrolan saat mereka makan siang. Ya, keduanya jadi makan siang di luar tentu dengan banyak drama dari Alena. Bibir gadis itu mengerucut, kesal karena Arthur baru memberitahunya sekarang sedang nanti malam dia sudah berangkat. "Aku ikut!" ucap Alena. Alis Arthur terangkat menatap gadis dengan wajah tertekuk kesal itu, padahal dia hanya bilang jika ia akan dinas bukan mengajak Alena untuk ikut. "Tidak usah, saya hanya satu hari di sana. Lagian kerjaan kamu bagaimana," ucap Arthur. Semakin maju bibir gadis itu, menatap wajah suaminya lekat. "Sama siapa aja?" "Celi--""Aku ikut! Pokoknya kalau cewek gatel itu ikut aku juga ikut." Alena semakin kesal saat mengetahui wanita tidak tahu malu itu turut serta dalam perjalanan dinas nanti malam. Arthur menghembuskan napas panjang menatap Alena dengan pandangan heran. Semakin hari tingkah gadis itu semakin membuatnya pening. "Tida

  • Istri Untuk Milyader   15. "Kamu aneh."

    Alena tersenyum geli melihat Arthur yang diam sembari makan makanannya. Ingat sekali bagaimana Arthur langsung mematikan rapat karena godaannya. Lucu! "Kamu masih marah perkara tadi? Wajarlah orang kita suami istri," ucap Alena dengan santai. Arthur menyorotnya dengan tatapan tajam sedang Alena pura-pura tak melihatnya. Semakin hari semakin ia mengenal bagaimana sosok pria dingin yang merupakan suaminya itu. Semakin Alena tahu jika sebenarnya Arthur orangnya cukup hangat. "Kamu mulai bisa menerimaku?" tanya Alena, ekspresi wajahnya sangat ceria. "Jangan berharap apapun padaku, Alena!" Setelahnya Arthur meninggalkan ruang makan. Alena menghembuskan napas panjang. Lagi! Dia belum berhasil, belum sepenuhnya bisa mencairkan sosok itu. Prosesnya masih kurang panjang, tidak semudah itu membuat seorang Arthur mencair. Napsu makannya seketika hilang, Alena membereskan makanan di dapur. Tidak langsung masuk ke kamar, ia justru duduk di ruang tamu menselonjorkan kakinya di sana. Bermain p

  • Istri Untuk Milyader   14. Mengangu Rapat

    Alena selesai dengan pemotretannya hari ini tinggal menunggu kedatangan Arthur saja. Tepat sekali tak lama pintu ruangan suaminya terbuka, senyum di bibirnya mengembang. "Hai, Pak suami!" sapa Alena genit. Arthur menatapnya datar, tatapannya jatuh pada Gerald yang tak melepas pandang dari sang istri. "Ayo pulang!" ucap Arthur singkat. Alena mengangguk segera pergi dengan suaminya, ia bahkan sudah menempel pada tubuh Arthur melingkarkan tangannya pada lengan kekar suaminya. Untungnya Arthur tidak menepis tangannya seperti sebelumnya. "Hari ini sangat lelah, bagaimana denganmu? How was your day, Honey?" Pertanyaan itu meluncur dari bibir Alena. Tangannya masih melingkar di lengan Arthur. "I'm good. Lepaskan tanganmu!" Perkembangan, Arthur bisa di ajak berbincang! Alena tersenyum tipis, ia menyadarkan kepalanya di dasbor. Tangannya menyentuh kalung kecil di lehernya. Alena bahagia seakan pemberi kalung itu adalah orang tuanya. Arthur sempat meliriknya ia tahu itu adal

  • Istri Untuk Milyader   13. Cemburu?

    "Happy birthday, Cantik." Alena tersentak saat kado kecil ia dapatkan dari Gerald. Alena tidak menyangka jika pria itu mengingat hari ulang tahunnya. "Astaga, Gerald. Kamu ingat hari ulang tahunku?" kekeh Alena. Ia dengan senang hati menerima kado pemberian Gerald. Meski ia sangat berharap jika sang suami yang akan memberikan ia hadiah. "Tentu saja, aku selalu mengingat setiap hal kecil tentangmu, Alena. Kamu saja yang tidak menyadarinya!" kekeh Gerald, ia mengambil duduk di sebelah Alena. Mereka baru saja menyelesaikan sesi pemotretan dan akan di mulai lagi satu jam ke depan. Keduanya tengah beristirahat, Gerald menatap hadiah kecil yang ia berikan kepada Alena. "Bukalah, lihat apakah kamu menyukainya?" Alena  mengangguk, saat ia membuka kotak kecil itu. Alena melihat sebuah kalung indah dengan bandul kupu-kupu kecil. Sederhana, tetapi terlihat sangat cantik. Kedua matanya berbinar, Alena senang dengan hadiah yang ia terima.

  • Istri Untuk Milyader   12

    Alena tersentak melihat Arthur yang tiba-tiba pulang, ia mengusap air matanya dengan cepat. Melihat kue kecil yang berada di tangannya. Apakah doanya langsung terkabul? Ingin merayakan ulang tahun dengan Arthur. "Kenapa belum tidur?" Arthur mendekat ke arahnya dengan kerutan di dahinya. "Aku ulang tahun," ucap Alena. Ia menatap kue ulang tahunnya, memotongkan satu suap untuk Arthur. "Makanlah." Alena menyuapkan sesuap untuk Arthur. Tapi pria itu tetap diam, tidak membuka mulutnya menatap Alena lekat. "Ayolah, sedikit saja. Anggap saja kamu ikut merayakan ulang tahunku," ucap Alena tersenyum. Arthur membuka mulutnya menerima suapan kue ulang tahun dari Alena. Entahlah, tiba-tiba saja dia mau membuka mulutnya. Hal itu membuat Alena tersenyum bahagia. "Terimakasih," ucap Alena. Ia kembali memakan kue ulang tahunnya, tidak ada pergerakan lagi dari Arthur. Tak lama ia mengambil duduk di sebelah Alena. Menatap gadis itu yang asyik memakan kue ulang tahunnya. "Jangan makan terlalu ba

  • Istri Untuk Milyader   11. Ulang Tahun

    Malam harinya setelah pulang dari kantor, setelah membersihkan diri. Alena bukan beristirahat justru sibuk di dapur. Ia kembali ingin memasak sesuatu untuk makan malam Arthur. Meski bekal yang ia bawa tadi entah di makan atau tidak oleh suaminya. "Nona, ada yang bisa saya bantu?" tanya Bibi yang melihat Alena ke dapur. Alena tersenyum menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak perlu, Bi. Aku sedang ingin membuatkan malam malam untuk, Tuan." Bibi tersenyum mendengarnya. "Saya bantu potong sayurnya, Nona." Alena mengangguk dengan senang hati. "Tuan Arthur sangat beruntung memiliki istri seperti Anda. Tuan Arthur sangat suka ayam tepung, dari kecil sampai sekarang kalau ada satu menu itu dia pasti akan makan sangat lahap." Bibi tiba-tiba bercerita. "Benarkah, Bi?" tanya Alena antusias, dia jadi ingin mendengar lebih banyak karena yang ia tahu Bibi sudah mengabdi di keluarga Arthur sejak ia masih kecil. Bibi mengangguk. "Sama sayur sop, kebetulan sekali Nona sedang memasaknya s

  • Istri Untuk Milyader   10. Rumit

    Alena dan Arthur baru saja sampai di Indonesia, keduanya sudah di jemput sopir. 30 menit perjalanan mereka sampai di rumah, sikap Arthur terlihat semakin dingin. Selama perjalanan pun tidak ada percakapan di antara mereka berdua. Arthur dan Alena turun, koper mereka bibi yang bawa, baru sampai Arthur sudah langsung pergi kembali. Alena menahan tangan suaminya yang akan pergi. Namun, dengan cepat Arthur menepis tantangannya."Aku hanya ingin bilang, aku akan pergi dengan temanku mungkin akan pulang agak sorean," ucap Alena meski Arthur tidak perduli. Benar saja Arthur tidak menjawab apa-apa dan langsung masuk ke dalam mobilnya. Alena berdecak kesal, jika tidak ingat rencananya ia pasti sudah memaki-maki pria kaku itu. "Sabar, buah dari kesabaran itu indah!" ucap Alena pada dirinya sendiri. Ia segera masuk ke dalam rumah membersihkan diri sebelum pergi menemui temannya. Alena memang sudah ada janji dengan Anita jika mereka akan belanja bersama. "Alena!" Terlihat seorang gadis melam

DMCA.com Protection Status