Sementara dalam perjalanan Asisten Lian dan Hanna..."Sayang ... Beri aku separuh hadiah yang kau terima dari Damar! Ini tidak adil jika kau habiskan sendiri uang itu! Uang tersebut tidak akan habis tujuh turunan!" ucap Delia nama asli dari dramanya memerankan sebagai peran Hanna. Ia memasang wajah cemberutnya.Asisten Lian tertawa keras. Ia mencubit pipi Delia gemas. "Dasar wanita. Selalu memiliki sifat iri! Apa kamu lupa, mobil ini pun harganya fantastis? Selama kamu bisa memerankan drama kamu sebagai Anna, kamu akan banjir uang, Sayang!! Uang yang kuterima tidak akan ada artinya untukmu!"Delia bergeming sejenak. Memikirkan ucapan Lian. Hingga bayangan-bayangan yang dirakit dalam otaknya pun berjalan. "Benar, aku bisa merasakan juga kekayaan yang dimiliki Damar selama aku di sampingnya. Melihat bajuku kotor saja tanpa pikir panjang ia segera mentransfer sejumlah uang untukku membeli pakaian. Loyal banget pria itu! Apa dia pria bodoh ya? " Delia menurunkan bibirnya."Entahlah, dia
Damar bergeming sejenak mendengarkan permainan biola indah yang tidak pernah di dengarnya.Terakhir kali ia mendengarkan permainan itu saat Hanna menampilkan padanya dulu."Amar, bagaimana permainan biola ku? Jelek gak?" tanya Hanna setelah beberapa menit ia memainkan permainan biola kegemarannya.Hanna sangat senang bermain biola. Karena biola adalah hidupnya. Saat ia sedih, hanya suara biola yang dapat menenangkannya. "Bagus Hanna. Wah ... Kamu jago sekali bermain biola? Kamu pasti menang ikut perlombaan itu!!" puji Amar menunjukkan kesungguhan."Benarkah? Aku jadi semangat untuk mengikutinya, Amar.""Tentu. Oh ya, saat kamu ikut perlombaan itu terus menang dan mendapatkan uang banyak, kamu jangan melupakan aku ya? Aku takut, setelah kamu sukses, terus melupakan aku, Hanna!" celetuk Amar polos."Aku sudah berkali-kali katakan padamu, Amar. Aku tidak akan pernah melupakan kamu," ucap Hanna."Oke ..."Sebelum perlombaan dimulai, ia mempertaruhkan nyawanya demi menolong Amar...Ia bar
Setelah beberapa saat terhenti, Kakek Wijaya berkata lagi, "Bahwa saya akan segera mengadakan pertunangan cucu saya dengan Nona Anna," ucap Kakek Wijaya dengan sangat jelas, sembari memegang bahu Anna di sampingnya sebagai petunjuk wanita inilah yang akan menjadi pendamping cucunya.Bagai kebakaran jenggot, Delia menggoyangkan lengan Damar dan mengatakan, "Damar. Apa benar yang di katakan Kakek?" Wanita itu merasa tidak bisa menerima. Begitu pula Anna yang terkejut mendengar penuturan Kakek.Sementara Damar tertegun beberapa saat. Setelah ia bisa mencerna dengan baik ucapan sang kakek, ia berjalan maju mendekati kakeknya."Apa yang kakek katakan? Damar tidak mungkin menerima wanita itu sebagai pendamping hidup Damar. Bukankah Damar sudah katakan jika sebenarnya wanita masa lalu cucu kakek sudah Damar temukan!" Damar mengatur ritme nafasnya. Ia sungguh ingin murka karena keputusan sepihak Kakeknya. "Kakek tidak mau tahu, karena pilihan Kakek hanya untuk Nona Anna. Hanya dia yang panta
Di koridor luar kamar Damar yang sepi, Lian berdiri bersandar di dinding, napasnya cepat dan penuh emosi yang tertahan. Dia melirik kanan-kiri, memastikan tidak ada orang yang mendengar, sebelum berbalik menghadapi Delia yang berdiri di dekatnya dengan ekspresi gugup.Lian, aku hanya melakukan apa yang kau minta," bisik Delia, mencoba membela diri, meski nadanya terdengar lemah.Namun Lian tidak bisa menahan kekesalannya lebih lama lagi. Wajahnya merah, rahangnya mengeras, dan suaranya nyaris tertahan agar tak terdengar dari dalam ruangan Damar."Melakukan apa yang aku minta? Serius, Delia? Itu sama sekali bukan yang aku inginkan!" Lian membentak, suaranya rendah namun tajam seperti pisau. "Kau seharusnya hanya pura-pura menjadi wanita masa lalunya, bukan malah memberikan napas buatan seolah-olah kau benar-benar menyelamatkannya!"Asisten Lian berkata kasar pada Delia, karena di otaknya sudah mulai berasap. "Apa kamu menikmatinya, hah? Apa kau sadar? Aku sangat cemburu melihat semua
Damar baru ingat, jika semua terjadi yang menimpanya karena ulah Anna. Sorot matanya menelusuri ruang kamarnya. Ia tak mendapati Anna di sana.Asisten Lian yang tanggap segera bertanya, "Tuan, apa yang sedang Anda cari?" Meskipun sebenarnya dia tahu jika sedang mencari Anna."Kau tahu di mana Anna? Wanita hina yang merusak hidupku! Wanita yang datang dan mengobrak abrikkan diriku? Gara-gara Anna, aku tenggelam. Dan gara-gara Anna juga aku di permalukan banyak orang. Mereka semua jadi tahu jika aku pria lemah yang tidak bisa berenang," ucapannya pada Asisten Lian."Wanita itu harus di hukum, Asisten Lian!!" sambungnya tidak terima."Gara-gara dia, aku hampir ma ti!!" Kakek Wijaya menggeleng kepala. "Kejadian yang menimpamu itu karena ulahmu sendiri, bagaimana bisa kamu menyalahkan Nona Anna!?" Pria tua itu tetap tidak setuju jika Damar menyalahkannya.Hanya mengulas senyum getir. "Kakek akan mempercepat pernikahan kalian."Baik Damar, Delia dan Lian bertanya-tanya. Kalian siapa maksu
Keesokan paginya, di ruang keluarga yang luas dan megah, Damar duduk diam di sofa kulit berwarna cokelat tua, dipenuhi aroma kayu tua dan hiasan-hiasan antik, memandang keluar jendela besar yang menghadap taman. Cahaya matahari yang cerah membanjiri ruangan, tapi dalam hati Damar, hanya ada kegelapan dan kekosongan. Di seberangnya, Kakek Wijaya duduk dengan tenang di kursi kayu dengan ukiran indah, wajah tuanya dipenuhi keriput yang menunjukkan pengalaman hidup panjang, namun di matanya, masih ada sinar harapan yang belum padam.Untuk kesekian kalinya, percakapan tentang pernikahan itu kembali mengemuka. Kakek Wijaya telah lama mendorong Damar untuk menikah, dan nama Anna-lah yang disebutnya berulang kali, meski Damar telah menunjukkan kebaikan Delia berulang kali, tetap saja Kakek tidak pernah memandang Delia sebagai wanita terbaik untuk Damar. Wanita yang selama ini bekerja sebagai sekretaris Damar. Wanita yang dalam pandangan Damar, tidak lebih dari sosok wanita hina yang tidak
Di aula pertemuan besar kantor pusat Wijaya Group, suasana yang biasanya penuh semangat mendadak sepi. Para pegawai duduk dalam keheningan, menunggu pengumuman penting yang akan disampaikan oleh Presiden Direktur, Damar, dan Kakek Wijaya. Wajah-wajah mereka dipenuhi tanda tanya. Semua orang telah mendengar desas-desus tentang wanita masa lalu Damar yang telah ditemukan, tetapi tak ada yang menyangka bahwa hari ini mereka akan mendengar pengumuman tentang pernikahan.Damar berdiri di depan ruangan, wajahnya tampak tenang namun tatapannya tajam. Di sebelahnya, Kakek Wijaya tersenyum bangga, seolah-olah semua yang telah direncanakannya berjalan sesuai keinginan. Di sudut ruangan, berdiri Anna. Ia tampak terkejut dan cemas, tak tahu apa yang akan terjadi. Ia merasa tak ada firasat buruk, namun getaran aneh mengguncang hatinya. Dan yang paling tak terduga, nama dirinya akan disebut.Damar melangkah maju ke podium, mikrofon di genggamannya. Suasana tegang, semua mata tertuju padanya.Dam
Siang ini langit Jakarta tampak kelam karena hujan deras tak kunjung reda, terlihat dari dalam membasahi kaca jendela kantor Wiharta Wijaya Group yang megah. Suara turunnya hujan yang teratur seolah menjadi latar belakang menambahnya kesan suram di ruang kerja para pegawai. Di salah satu lantai tertinggi gedung pencakar langit itu, sebuah kantor dengan pintu kaca transparan menjadi pusat perhatian. Di dalamnya, Damar Wijaya, seorang Presiden Direktur Wiharta Wijaya Group yang baru kembali dari luar negeri, duduk di belakang meja kayu yang mengkilap. Sosoknya yang tegap dan wajahnya yang dingin memancarkan aura kekuasaan.Damar Wijaya dikenal sebagai pengusaha yang keras dan tak kenal kompromi. Karyawan di sana pun tahu bahwa berurusan dengan Damar berarti harus siap menghadapi tekanan yang tak tertandingi. Namun, hari ini adalah hari yang istimewa bagi Damar—hari di mana dia akan memberikan pelajaran kepada seorang wanita, Anna, wanita yang akan dijodohkan dengannya. Pria itu berenca
Di aula pertemuan besar kantor pusat Wijaya Group, suasana yang biasanya penuh semangat mendadak sepi. Para pegawai duduk dalam keheningan, menunggu pengumuman penting yang akan disampaikan oleh Presiden Direktur, Damar, dan Kakek Wijaya. Wajah-wajah mereka dipenuhi tanda tanya. Semua orang telah mendengar desas-desus tentang wanita masa lalu Damar yang telah ditemukan, tetapi tak ada yang menyangka bahwa hari ini mereka akan mendengar pengumuman tentang pernikahan.Damar berdiri di depan ruangan, wajahnya tampak tenang namun tatapannya tajam. Di sebelahnya, Kakek Wijaya tersenyum bangga, seolah-olah semua yang telah direncanakannya berjalan sesuai keinginan. Di sudut ruangan, berdiri Anna. Ia tampak terkejut dan cemas, tak tahu apa yang akan terjadi. Ia merasa tak ada firasat buruk, namun getaran aneh mengguncang hatinya. Dan yang paling tak terduga, nama dirinya akan disebut.Damar melangkah maju ke podium, mikrofon di genggamannya. Suasana tegang, semua mata tertuju padanya.Dam
Keesokan paginya, di ruang keluarga yang luas dan megah, Damar duduk diam di sofa kulit berwarna cokelat tua, dipenuhi aroma kayu tua dan hiasan-hiasan antik, memandang keluar jendela besar yang menghadap taman. Cahaya matahari yang cerah membanjiri ruangan, tapi dalam hati Damar, hanya ada kegelapan dan kekosongan. Di seberangnya, Kakek Wijaya duduk dengan tenang di kursi kayu dengan ukiran indah, wajah tuanya dipenuhi keriput yang menunjukkan pengalaman hidup panjang, namun di matanya, masih ada sinar harapan yang belum padam.Untuk kesekian kalinya, percakapan tentang pernikahan itu kembali mengemuka. Kakek Wijaya telah lama mendorong Damar untuk menikah, dan nama Anna-lah yang disebutnya berulang kali, meski Damar telah menunjukkan kebaikan Delia berulang kali, tetap saja Kakek tidak pernah memandang Delia sebagai wanita terbaik untuk Damar. Wanita yang selama ini bekerja sebagai sekretaris Damar. Wanita yang dalam pandangan Damar, tidak lebih dari sosok wanita hina yang tidak
Damar baru ingat, jika semua terjadi yang menimpanya karena ulah Anna. Sorot matanya menelusuri ruang kamarnya. Ia tak mendapati Anna di sana.Asisten Lian yang tanggap segera bertanya, "Tuan, apa yang sedang Anda cari?" Meskipun sebenarnya dia tahu jika sedang mencari Anna."Kau tahu di mana Anna? Wanita hina yang merusak hidupku! Wanita yang datang dan mengobrak abrikkan diriku? Gara-gara Anna, aku tenggelam. Dan gara-gara Anna juga aku di permalukan banyak orang. Mereka semua jadi tahu jika aku pria lemah yang tidak bisa berenang," ucapannya pada Asisten Lian."Wanita itu harus di hukum, Asisten Lian!!" sambungnya tidak terima."Gara-gara dia, aku hampir ma ti!!" Kakek Wijaya menggeleng kepala. "Kejadian yang menimpamu itu karena ulahmu sendiri, bagaimana bisa kamu menyalahkan Nona Anna!?" Pria tua itu tetap tidak setuju jika Damar menyalahkannya.Hanya mengulas senyum getir. "Kakek akan mempercepat pernikahan kalian."Baik Damar, Delia dan Lian bertanya-tanya. Kalian siapa maksu
Di koridor luar kamar Damar yang sepi, Lian berdiri bersandar di dinding, napasnya cepat dan penuh emosi yang tertahan. Dia melirik kanan-kiri, memastikan tidak ada orang yang mendengar, sebelum berbalik menghadapi Delia yang berdiri di dekatnya dengan ekspresi gugup.Lian, aku hanya melakukan apa yang kau minta," bisik Delia, mencoba membela diri, meski nadanya terdengar lemah.Namun Lian tidak bisa menahan kekesalannya lebih lama lagi. Wajahnya merah, rahangnya mengeras, dan suaranya nyaris tertahan agar tak terdengar dari dalam ruangan Damar."Melakukan apa yang aku minta? Serius, Delia? Itu sama sekali bukan yang aku inginkan!" Lian membentak, suaranya rendah namun tajam seperti pisau. "Kau seharusnya hanya pura-pura menjadi wanita masa lalunya, bukan malah memberikan napas buatan seolah-olah kau benar-benar menyelamatkannya!"Asisten Lian berkata kasar pada Delia, karena di otaknya sudah mulai berasap. "Apa kamu menikmatinya, hah? Apa kau sadar? Aku sangat cemburu melihat semua
Setelah beberapa saat terhenti, Kakek Wijaya berkata lagi, "Bahwa saya akan segera mengadakan pertunangan cucu saya dengan Nona Anna," ucap Kakek Wijaya dengan sangat jelas, sembari memegang bahu Anna di sampingnya sebagai petunjuk wanita inilah yang akan menjadi pendamping cucunya.Bagai kebakaran jenggot, Delia menggoyangkan lengan Damar dan mengatakan, "Damar. Apa benar yang di katakan Kakek?" Wanita itu merasa tidak bisa menerima. Begitu pula Anna yang terkejut mendengar penuturan Kakek.Sementara Damar tertegun beberapa saat. Setelah ia bisa mencerna dengan baik ucapan sang kakek, ia berjalan maju mendekati kakeknya."Apa yang kakek katakan? Damar tidak mungkin menerima wanita itu sebagai pendamping hidup Damar. Bukankah Damar sudah katakan jika sebenarnya wanita masa lalu cucu kakek sudah Damar temukan!" Damar mengatur ritme nafasnya. Ia sungguh ingin murka karena keputusan sepihak Kakeknya. "Kakek tidak mau tahu, karena pilihan Kakek hanya untuk Nona Anna. Hanya dia yang panta
Damar bergeming sejenak mendengarkan permainan biola indah yang tidak pernah di dengarnya.Terakhir kali ia mendengarkan permainan itu saat Hanna menampilkan padanya dulu."Amar, bagaimana permainan biola ku? Jelek gak?" tanya Hanna setelah beberapa menit ia memainkan permainan biola kegemarannya.Hanna sangat senang bermain biola. Karena biola adalah hidupnya. Saat ia sedih, hanya suara biola yang dapat menenangkannya. "Bagus Hanna. Wah ... Kamu jago sekali bermain biola? Kamu pasti menang ikut perlombaan itu!!" puji Amar menunjukkan kesungguhan."Benarkah? Aku jadi semangat untuk mengikutinya, Amar.""Tentu. Oh ya, saat kamu ikut perlombaan itu terus menang dan mendapatkan uang banyak, kamu jangan melupakan aku ya? Aku takut, setelah kamu sukses, terus melupakan aku, Hanna!" celetuk Amar polos."Aku sudah berkali-kali katakan padamu, Amar. Aku tidak akan pernah melupakan kamu," ucap Hanna."Oke ..."Sebelum perlombaan dimulai, ia mempertaruhkan nyawanya demi menolong Amar...Ia bar
Sementara dalam perjalanan Asisten Lian dan Hanna..."Sayang ... Beri aku separuh hadiah yang kau terima dari Damar! Ini tidak adil jika kau habiskan sendiri uang itu! Uang tersebut tidak akan habis tujuh turunan!" ucap Delia nama asli dari dramanya memerankan sebagai peran Hanna. Ia memasang wajah cemberutnya.Asisten Lian tertawa keras. Ia mencubit pipi Delia gemas. "Dasar wanita. Selalu memiliki sifat iri! Apa kamu lupa, mobil ini pun harganya fantastis? Selama kamu bisa memerankan drama kamu sebagai Anna, kamu akan banjir uang, Sayang!! Uang yang kuterima tidak akan ada artinya untukmu!"Delia bergeming sejenak. Memikirkan ucapan Lian. Hingga bayangan-bayangan yang dirakit dalam otaknya pun berjalan. "Benar, aku bisa merasakan juga kekayaan yang dimiliki Damar selama aku di sampingnya. Melihat bajuku kotor saja tanpa pikir panjang ia segera mentransfer sejumlah uang untukku membeli pakaian. Loyal banget pria itu! Apa dia pria bodoh ya? " Delia menurunkan bibirnya."Entahlah, dia
Sementara di ruang kerja Damar ...Pria dengan postur tubuh sempurna itu memandang wajah Hanna. Wanita cantik itu duduk di hadapannya. Hanya ada pembatas meja.Lengkung bibir Damar pun tak kunjung turun. Ia tak tahu lagi, bagaimana ia mengutarakan kebahagiannya."Perasaan dari tadi aku liat kamu hanya senyum-senyum saja? Memang apa yang membuatmu bahagia, Damar?" Hanna, wanita pembohong itu meletakkan dagu di telapak tangan. Ia pun memandang wajah Damar yang rupawan. Keduanya saling pandang."Aku tak menyangka, kamu sangat cantik."Hanna tersipu malu, ia membuang wajahnya karena tak kuasa mendengar pujian Damar untuknya."Ah. Kamu terlalu berlebihan, Damar. Aku tak secantik itu.""Aku tidak pernah mengatakan dusta, Hanna. Oh ya, kamu tinggal di mana? Boleh tidak, aku mengantar kamu pulang nanti?"Jantung Hanna berdebar. 'Diantar pulang? Aduh, bagaimana ini?' gumamnya cemas."Hah? Ah, tidak perlu Damar. Aku bisa pulang sendiri. Hadiah mobil termahal yang kau beri untukku, mampu mengan
"Dasar wanita hin4!! Pembuat onar!! Bisa-bisanya mengaku-ngaku sebagai wanita masa lalu Pak Damar. Yang benar saja! Cih!!" ejek yang lain.Mereka bahkan mendorong tubuh Anna hingga jatuh tersungkur! "Dasar wanita tu li!! Jangan bermimpi menjadi wanita yang spesial di hati Pak Damar, kamu seperti kacung hidup! Mengerti!! Kamu dan Nona Hanna bagaikan bumi dan langit. Jauh sekali!!" "Tu li?" Salah satu di antara mereka bertanya. Karena ia tak tahu kebenarannya. "Ya, wanita itu tu li!! Lihat saja di telinga terpasang alat bantu pendengaran, karena dia tu li. Coba saja lepas paksa alat itu. Dia akan bingung karena gak bisa dengar. Huh ... Jadi, mana mungkin Pak Damar melirik wanita tu li seperti dia??" "Parah!!" Gelak tawa mereka sangat menyakitkan hati Anna. Hingga bola mata Anna basah begitu saja, karena rasanya teramat pedih. Assisten Lian yang dari tadi tersenyum sinis di belakang tubuh Anna lekas bertindak. "Sudah! Sudah!! Kalian keterlaluan sekali mempermalukan Nona Anna seper