Bab 92 Please bring us closer “Kenapa Kakak menyimpan masalah sendiri, aku ini adikmu, Kak?” tangis Arum pecah. Dia sedih sekali melihat nasib Dinda. “Karena Kakak tidak mau menyakiti hati Ibu. Emil adalah pilihan Ibu. Dia menikahi Kakak, hanya karena tahta dan harta, bukan karena cinta.” Kama menarik panjang dan memeluk keponakannya. “Dinda, kamu tidak seharusnya begitu. Ada masa di mana kita patuh, ada masa di mana kita melawan.” Mendapat perlakuan sayang dari Kama, seketika kesedihan yang Dinda jahit rapi, keluar mengeluarkan air mata luka. Selama ini, Kamalah yang dia anggap papanya, karena papanya selalu sibuk bekerja. “Dinda tahu Om, dan saat ini Dinda mau melawan Emil dan Ibu.” Wanita cantik itu mengambil tempat duduk. “Om kenal dengan Bening, kan?” Kama seketika tergagap mendengar kata Bening. “Iya, kenapa kamu bertanya seperti itu?” Dinda menghela napas panjang. “Bening sudah lama menjadi inspirasi saya. Apa Om tahu selain menjual bunga, dia sepertinya menyukai design.
Bab 93 Through the time“Apa kamu tidak apa – apa?”“Iya, aku tidak apa – apa?” sahut Bening seraya meringis. Suaranya seperti aku kenal? Wanita itu mendongak dan terkejut. “Kama, kenapa kamu di sini?” tanyanya gugup.Alih – alih menjawab pertanyaan Bening. Kama mengulurkan tangan, membantu Bening berdiri. “Lututmu terluka!” tanpa ragu pria itu memeriksa luka Bening. “Luka ini harus segera diobati biar tidak infeksi.”“Mas, mba, gerobak cilok saya bagaimana ini?” kata Mas pedagang cilok. Mukanya kusut melihat sebagian ciloknya tumpah ke tanah.“Tenang, Mas, saya akan ganti rugi,” kata Bening. Dia membuka dompet dan memberikan semua uang yang ada di dalam dompetnya. Uang itu dari pembayaran bunga barusan. “ini Mas.”“Wah, ngawur saja, uang ganti ruginya cuma 150 ribu. Lihat itu, gerobak cilok saya ada yang penyok! Belum lagi cilok saya yang rusak. Saya kan rugi kalo begini, gak bisa jualan. Mana istri mau lahiran pula,” gerutu Mas penjual cilok.“Terus, saya harus ganti berapa, Mas?” t
Bab 94 Sweet Revenge“Kamu pikir tempat tambal ban ini, HI?” Bening mau ketawa sekaligus menangis memandang Kama. Dia lalu mengeluarkan uang 150 ribu berikut KTP miliknya. “Saya titip uang ini dulu, Pak. Setelah ini saya balik.”Tukang tambal ban itu melihat KTP Bening. “Owh Mba ini putrinya Pak Gatot dan Bu Iswati?”“Iya Pak.”Rupanya percakapan mereka didengar oleh istri tukang tambal ban. Dia keluar dan langsung nimbrung. “Owh jadi ini anaknya Bu Iswati, yang ditinggal pergi suaminya, terus ninggalin utang banyak itu?” tanya wanita itu tanpa rasa bersalah. Dia melirik ke Bening.Bening tersenyum masam. Sial, kenapa mereka ingatnya cuma yang jelek? Rutuknya dalam hati. “Saya titip dulu KTP saya sebentar Pak, buat jaminan.”“Sebentar – sebentar Pak, ini ada apa kok pake titip KTP segala. Apa teman lelaki Mba Bening gak bisa bayarin dulu.” Perempuan itu tertawa. “Ya ampun, ganteng – ganteng kok kere. Jangan – jangan ceritanyanya nanti berulang lagi.” Wanita itu melihat Kama dengan pan
Bab 95 November rain“Be… Robert tadi menelpon Ibu, dia bilang temannya mau tinggal di paviliunnya,” kata Iswati memperhatikan keluwesan tangan Bening dalam membuat gambar.“Oh, ya? Terus jawaban Ibu apa?” tanya Bening, matanya sama sekali tidak beralih dari kertas folio. Hari ini dia sudah membuat 3 sketsa batik untuk kain yang mau dibuat oleh Dinda.Iswati duduk disamping Bening, tangannya sibuk mengipasi badan dengan kipas kecil. “Ibu sih oke – oke saja, selama orangnya baik dan tidak neko – neko.”“Serius? Apa Ibu tidak khawatir, Robert menyewakan paviliunnya pada orang lain?” kata Bening berasumsi. “Ngomong – ngomong temannya wanita atau lelaki?”“Katanya sih wanita. Ibu tahu masalah ini cukup pelik, tapi biarkan saja deh, Be. Asal mereka tidak bawa pasangan. Ibu gak mau paviliun Ibu dipake kumpul kebo.” Iswati memandang langit. “Sepertinya mau hujan, ini. Ibu mau lihat Evan dulu siapa tahu, dia sudah bangun.”Awal November, mendung mulai menyelimuti langit, beberapa detik kemudi
Bab 96 Karma Setelah melihat kejadian itu, Tita murung berhari – hari, dan akhirnya dirawat di rumah sakit. Hari itu Dinda menemaninya. “Ternyata nasib kita sama, Bu. Sama – sama diselingkuhi laki – laki,” kata Dinda langsung, tanpa membungkusnya dengan kalimat pembuka. Dia tahu, fisik ibunya tidak sakit, wanita itu sakit pikiran. “Ibu tidak mengerti apa maksudmu berkata begitu, Din?” tanya Tita. Pikirannya kosong dan tak bisa mencerna perkataan Dinda. Dinda membuka jaketnya. “Kenapa lenganmu itu?” Tita melihat bekas skar di kedua lengan mulus anaknya. “Ini adalah perbuatan Mas Emil. Dia berselingkuh dengan kekasih lamanya, dan menyiram Dinda dengan kopi panas. Sayangnya dia malah membolak – balikkan fakta,” cetusnya dengan nada sinis. Tita menutup mulutnya. Sebagai Ibu, tentu saja hatinya berdarah. “Kenapa kamu tidak menceritakan dari awal, Din, sehingga Ibu tidak menuduhmu macam – macam.” “Dinda takut, Dinda takut mengecewakan Ibu dan Ayah. Tapi sekarang Dinda berani mengat
Bab 97 Cerai ghaib“Kapan kamu punya waktu luang? Aku mau mengajakmu menemui Papa,” tanya Kama di suatu malam yang berangin.Bening terperangah! Dalam hati ia ingin menjerit. Oh Tuhan! Apa yang kupikirkan! Hatinya mengerang. Sejujurnya ia belum percaya diri untuk bertemu dengan orang tua Kama. Sulit baginya untuk memutuskan secara cepat.“Kenapa? Apa kamu sibuk?” tanya Kama melihat perubahan mimic muka Bening.“Eng, weekend aku free, hanya saja…” Bening tidak melanjutkan kalimatnya. Jika dia menolak ajakan Kama, lelaki itu pasti kecewa padanya. Sebaliknya, jika dia menerima, dirinya belum siap.“Apa kamu takut?” tebak Kama langsung, mata pria itu menyorot tajam ke mata coklat Bening yang seketika berbalut mendung.Bening tersenyum tipis. “Bukan takut, hanya saja, kamu tahu posisiku dan hal itu membuatku tidak nyaman.”Kama menghela napas panjang. Ia menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. “Iya, aku paham. Pertanyaannya, sampai kapan kamu akan nyaman dengan posisimu? Maaf bukan aku
Bab 98 Woman from the pastBisakah kamu datang? Aku punya kejutan buatmu. Bening sengaja menelpon Kama setibanya di rumah.Maaf sayang, malam ini aku tidak bisa datang. Jadwalku minggu ini sangat padat. Besok pagi -pagi aku harus terbang ke China dilanjut ke beberapa negara. Kama lalu menceritakan secara singkat apa saja yang mau dilakukannya.It’s okay, aku tunggu kamu datang saja. Apa kamu sudah makan siang? Bening mulai memberikan atensi pada Kama.Suara Bening yang lembut mengendurkan ketegangan Kama. Hatinya senang Bening memberinya perhatian.Sebentar lagi aku makan siang. Oh ya, ngomong – ngomong kejutan apa yang mau kau berikan. Tidak bisakah kamu memberi tahuku sekarang?Bening tertawa mendengarnya. Tentu saja tidak! Jika aku memberi tahumu sekarang, namanya bukan kejutan namanya.Terdengar suara Kama tertawa di seberang. "Baiklah sayang, jika urusanku selesai, secepatnya aku datang ke tempatmu. Sekalian ingin mengajakmu makan malam."Baiklah. Take care. Bening lalu menutup te
Bab 99 Twilight“Kita mau ke mana?” tanya Bening. Nyali wanita itu ciut saat mobil Kama memasuki Hotel Rania. Salah satu hotel bintang 5 dengan fasilitas high end.“Tenanglah sayang, aku akan membawamu menemui seseorang.” Dengan langkah ringan Kama keluar dari mobil, dan membukakan pintu untuk BeningKemudian salah satu karyawan pria, dengan memakai seragam warna beige dan putih datang menyapa dengan ramah. “Selamat sore, Pak, Bu”Kama tersenyum manis lalu memberikan kunci mobil. “Tolong parkirkan mobil saya.” Selanjutnya dengan langkah santai, pria itu menggandeng Bening.Beberapa orang karyawan menoleh saat melihat penampilan jomplang antara Kama dan Bening.Bening semakin keki, melihat penampilan tamu – tamu di situ. Penampilan mereka sangat elegan dan berkelas. Langkah wanita itu kaku seperti robot. “Kama, lihatlah mereka memandangku, aku malu,” kata Bening sambil mencengkeram tangan Kama.“Relaks, okay? Kamu cantik dan harus percaya diri.”Namun, kata – kata Kama sama sekali tid