Bab 36 Fragmen subuhAjeng malam itu menginap di kost Tanto. Setelah lelaki itu membujuknyaMeskipun begitu ia tak benar – benar bisa tidur nyenyak. Berkali – kali ia terjaga, memastikan Tanto yang tidur di atas kasur tipis di sebelahnya tidak mengusiknya.“Kenapa kamu belum tidur, apa kamu takut?” tanya Tanto saat menggeliat dan melihat Ajeng melamun.“Aku tidak bisa tidur.” Ajeng duduk dan menyandarkan badannya di tembok. Tampak ia menghela napas panjang. Ini adalah pertama kalinya ia menginap di tempat orang, cowok pula. Ibu dan kakaknya tidak tahu.Mengingat kedua orang itu, mata Ajeng sendu. Semenjak kehidupan Kak Ibra selingkuh dan bisnisnya bangkrut, kehidupan keluarga mereka berangsur memburuk. Ibu tiap malam keluar rumah, kadang dia pulang pagi, seringnya tidak pulang, sedangkan kakaknya sibuk dengan dunianya sendiri.“Maaf ya Jeng, kata – kataku tadi siang. Aku tidak bermaksud menyinggungmu soal pekerjaan,” kata Tanto memperbaiki sarungnya.“Tidak apa – apa. Aku mengerti. Jus
Bab 37 Cinta seorang AyahAktivitas Joli Flower meningkat tajam. Pagi – pagi, perempuan itu sudah sibuk mengecek perlengkapan, dan bunga – bunga yang mulai berdatangan untuk dekorasi pernikahan clientnya besok. Tanto dan Ismail tak kalah sibuknya.Dua pria kemayu itu bersama 2 tenaga harian, mondar – mandir memasukkan bunga dan perlengkapan lain ke ke pick up.Bening sampai mengerahkan keluarganya untuk membantunya, termasuk Elang yang sedang libur. Pria bertampang manis itu membantu kakaknya menyopiri.Sedangkan Papa dan mamanya menjaga toko. Atun tidak bisa diganggu karena dia menjaga Evan yang makin aktif.“Mana Ajeng,” tanya Iswati pada anaknya.“Dia siang kerjanya, Ma,” jawab Bening tanpa mengalihkan pandangan dari buku catatannya. Tangan kanannya yang memegan bolpoin sibuk memberikan tanda rumput.Perempuan itu sekali lagi mengecek. Setelah semuanya beres dia memanggil Tanto. “Kamu berangkatlah dulu, 30 menit lagi saya menyusul.”“Baik, Bu…” Tanto bergegas pergi bersama kawan –
Bab 38 Ketika cinta mulai mengetuk hati“Innalillahi wainna ilaihi rojiun,” ucap Bening lirih, memandang wajah Pak Miskan dengan dada sesak. Ia lalu melihat ke Ara, sayangnya gadis itu berjalan menjauh bersama seorang laki. Buru – buru wanita itu mengejarnya. Dia lalu menangkap tangan gadis itu.“Kamu Ara, kan?” tanya Bening menatap Ara dengan gusar. Penampilan gadis itu seperti anak kota, jauh dari kesan miskin.Gadis yang bernama Ara itu berpaling.“Ra, apa kamu kenal orang ini?” Teman lelaki Ara mencolek lengan Ara.Ara bergeming.Bening gemas. Ia melihat orang – orang mulai mengerumini jenazah Pak Miskan.“Bapakmu sudah meninggal dunia. Apa kamu tahu? Dia datang jauh – jauh ke sini untuk memberimu kejutan, dan menahan lapar supaya bisa membelikan kamu buket? Tapi apa yang dia terima, hah? Apa begitu sikap anak pada orang tuanya?” kata Bening dengan suara gemetar, menahan seluruh emosinya. “Saya tahu karena dia membeli buket di toko saya.”Teman lelaki Ara melihat ke Ara. “Apa betu
Bab 39 Sakau“Intan… Intan! Buka pintunya!” teriak Ibra dengan muka kusut. Ada satu jam dia berada di depan rumahnya Intan, tapi tidak ada tanda – tanda menampakkan hidungnya.Sementara, mendung tebal menggantung di atas langit dan siap runtuh.Ibra duduk di tepi tangga, ia menggigil dan matanya berair. Jauh – jauh dia datang dari rumahnya untuk menemui Intan, sayangnya rumah perempuan itu terkunci.“Bodoh! Kenapa aku tidak menelponnya?!!” gumamnya sendiri. Ibra lalu menelpon. Telpon Intan tidak aktif. “Sial!” gerutunya lagi.Ibra menggigit bibir bawahnya, mulutnya kecut sekali, dari kemarin rokoknya habis. Dia melemparkan matanya ke sebelah rumah Intan. Tempat tinggal Nenek Imas. Wanita tua itu tinggal sendiri, dan sedang memandang ke arahnya.“Apa lihat – lihat!” kata Ibra sengak. Dia merasa terancam dengan keberadaan Nenek Imas“Percuma kamu menunggu di situ anak muda, Intan sudah pindah,” kata Nenek Imas yang kebetulan sedang menyapu halaman.“Halah! Tahu apa kamu Nenek peyot! Int
Bab 40 Ajeng menghilangKama kaget melihat ada seorang wanita yang menyerang Bening. Saat Herni mau menyerang Bening lagi. Dengan tanggap tangan lelaki itu menahan tangan Herni dan memasang badan untuk Bening.“Anda siapa berani – beraninya menyakiti kekasih saya?!! Jika ada masalah, Anda bisa bertanya baik – baik, bukan menyerang brutal begitu,” kata Kama sedikit emosi.Herni melengos, hatinya mendidih mendengar Kama mengatakan Bening sebagai kekasihnya. “Saya mertuanya Bening, dan dia masih istri sah anak saya. Kenapa kamu bilang dia kekasihmu?!!” Dia lupa tujuannya ke sini mencari anak bungsunya. “Kamu juga Bening! Pantas kamu menolak rujuk dengan Ibra, apa karena kamu telah menemukan lelaki kaya yang bisa kamu porotin?!!” katanya galak.Bening gusar dengan sikap arogan Herni. Dia mau bicara tapi Kama mencegahnya.“Saya mencintainya dan Bening pantas mendapatkan kebahagiaan. Mestinya Anda malu mengatakan hal itu pada wanita baik ini. Selama ini Bening diam, walaupun anak Anda telah
Bab 41 Nyaris sajaAjeng menoleh dan melihat ibunya berkacak pinggang. Mata perempuan itu merah melotot kepadanya.“Jangan malu – maluin keluarga kita! Kita ini keluarga terhormat, masak anaknya mau jadi penjaga warung bakso? Di mana otakmu itu, Jeng!” Herni menoyor kepala putrinya. Jauh dari lubuk hatinya ia kecewa dan ketakutan menghadapi masa depan.Gadis itu sakit hati. Dia menantang menatap wajah ibunya yang tengah memandangnya dengan galak, dan siap menghamburkan kejengkelan yang memenuhi rongga dada. “Setidaknya pekerjaan penjaga warung itu halal!” Setelah itu dia membawa motornya melesat pergi.Rupanya Mas penjual bakso membela Ajeng. “Jangan meremehkan hasil menjual bakso, Bu. Sehari saya mendapat uang 500 ribu bersih. Coba kalikan sebulan. Berapa? Kalau dihitung, pendapatan saya lebih dari pekerja kantoran. Di sini saya memang terlihat kere, tapi di kampung, sawah saya berhektar – hektar.” Lalu dia mengeluarkan dompetnya yang berisi segepok uang ratusan ribu.“Sombong!” kata
Bab 42 Rencana SriAdit tergesa – gesa masuk ke kantor Kama yang telah menunggunya.“Lapor, Pak. Polisi sudah membubarkan preman yang mau merusak rumah Ibu Bening,” kata Adit.Kama mengangguk. “Bagus. Tolong awasi terus rumah dan toko Bening. Saya tidak mau terjadi apa – apa dengan kekasih saya. Kamu paham, kan apa yang saya maksud?” kata Kama seraya menautkan kedua jemarinya di atas meja.“Siap, Pak. Saya sudah menghubungi Komandan Asrul untuk menangani hal itu,” ucap Adit. Lelaki itu melihat luapan cinta yang begitu besar dalam mata Kama pada Bening.Tanpa sepengetahuan Bening, Kama menginstruksikan Adit untuk menaruh orang – orang untuk menjaga wanita itu dan keluarganya.“Oke, good! Ingat Dit, jangan sampai Bening tahu hal ini. Saya tidak mau dia marah kepada saya.” Kama mewanti – wanti asisten sekaligus sekretarisnya itu.“Tenang, Pak. Semuanya aman. Tapi ngomong – ngomong, apa kita tidak laporkan saja Ibra dan keluarganya ke Polisi, biar mereka ditangkap dan tidak mengganggu Ibu
Bab 43 Diusir wargaHerni menyeret kaki tuanya melintasi ruangan rumahnya yang tak seberapa. Menuju dapur mencari makanan yang bisa mengganjal perutnya.Sayangnya Herni tak bisa menemukan apa – apa di sana. Semuarnya bersih tak tersisa. Pandangan perempuan itu kosong memandang ke sekeliling diiringi suara token yang terus berbunyi dari kemarin. Dengan sedih, dia mengambil air di kamar mandi untuk mengisi perutnya.Satu persatu perabotannya dijual oleh Ibra, dan dia tidak bisa berbuat apa – apa. Wanita itu lalu duduk termangu di lantai dengan lesu.Kemudian, terdengar lenguhan panjang dari bibir Herni yang kering dan pecah – pecah. Sudah tiga hari dia sakit, dan Ibra belum pulang sama sekali.Mata perempuan itu lalu tertumpu pada bingkai foto yang memuat foto Ajeng. Rasa sesal merayap di hatinya. Perlahan ia mengambil ponsel yang ia sembunyikan di kutangnya. Dia melakukannya, karena khawatir Ibra mengambil, satu – satunya barang yang ia miliki.Kemudian, ia memencet nomor Ajeng. Ada bu