Axton yang tidak bisa menolak permintaan Kimberly, memutuskan untuk datang ke acara yang diadakan oleh adiknya. Sesampainya di rumah Kimberly, suasana sudah ramai hingga membuat dirinya ragu untuk masuk.Dia hanya berdiri bersandar pada mobilnya menatap rumah megah dan indah yang Richard rancang untuk keluarga kecilnya. Hal itu cukup melegakan hatinya karena mengetahui jika Kimberly mendapat kehidupan yang baik.“Axton! Kamu sudah datang? Kenapa tidak segera masuk?” tegur Kimberly yang keluar dari pintu utama rumah mewah tersebut.“Di dalam sudah banyak orang, aku rasa aku tidak dibutuhkan lagi di sini,” balas Axton.Bibir Kimberly mengerucut kesal mendengar hal itu. “Aku sudah menunggumu dari tadi, aku kira kamu tidak menepati janjimu dan sengaja tidak datang ke pestaku. Acaraku tidak akan lengkap tanpamu.”“Apakah kamu bahagia, Kimberly?” tanya Axton memastikan keadaan adiknya.Senyum lebar langsung terkembang di bibir wanita itu. “Aku sangat bahagia, Richard memanjakanku dan member
Malam hari setelah pesta selesai, Axton memutuskan untuk langsung pulang, meskipun Kimberly telah melarangnya karena perjalanan jauh yang harus ditempuh.Axton berkeras dengan keputusannya karena dia tidak tahan lagi satu atap dengan keluarga Jackson terutama Johana yang terlihat mendiskriminasi dirinya. Dia menyakinkan Kimberly jika dirinya akan mencari penginapan jika mengantuk di perjalanan, membuat Kimberly akhirnya mengalah dan mengizinkannya pulang ke Woodstock.Padahal jika mau jujur, tubuhnya sudah sangat lelah dan rasanya sangat berbahaya untuk menempuh perjalanan yang cukup jauh.Kini setelah empat jam mengendarai mobilnya dan rasa lelah dan kantuk menyerang, dia menyesali keputusannya. Seharusnya dia menginap di tempat Kimberly atau mencari penginapan. Sekarang sudah hampir dini hari dan dirinya terjebak di jalan yang sepi, jauh dari jalan raya apalagi penginapan.“Aku tidak mungkin berhenti di sini, akan sangat berbahaya tidur di mobil dengan keadaan sepi dan gelap,” gumam
Axton terbangun di atas ranjang besar dan empuk, sprei putih menjadi alas dengan selimut tebal yang membuat tidurnya nyaman.Dia mengerjapkan mata beberapa kali dan baru menyadari jika dirinya tidak tidur di kamarnya sendiri, ingatannya mulai kembali ke malam dimana akhirnya dia bisa sampai di tempat ini.“Inggrid ...” gumam Axton mengingat nama wanita yang memberinya tumpangan.Sadar jika dirinya berada di rumah orang, Axton segera menyibak selimutnya dan turun dari ranjang. Dia berjalan mendekati jendela dan baru tahu jika matahari sudah cukup tinggi. Rasa lelah karena perjalanan jauh membuatnya tidur nyenyak dan kesiangan.Baru saja dirinya ingin beranjak ke kamar mandi, terlihat seorang wanita berjongkok di bawah terik matahari, mengisi pot-pot bunga dengan tanah dan menanam pohon ke dalamnya. Hal itu membuat Axton berdiri membeku dengan mata yang terus mengamati kegiatan wanita itu.Selama hidupnya, ratusan wanita cantik pernah dia lihat, beberapa juga pernah menjadi kekasihnya,
“Generatornya cukup rumit dan sedikit tua, akan kesulitan jika kamu tidak terbiasa memperbaikinya. Aku akan membantumu,” ujar Inggrid yang sudah terbiasa dengan generator tersebut.“Baiklah, tunjukkan di mana letak generatornya,” balas Axton sambil menyalakan flash ponsel sebagai penerang.Keduanya memutuskan untuk memeriksa generator itu bersama. Sesampainya di sana, asap putih terlihat mengepul di luar ruang generator.“Celaka, sepertinya generatornya terbakar,” seru Inggrid sambil berlari membuka pintu ruangan di mana generator itu berada dan terlihat apa yang dia katakan memang benar.“Apakah kamu memiliki cadangan?” tanya Axton yang melihat jika generator tersebut rusak parah.Inggrid menggeleng menjawab pertanyaan Axton.“Aku akan coba memeriksanya, siapa tahu aku bisa memperbaikinya,” ujar Axton yang kemudian masuk ke ruang generator dan Inggrid membantunya memberi pencahayaan serta mengambilkan alat yang Axton butuhkan.“Bagaimana? Apakah kamu bisa diperbaiki atau paling tidak
Apa yang Axton katakan memang benar, saling berbagi kehangatan adalah ide yang bagus. Kenyamanan dan kehangatan tersebut membuat keduanya tidur terlelap dengan posisi saling berpelukan.Ketika selimut yang menutupi tubuh mereka sedikit tersingkap akibat gerakan dalam tidur mereka, Inggrid mengeratkan tubuhnya ke dalam pelukan Axton karena udara dingin yang menyapu kulitnya.Gerakan itu disambut dengan senang hati oleh Axton, terbukti pria itu melingkarkan tangan ke tubuh Inggrid dan memberinya kehangatan, membawa kepala Inggrid ke ceruk lehernya hingga indra pembaunya bisa menangkap aroma wangi sampo Inggrid dan wangi feminim wanita itu.Tubuh Axton seketika menegang menyadari aroma asing yang tak pernah menemani tidurnya selama ini. Dia membuka mata dan langsung dihadapkan pada wajah cantik dan bersinar milik Inggrid yang menyambut paginya.Bibir wanita itu berada tepat di bawah bibirnya, membuat Axton ingin sekali melumatnya, tetapi dia harus mengendalikan diri karena menghormati tu
Ajakan Axton membuat hati Inggrid bimbang. Di satu sisi dia tidak berani melanggar aturan dari mamanya, namun disisi lain dia merasa penasaran tentang apa yang ada luar sana.Hampir dua puluh tahun dia terkurung di rumah yang terasingkan dengan dunia luar, melihat dunia hanya dari media elektronik yang hanya bisa dia bayangkan tanpa bisa mengunjunginya langsung. Bukankah dia berhak untuk hidup bebas?Axton datang seperti iblis yang ingin menyeretnya keluar dari dinding perlindungan yang mamanya bangun. Tawaran menggiurkan begitu menggoda hatinya untuk bisa melihat dunia luar. Kakinya seakan ingin melangkah mengikuti keinginan Axton, namun kepalanya menggeleng menolak ajakan tersebut.“Aku tidak bisa ikut denganmu,” jawab Inggrid lirih.“Aku tidak mungkin menginap di sini lagi karena peternakan membutuhkanku. Pekerjaanku sudah banyak yang tertunda karena kepergianku. Aku tidak akan menyakitimu, Inggrid. Aku hanya ingin memastikan keselamatanmu. Jika kakimu sudah sembuh dan generator ru
Keduanya makan bersama dalam diam, bibir Axton terasa kelu mendapati dirinya makan berdua dengan seorang wanita. Sedangkan Inggrid segan memulai pembicaraan dan tidak tahu harus memulai pembicaraan dari mana.Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing, hanya bunyi sendok dan piring yang terdengar menemani acara makan mereka.“Masakanmu sangat lezat,” puji Inggrid mencoba membuka pembicaraan.“Terima kasih atas pujianmu, apakah kamu mau menambah makananmu?” tawar Axton.Inggrid menggeleng menjawabnya. “Perutku sudah terlalu kenyang, baru kali ini aku makan sangat banyak. Masakanmu sungguh berbeda dengan semua masakan yang pernah aku makan selama ini.”“Mungkin itu karena efek kita makan berdua,” singgung Axton.“A-apa ...? oh ...” balas Inggrid gagap dan seketika salah tingkah karena perkataan tersebut.“Kamu bisa tetap tinggal di sini jika ingin setiap hari makan masakanku,” lanjut Axton yang membuat wajah Inggrid semakin memanas dan merona merah.“Kamu tahu itu sungguh tidak mungkin
Setelah beberapa hari dalam perawatan Axton, keadaan Inggrid membaik dengan cepat. Kakinya sudah bisa berjalan normal dan demam pun tak menyerang kembali.Kini mereka duduk saling berhadapan menikmati sarapan yang Axton masak, sesekali Inggrid melirik pria itu yang terlihat sedang sibuk dengan makanannya, dia sedikit ragu ingin mengatakan sesuatu.“Apakah kamu ingin mengatakan sesuatu? Dari tadi kamu tampak gelisah,” ujar Axton yang membuat Inggrid tertegun karena ternyata pria itu memperhatikannya dan mengerti kegelisahannya.“Aku sudah sembuh, kakiku sudah baik-baik saja dan sudah bisa aku gunakan dengan normal. Terima kasih sudah merawatku selama ini,” Inggrid memulai pembicaraan.“Kamu adalah tamuku, sudah menjadi kewajibanku merawatmu dengan baik,” balas Axton dengan nada datar.“Apakah kamu akan memperlakukan semua tamumu seperti kamu memperlakukan aku?”Axton seketika menghentikan kegiatan makannya dan menatap Inggrid. Dia cukup terkejut saat wanita itu memberinya pertanyaan ya
Sebuah rumah klasik elegan dengan halaman yang luas disulap menjadi taman yang indah penuh dengan bunga segar dilengkapi kelambu putih sehingga menciptakan suasana romantis.Karpet putih dengan rangkaian bunga harum tergelar menuju sebuah altar dengan dekorasi yang mengagumkan. Kanan kiri karpet tersebut berjajar rapi kursi kayu yang siap menampung para tamu undangan dalam pesta pernikahan Jackson.Saat matahari merangkak meninggi, satu persatu kursi tersebut mulai terisi yang didominasi oleh keluarga besar Jackson.Pernikahan Allie dan Arlo digelar dua minggu setelah lamaran mereka. Meski dengan persiapan yang singkat namun pesta yang digelar tidak mengecewakan. Keduanya sepakat hanya mengundang tamu terbatas demi menjaga kesakralan upacara pernikahan.Acara tersebut digelar di rumah yang akan menjadi tempat tinggal Arlo dan keluarga kecilnya bersama Allie, rumah yang didesain oleh Arlo sendiri sesuai dengan impian yang pernah Allie ceritakan padanya.Tak lama setelah kursi penuh par
“Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Arlo berlari mendapatkan Allie ketika wanita itu keluar bersama Britne untuk menemui keluarga Jackson yang masih berkumpul di ruang makan. Ketegangan masih tampak jelas di raut wajah mereka.Allie menatap Arlo dengan tatapan bersalah membuat jantung pria itu berdetak kencang dan rasa gelisah mencengkram hatinya, mengira jika Allie menolak lamarannya.“Apakah kamu ingin bicara berdua saja denganku sebelum kita bertemu keluargaku? Aku tidak ingin kamu terbeban dengan lamaran yang aku ajukan,” lanjut Arlo ingin menenangkan wanita yang dia cintai.“Maafkan aku karena merusak lamaranmu,” balas Allie dengan nada tercekat.“Aku yang seharusnya meminta maaf karena terlalu terburu-buru melamarmu dan membuatmu syok. Aku bisa mengerti jika kamu belum bisa memberikan jawaban, sekarang yang terpenting kamu baik-baik saja.”Britne yang mencuri dengar perkataan Arlo, menepuk pundak sepupunya itu. “Jangan terlalu cepat menyimpulkan, beri Allie waktu untuk bicara!”
“Apakah kamu merasa gugup?” tanya Arlo menggenggam tangan Allie yang terkait dan terlihat gemetar.Keduanya berada di dalam mobil yang berhenti di depan teras kediaman Jackson, sedangkan Barnes tidur di bahu Arlo.“Sedikit,” jawab Allie pelan. “Ada siapa saja di sana?” lanjutnya sambil menatap rumah besar dan megah milik keluarga Jackson.“Semuanya ada di sana, Britne pun ada di sana.”“Bisakah kamu memberi waktu sebentar, aku masih terlalu gugup,” pinta Allie.“Aku akan menemanimu di sini,” balas Arlo tak ingin meninggalkan wanita yang dicintainya, tanpa ragu memeluk dan mengusap punggung Allie.Setelah keberanian Allie terkumpul, dia mengajak Arlo untuk masuk. “Aku sudah siap,” ujarnya.Arlo menggandeng tangan wanita yang dicintainya dengan posesif dan membawanya ke ruang tengah rumah itu, dimana keluarga besarnya sering berkumpul di sana.“Selamat malam,” sapa Arlo membuat semua orang di ruangan itu menoleh dan menatap kedatangan mereka.Keadaan seketika menjadi sunyi, semua mata t
“Tidak perlu khawatir, aku bisa mengajarimu bagaimana menjadi wanita Jackson,” suara Kimberly mengagetkan Allie.Dia menoleh dan mendapatkan wanita itu berjalan mendekatinya dengan Barnes ada di gendongannya.“Apakah Barnes merepotkanmu, Nyonya Kimberly?” ucap Allie sambil mengambil putranya dari gendongan Kimberly.“Dia anak yang cerdas dan menggemaskan, wajahnya sangat mirip dengan Arlo saat masih seumurannya, Barnes sama sekali tidak merepotkanku,” kata Kimberly.“Terima kasih telah menjaganya.”“Kamu tidak perlu berterima kasih karena dia juga cucuku. Aku berharap malam ini kamu dan Barnes akan menginap di kediaman Jackson sehingga aku punya banyak waktu untuk mengenal cucuku,” balas Kimberly tersenyum mendengar ocehan Barnes.Tubuh Allie menegang mendengar harapan Kimberly akan dirinya dan Barnes. Rasanya terlalu cepat untuk masuk ke dalam keluarga billionaire tersebut.“Aku akan bicara dengan Arlo terlebih dahulu,” Allie mencari alasan untuk menghindar dan berniat untuk melarang
Allie membuka mata dengan senyum cerah mengingat percintaan panasnya bersama Arlo semalam serta hubungan mereka yang membaik. Dia mencari keberadaan pria itu dan menemukannya sedang duduk di pinggir ranjang membelakanginya.Pria itu masih belum berpakaian hingga memperlihatkan punggungnya yang menawan membuat matanya tak berkedip dan tatapannya tak bisa lepas dari sana.Sadar jika Arlo sedang menerima panggilan dari ponselnya, membuat Allie sengaja tidak mengganggunya. Dia menggeser tubuhnya mendekati Arlo lalu mengusap punggung pria itu.“Siapa yang menelepon sepagi ini?” tanyanya saat melihat Arlo mengakhiri panggilan.Pria itu menoleh dan memperlihatkan wajah tegang yang tidak bisa disembunyikan membuat Allie merasa cemas. “Apakah semua baik-baik saja?”“Mamamu masuk rumah sakit,” ujarnya.“Ada apa dengan mamaku? terakhir kali aku bicara dengannya, dia baik-baik saja.”“Dia mengalami kekerasan dari papa tirimu, aku meminta bantuan papa untuk menangani kasus mamamu.”“Aku harus kemb
Allie merasa senang telah mengizinkan Arlo menghabiskan waktu bersama putranya. Wajah pria itu terus berbinar penuh kebahagiaan, hal itu membuat Allie bertekad bulat untuk menjadi wanita yang pantas untuk Arlo, wanita dewasa dan elegan yang tidak gegabah menyimpulkan sesuatu yang dia lihat dan dengar.Malam harinya Allie mengunci diri di kamar mandi cukup lama, menatap dirinya di cermin dengan pakaian menantang. Lingerie transparan dipakainya, hingga tubuhnya terlihat sangat menggoda dengan aset-aset yang tak bisa disembunyikan.“Apakah aku terlihat seperti wanita jalang?” gumamnya pada diri sendiri.“Persetan dengan hal itu, aku ingin menyenangkan Arlo malam ini,” Allie berusaha menghapus keraguan yang menyelimuti.“Sayang, apakah kamu baik-baik saja?” suara Arlo dari luar mengagetkan.“Aku baik-baik saja,” jawab Allie cepat.“Kamu sudah terlalu lama di kamar mandi, itu bisa membuatmu sakit,” Arlo mengingatkan.“Sebentar lagi aku akan keluar.”“Apakah kamu tidak nyaman aku berada di
Allie menghentikan kegiatan memasak ketika ada yang mengetuk pintu rumah. Dia membersihkan tangan dengan serbet lalu pergi untuk membuka pintu bagi tamunya.Keningnya berkerut heran ketika melihat seorang wanita cantik setengah baya dengan kacamata hitam dan pakaian elegan berdiri di depannya.“Ada yang bisa aku bantu?” tanya Allie sopan.Wanita itu membuka kacamata dan tersenyum ramah. “Apakah kamu bernama Allie?” wanita itu ganti bertanya.“Benar Nyonya, apakah aku mengenalmu?” Allie semakin heran dengan identitas tamunya.Wanita itu kemudian mengulurkan tangan untuk memperkenalkan diri. “Namaku Kimberly Jackson, istri dari Richard Jackson, mama Arlo. Senang bertemu denganmu, Allie. Sudah lama aku ingin melihat wajahmu.”Wajah Allie seketika memucat mengetahui siapa yang berdiri di depannya, tubuhnya menegang merasa terancam oleh kedatangan wanita itu. Dia teringat bagaimana papa Arlo mengusir dan menyuruhnya pergi menjauh dari putranya.“Arlo sedang berada di rumah Britne, kamu bis
“Aku mengambil resiko besar dengan kembali membiarkanmu menyentuhku lagi,” ujar Allie sambil mengusap dagu Arlo yang ditumbuhi rambut-rambut kecil kasar, menelusuri dengan jari lentiknya.Mata Arlo terpejam menikmati sentuhan yang mengalirkan sengatan listrik kecil, lalu mengerang merespon. Saat pria itu membuka mata, Allie bisa melihat tatapan yang menggelap penuh gairah.“Fokuslah padaku saja! Abaikan semua hal yang menjadi penghalang hubungan kita,” pinta Arlo dengan tatapan penuh komitmen akan hubungan kita.“Berjanjilah kamu tidak akan mengambil Barnes dariku!”“Aku berjanji. Tak sedikitpun terlintas dalam pikiranku untuk memisahkanmu dengan putra kita. Dia akan tetap bersamamu, bersama kita.”“Kita …?” gumam Allie lirih.Arlo merendahkan kepala lalu mendekatkan bibir di telinga Allie. “Ya, kita. Kita akan menjadi keluarga yang utuh. Jangan sampai karena keegoisan, Barnes kehilangan kesempatan untuk mendapatkan kebahagiaan.”Bisikan Arlo seperti mantra yang meluluhkan hati. Desah
Saat matahari sudah tinggi, Allie terbangun dari tidurnya dan terkejut karena dia bangun terlalu siang. Hal ini karena dirinya baru saja tidur beberapa menit sebelum matahari terbit.Dia segera membersihkan diri dan pergi ke kamar Barnes untuk memeriksa keadaan putranya. Lagi-lagi dia dikejutkan dengan keberadaan Arlo yang ada disana. Ada warna gelap di kantung mata pria itu, membuatnya sadar jika Arlo tidak tidur semalaman.“Apakah kamu tidak tidur?” tanya Allie.“Aku tidak bisa tidur, hujan dan petirnya baru berhenti dini hari dan mungkin juga karena aku terlalu senang bisa menghabiskan malam bersama putraku. Tapi jangan khawatir, semalam Barnes bisa tidur dengan nyenyak dan aku tidak mengganggunya,” jawab Arlo tidak ingin Allie salah paham padanya.“Bersihkan dirimu! aku akan membuat sarapan. Setelah kamu makan, kamu bisa tidur lalu pulang ke New City,” tegas Allie masih memasang dinding tebal terhadap Arlo.Selesai sarapan, Allie mengizinkan Arlo untuk tidur di kamarnya. Dia tidak