Sial, ternyata itu ular berbisa.
Kupikir hanya ular sawah yang menggigit dan bengkak, "Ular adalah binatang melata, Paman! Mereka bebas menjalar kemana mereka suka. Untuk apa aku melemparnya?!" bohongku cepat."Tapi, itu kamarmu!" hardik paman Benigno.
"Dan kamar keponakan Anda juga" sahutku, "Lagipula, apakah Anda tidak menanyai pelayanku yang mengusir ular dengan tubuh telanjang? Dia pakai cara dukun dari mana?"
Paman Benigno kelabakan. "Kita kelompok manusia serigala! Berhadapan tanpa pakaian di tubuh bukanlah kejahatan!" teriaknya sembari menggebrak meja. "Lagipula, bagaimana aku bisa menanyainya? Pelayan itu kritis! Jikapun selamat, dia akan lumpuh selamanya!"
Aku memutar bola mataku malas. "Baiklah. Karena kalian tetap menilai ketelanjangan tanpa etika bukanlah pengkhianatan, mari kita putar video ini dihadapan para sesepuh dan polisi!" Setelahnya, aku berjalan santai dan keluar dari sana. Mustahil keluarga Benigno akan memihakku, kan?
"Clara! Tunggu!" Ayah Benigno tiba-tiba menahan langkahku. "Abaikan ucapan adikku tadi. Aku bersedia membatalkan pernikahanmu dengan putraku. Kau ingat perjanjian kita, kan?"
"Hehehe---Sempurna! Karena urusan ini telah selesai, saya mohon jangan ada lagi dendam diantara klan kita!" ucapku, lalu berlalu dari hadapan dari klan Darmaraya ini.
Roh serigalaku bahkan menyeringai senang sepanjang perjalanan."Kita akan bebas Clara" katanya dengan lolongan penuh suka cita. Tak lama, mobilku pun berjalan perlahan keluar menuju gerbang besi rumah keluarga Benigno.
Namun, pasanganku yang berkhianat itu tiba-tiba menghadang,
"Berani kau menceraikanku, akan kurantai kau ke tembok neraka!" Dengan kasar, Benigno menarikku dan melilitkan rantai, "Ingat, Clara! Kau tidak bisa menceraikanku hanya karena aku selingkuh," ancamnya lagi.
Aku sontak berteriak. "Benigno! Kau menyakiti leherku!" Roh Serigalaku bahkan menggeram. Lewat pikiranku, dia berkata penuh provokasi, "Bodoh! Cepat gigit jakunnya, dan dia akan mati!" Tentu saja, tidak akan kulakukan. Serah terima aset belum terjadi. Aku tidak mungkin melawan Benigno.
Untungnya, ayah Benigno tiba-tiba melompati mobil dan menggeram ke arah putranya "Lepaskan dia, Benigno!"
"Jangan hentikan aku, Ayah! Saya akan melepaskan Clara kalau dia berjanji tetap menjadi istriku. Saya sangat mencintainya!"
Mendengar ucapan Benigno, serigalaku bangkit lagi dan mendengus. "Dia mengira kau bodoh Clara. Sekali kau kembali padanya, lelaki itu akan memanipulasimu lagi dan asetmu lenyap!" Kali ini, aku setuju padanya.
"Aku tidak mungkin kembali padamu, Benigno! Kau yang melanggar perjanjian pernikahan ini," ucapku lantang pada pria itu.
"Clara, aku bisa membaca isi kepalamu! Kau hanya bingung karena kau pengidap bipolar. Wajar kau bingung dengan sikap pelayan kita yang ramah." Benigno mengguncang-guncang tubuhku. "Itu pengabdian Clara, bukan perselingkuhan!"
Demi Dewi Bulan! kepalaku tiba-tiba serasa copot dan tubuhku doyong ke arah Benigno. Dapat kurasakan aku mual mendengar ocehan pria itu. Benigno masih merengkuh bahuku dan,
"Huekkk….." Aku mendadak muntah di bahu Benigno.
Dia yang terkejut mendorongku menjauh. "Clara? Kau menjijikkan!" teriaknya.
Tapi, aku diam saja, tubuhku tidak bergeser sampai muntahku tuntas membanjiri baju dan sepatunya. Dapat kulihat Benigno bergidik jijik, lalu mendadak mengayunkan rantai besi.
"Kau harus dihukum betina idiot!" ucapnya.
Aku mengeraskan rahang kala rantai besi sudah berputar di atas kepalaku. Bunyi mendesing melewati kuping dan sekali hentak aku tangkap rantai besi itu, lalu melemparkan kembali ke arah Benigno yang tidak menyangka gerakanku. Dia terhujam ke tanah–muntah darah karena rantai besi menghantam dadanya.
"Arrgggh!! Kau?!" Matanya tak percaya dengan kekuatanku.
Ayah Benigno bahkan menyerbu ke arahku dengan kecepatan penuh. Padahal, dia sedari tadi diam saja. "Dia masih suamimu sampai aku mengembalikan asset padamu!" peringatnya.
"Saya hanya membela diri! Atau Anda ingin melihat saya mati? Lihat saya tidak membunuhnya bukan? Dia hanya kaget," tegasku.
Walau nada bicaraku tetap sopan, aku menggeram dan menatap tajam matanya. Mata biruku dipenuhi urat merah. Ayah Benigno pun hanya bisa menghela napas. Dia mundur sambil menyeret putranya ke dalam rumah.
Sebenarnya, aku terguncang. Tidak pernah membayangkan pasangan yang kujaga hatinya, ternyata iblis yang ingin mencungkil roh serigalaku dengan racun cinta! Meski Benigno bukan Alpha, dia membangun kepribadiannya sebagai Beta yang rajin dan berdedikasi. Selama ini, dia hanya malas mengantarku ke dokter kandungan.
Tetapi roh serigalaku menyeringai puas. "Ini pilihan tepat, Clara," ucapnya. Entah mengapa, setelah pengkhianatan Benigno ketahuan, ia semakin aktif. Apa sebenarnya dia tak suka dengan pria itu selama ini?
Esok harinya, setelah mendapat izin dari ayah Benigno, aku pun mengemas beberapa pakaian dari kamar beracun dan mengambil apa yang kubawa dari rumah ayahku. Aku memberhentikan semua pelayan yang pernah melayaniku. Mulai hari ini dan seterusnya, aku bukan lagi nyonya muda mereka.
Ternyata, Benigno sudah duduk di kursi teras waktu melihat mobilku datang. Dia menungguku menyelesaikan semua urusan dengan memasang tampang congkak sambil menyesap kopinya.
"Clara! Apa kau tak merasa bersalah karena membunuh pelayanmu sendiri?" ucapnya.
Aku mengendalikan diriku, menekan amarah. “Benigno, aku tahu kamu di sini bukan untuk menemuiku, tetapi kamu sebenarnya tidak dalam posisi untuk menuduhku. Lihat saja dirimu sendiri yang sangat buruk, dan memalukan!”
Namun, tiba-tiba saja tukang kebunku berlari lalu bersimpuh di hadapan Benigno. "Maafkan saya, Tuan! Saya mengumpulkan ular itu untuk dijual, tetapi saya tidak mengikat simpulnya dengan kencang karena harus segera ke rumah karena Ayah Tuan menemukan kodok emas untuk obat batuk " ungkap pria itu dengan tubuh menggigil ketakutan.
Benigno mengabaikan penjelasan tukang kebun itu, justru mengibaskan tongkatnya untuk memukul dan meminta dia mundur.
"Semua karena Kau, wanita menjijikan!" sinisnya mendadak.
"Menjijikan?" ucapku sambil tertawa. Benigno meludah. "Sampai kiamat pun, aku tidak tertarik mengawini perempuan idiot sepertimu. Hanya asetmu-lah yang membuat kau tampak bersinar di hadapanku," ucapnya penuh penghinaan. "Dan Kau sudah bertemu dengan kiamatmu bukan?" Aku menatapnya licik. Kilat-kilat sontak kebencian terpancar dari wajah Benigno. "Kau—" "Dasar betina kejam! Menyesal Aku tidak meracunimu sampai mati!" maki Benigno lagi. Aku mencemooh, "Orangtuamu pasti paham, kodok emas itu memilki racun neurotik, Benigno!" Seketika Benigno mematung. Wajahnya kini benar-benar membiru. Aku berlalu dan bergidik ngeri! Aku yang idiot saja tahu kopi berbusa putih yang disesap Benigno, mengandung racun kodok emas. Dua hari kemudian, aku menemui ayahku---Alpha El Wongso, "Ayah aku ingin bekerja!" kataku waktu mengunjunginya di penjara ibu kota Lembah Serangga. Hari ini sudah selesai pertukaran aset dengan video lima detik yang kuambil asal-asalan. Jadi, aku berniat berlama-lama menem
Untungnya, pesawat yang membawaku pun mendarat dengan sempurna di bandar udara ibukota Lembah Utara. Bandara di sini menawarkan kemegahan yang luar biasa dengan langit-langit yang menakjubkan. Kehebatan teknologi pemindai mata biometrik di sana tak ada tandingannya. Aku sempat deg-degan. Namun, ternyata berhasil melewati proses imigrasi tanpa harus mengantri. Cukup dengan pemindaian mata dan aku pun lolos. Di tengah kebahagiaan, roh serigalaku mengejek, "Bodoh! Jika ketahuan, mereka mungkin akan mencungkil matamu yang kotor itu!" Mendengar itu, aku terkekeh saja, lalu berlalu mencari konter bagasi. Sayangnya, tempat itu begitu panjang berkelok! "Astaga, Dewi!" seruku frustasi. Aku melihat koper kecilku di line 3. Butuh waktu sekian belas menit jika menunggu di sini. "Berpindahlah!" Serigalaku kini berlaku idiot memaksaku untuk berpindah. Bagaimana bisa melakukan shiftout di hadapan manusia biasa? Aku jelas menolak gagasan itu. tapi aku akan telat jika tidak segera mendapatkan koper
Butuh seluruh kekuatan untuk menggantungnya, ketika aku menyadari Nyonya Bernie selaku majikan selalu mempersulitku, bahkan dia tidak memberikan kompensasi hari libur akhir pekan. Setelah pada akhirnya aku membanting pintu kamar dengan begitu keras sehingga rumahnya berguncang, barulah nyonya Bernie mengajakku ke kolam renang. Aku tidak membawa bikini, jadi aku harus membelinya di toko sekitar. Butik yang menjual bikini hanya memiliki model two piece dengan bukaan punggung. Aku baru saja berpikir harus membatalkan ide terjun ke kolam renang, karena aku memiliki tato klan El Wongso, meskipun itu kecil, aku perlu menutupinya supaya tidak terekspos. "Nona ini ada satu, thong dan outer atas lebih tertutup!" Pramuniaga toko menyodorkan bikini berwarna hitam. Thongnya terlalu sexy tetapi outer atasnya akan menutupi tatoku. "Aku ambil ini!" Di dunia serigala melihat mahluk telanjang bukan hal tabu. Tetapi aku bekerja pada keluarga manusia, aku yakin kolam renangnya juga berbeda. Aku men
Aku sebenarnya basah kuyup lagi karena terduduk di lantai di bawah pancuran. Saat tatapan sedingin es dari Rayden, air mataku tak terbendung. "Siapa kamu Jamila?" Rayden bertanya dengan dingin. Aku mendengar Jesica menyebutnya sebagai tunangannya dan Penguasa Lembah Utara, tapi yang membuatku terkejut, meski Jesica berteriak histeris mencari Rayden. Namun, dia tetap menyandarkan tubuhku ke dinding ruang ganti. Tubuhnya yang kekar menghimpitku, tangannya merayap ke dadaku dan meremasnya. Aku tersengal sengal saat mulut Rayden menyesap dadaku yang seketika memerah. Kupikir Rayden akan segara menghentikan serangannya. Dia menciumi bibirku dengan lembut, mataku seketika melotot protes. Kemudian tangannya merogoh kedalam mulutku dengan kasar. Aku sudah pasrah, ada sesuatu yang meledak melesak keluar dan terus membanjiri pipiku. Rayden membalikkan tubuhku dan dia memeluk punggungku. Saat itu aku sudah kembali menemukan kekuatan untuk berteriak lalu membuka pintu. "Oh, Jamila! Akhirnya kau
Segalanya menjadi masuk akal ketika aku menghubungkan cerita Mia dan bau yang keluar dari tubuhnya. Pelapis kaca mobil itu cukup gelap. Tetapi aku manusia serigala, bisa melihat ke kursi belakang. Mataku tak percaya menatap Mia sebagai penunggang yang handal, Mia membiarkan lelaki yang ditindihnya melumat habis seluruh tubuhnya. Sialan! Gerutuku kesal. Aku tidak bisa menunggu mereka selesai karena langit semakin gelap dan petir terus berkilat. Aku pikir kawanan serigala itu hanya berjarak 5 menit, jadi aku menjauh dari mobil, menemukan pondokan kecil. Tubuhku menggigil, bau tajam itu tidak hanya milik satu kelompok. Telingaku waspada saat mendengar serigala menggeram, dari kejauhan aku melihat dua kelompok serigala bertarung di area terbuka di bawah cahaya petir yang berkilat-kilat. Siapakah kelompok itu yang bisa menggiring awan dan hujan? "Awwrgghh," teriakku sambil membanting badanku berguling ke lantai pondokan. Aku mencium bau Rayden tetapi konyol tubuh kekarnya sudah menindihku
"Lihatlah dirimu!" kataku kepada Mia, "Kamu tidak memiliki hutang pajak satu senpun, kamu bersih, Mia!" Seorang pria yang gemuk berjalan dengan malas sambil menggerutu tentang kesalahan yang terjadi karena petugas menganggap Mia mirip dengan pekerja seks komersial yang membayar pajak secara mandiri. Dengan sikap malas, pria itu menandai dokumen yang tidak valid. "Beberapa petugas pajak mendatangi Mia dan melakukan pelecehan!" kataku lugas. Lelaki gemuk itu melirik Mia dengan tatapan curiga. Dia mengingatkan Mia bahwa mereka tidak memungut pajak di jalanan, dan mengancam "Bicara tanpa bukti bisa berakibat pada hukuman!" Saat itu aku menyadari, sepertinya lelaki gemuk ini memberikan tatapan intimidasinya ke arah Mia. Serigalaku menggeram, "Dia juga melahap Mia" mindlinkku menemukan indikasi dari perubahan hidungnya yang mengecil. "Ka-Ka-Mu! Menggeram, Jamila?" Mia ketakukan melihat ke arahku. Aku menyeringai dan menjulurkan lidahku, "Aku hanya menguyah lolipop, jangan khawatir Mia!
Serigalaku memicingkan mata dan terkekeh-kekeh, "Lihat! Kamu memiliki penggemar wanita sekarang!" Awalnya aku kaget mendengar ada seseorang yang membelaku, tetapi---Itu Dallas, manusia serigala yang sudah aku kenali baunya, hanya saja selama seminggu aku mendekam dalam sel, aku belum pernah menyapanya. Jika dia membelaku, aku tidak peduli. Melihat aku membuka mata, empat wanita---dua setengah baya dan dua muda, berusaha menarik tubuhku yang malas. Salah satu wanita muda akhirnya menyerah karena tubuhku terlalu sulit untuk ditarik. "Sial bos, dia sangat kaku. Tubuhnya berat!" Dallas tertawa terkekeh-kekeh, "Aku lempar koin emas, jika ada yang bisa menggeser tubuhnya!" Mereka berada di penjara dengan tahanan manusia dan shifter yang berbaur. Maddie takut melawan Dallas yang jelas sebagai shifter. Tetapi, Jamila dari keterangan sipir disebutkan sebagai individu dorman. Sangat mustahil Jamila sebagai shifter, Maddie Brook memberi kode kepada anak buahnya untuk menindasnya. Seorang wani
Lalu aku berlari menaiki taksi yang ada di gerbang penjara, "Bisakah Anda membawaku ke pelabuhan Lembah Utara, dan menyetirlah sekarang!" "Silakan pindai mata Anda, Nona! Baru aku menjalankan mobilku!" jawab supir taksi dengan acuh tak acuh. "Katakan sejujurnya, apakah Anda mendengar suara guntur dan menyadari langit tiba-tiba berubah gelap?" tanyaku kepada supir taksi, setelah dia melaju beberapa saat dari gerbang penjara. "Ho, itu mitos yang kami dengar, manusia biasa tidak bisa merasakan kehadiran Black Shadow" Supir taksi itu menoleh kepadaku dengan wajah mengerikan, pucat seperti tak bernyawa "Apakah Anda shifter, Nona? "Ummh, aku baru keluar dari penjara dan mendengar mitos yang sama juga!" Mataku berkedip samar. Setidaknya, setelahnya supir taksi itu membawa mobilnya dengan kecepatan yang luar biasa, itu mengobati rasa kecewaku yang meluap ketika aku mengetahui bahwa tiket pesawat dan kapal penumpang dengan tujuan ke Selatan, untuk seminggu ke depan sudah habis. "Mohon ma