Situasi di Lembah Utara "Rayden menyukai rambut hitamku!" Jesica menggumamkan suara-suara tidak jelas di telepon. "Tetapi seorang gadis misterius sudah mengeklaim tunanganmu, Jesica!" Suara heran menggema di ujung telepon, terdengar berisik dan berganti cekikikan. "Apakah kalian berkumpul untuk menggunjing di belakangku?" Jesica menggeram dan wajahnya menggembung marah, "Aku bisa membuat kalian semua lenyap dari Lembah Utara!" Ancamnya keji. Seseorang dengan nada sombong menyela ancaman Jesica, "Seharusnya kamu mengambil kelas perilaku untuk menjadi Luna yang rendah hati. Kami keluarga dewan kota tidak diperintah oleh manusia setengah serigala apalagi yang memiliki cacat perilaku!" Dan blippp, suara telepon diputus sepihak. Jesica meraung dan menghancurkan apa pun yang ada di hadapannya. Setelah peristiwa di Midnite Bar minggu lalu, seluruh kegiatan dihentikan dan warga dilarang berkeliaran---Tidak seorang pun, tanpa pengecualian. Lembah Utara dibiarkan senyap. Saluran komunikasi
Andy bergegas menuju halaman depan untuk menemukan tukang kebunnya bergetar dengan wajah pucat menghadapi ular beludak yang sangat berbisa. Sisiknya berwarna coklat dihiasi pola batik hitam merah, dan ekornya yang pendek serta runcing memberikan kesan mengancam. Manusia serigala menghindari ular jenis ini karena sering digunakan sebagai saluran serangan magis. Meskipun tubuh manusia serigala biasanya dapat menetralkan racun ular yang meludah, tetapi tidak dapat melawan racun yang dibubuhi sihir. "Apakah ini jenis ular kebanyakan?" tanya Andy cemas kepada tukang kebunnya yang berhasil menjepit satu ular beludak memakai tongkat besi. "Kami harus mengujinya, bisakah Tuan melemparkan batu spiritual ke tubuh ular ini?" katanya kepada Andy. Mirasih berlari ke dalam untuk mengambil sekumpulan batu spiritual, dan dia berpapasan dengan Jesica yang sepertinya akan pergi ke luar. "Ada apa bu? Kenapa wajahmu seperti mayat!" Jesica meraih bahu ibunya. "Sekelompok Rogue melemparkan ular beludak
Akhirnya Jesica menyadari bahwa mereka terjebak di jalan yang tertutup. Bukit di belakang jembatan Rayuan Maut telah longsor dan menutupi terowongan yang mengarah ke jembatannya---Jalan satu-satunya dari distrik timur hanya melalui terowongan itu. Beberapa mobil petugas tanggap bencana menyalip dan memberhentikannya. Mirasih menunjukkan lencana diplomatiknya, dan para petugas dengan sigap mengepung mobil yang dia tumpangi. "Nyonya, situasi masih cukup berbahaya longsoran dari atas bukit belum sepenuhnya berhenti. Kami pikir tanpa mengurangi rasa hormat, Anda tidak bisa melalui terowongan untuk sampai di jembatan itu!" Seorang petugas dengan lencana sebagai pejabat pemerintahan menyampaikan sarannya, dia membungkuk di sisi samping Mirasih yang membuka kaca mobilnya. "Apa kondisinya begitu parah? Ini serangan yang masif setelah gempa terjadi. Beberapa Rogue berkeliaran dan menyerang secara acak, beberapa orang terluka!" katanya lagi. "Aku tidak yakin Rogue mampu melakukan ini, biasan
Mirasih tiba-tiba merasa kaget dan bingung. “Apakah kamu baru saja mengatakan bahwa petugas patroli menipu kita?” dia bertanya, mulai merasa takut. Pejabat mendekati Mirasih dan berbisik, "Nyonya, kami memahami situasi kacau setelah gempa, dengan rumah sakit penuh dengan korban jiwa. Namun, percayalah bahwa kehidupan shifter dan sebagian markas tetap normal. Kami hanya belum mendapatkan kembali telepon dan koneksi frekuensi radio juga belum!" "Tetapi mengapa Anda ada di sini bersama regu Anda?" Jesica menyelidik. Dia awalnya diam karena ibunya melarangnya menjadi arogan dan impulsif. Namun, sekarang dia tidak tahan dengan penjelasan berbelit-belit dari pejabat tersebut. "Kami di panggil langsung oleh pihak istana untuk berjaga, tidakkah Anda pahami, sebagai diplomat? Tidak seorang pun yang bisa keluar dari rumahnya tanpa undangan dari istana? Pejabat itu berbalik menatap Jesica menyelidik. " K--Ka--Kamii.....!!!" Mirasih ketakutan, "Jesica, ayo, kembali ke rumah! Cepat!" "Ibu, in
Mirasih semakin menundukkan kepalanya, kini ia benar-benar berlutut di samping mobil. Ia menjulurkan kepalanya melihat keadaan suaminya, melihat sehelai daun berwarna gelap menempel erat di lengan Andy, namun sang suami tampak tertidur lelap. Mirasih tidak mengerti sihir, tapi intuisinya kurang bagus. Keinginannya untuk kabur dari rumah sama kuatnya dengan dorongan yang tidak terduga. Dia menyelinap lagi. "Ibuuu!!" suara Jesica melengking memanggil Mirasih, "Ibu, mari minum teh dulu!" Jantung Mirasih berdegup tak terkendali dan keringat dingin mengalir di pelipisnya saat dia menyadari bahwa Jesica telah mulai melayani orangtuanya, "Sejak kapan Jesica bisa membuat teh?" Dia berdiri di samping mobil dengan kewaspadaan yang tinggi. Tiba-tiba, dia terkejut ketika mendengar bunyi kunci mobil dinyalakan. "Ibu...!" seru Jesica saat membuka pintu dan mendapati ayahnya masih berbaring tak bergerak. Bingung, dia melihat sekeliling dan melihat sehelai daun menempel erat di lengan ayahnya, men
"Nyonya!...Nyonya! Apakah Anda di dalam?" Mirasih terbangun di tempat asing, mencoba memahami sekelilingnya. Terkejut dengan ketukan di pintu, "Uh, siapa?" "Saya membawakan makanan!" terdengar suara bariton bergema di lorong. Khawatir dengan ketidakhadiran Ian, dia membuka pintu dan menemukannya berdiri di sana, memegang sekantong roti dan susu panas dengan ekspresi khawatir di wajahnya. "Makanlah dulu, aku akan menyalakan air di kamar mandi dan Anda bisa membersihkan diri!" Ian masuk dan meletakkan semua yang dibawanya di meja sudut. "Apakah Tuan Andy belum sadar?" Dia melirik tubuh Andy yang tak bergerak. "Ya, dia tidak bergerak sama sekali!" kata Mirasih sambil bertanya tentang malam Ian, menanyakan apakah dia sudah bertemu keluarganya dan bagaimana perasaannya tentang berubah menjadi serigala di bawah bulan purnama. Ian menghela nafas panjang, "Keluargaku masih dikurung kan? Aku hanya berburu di hutan, dan sepi sekali!" "Oh, baiklah. Karena malam ini kamu masih harus berubah
Ledakan keras terdengar di kuping Mirasih, tetapi sepertinya Jesica tidak terpengaruh. Mirasih curiga dengan cahaya merah yang muncul adalah portal istana, dan bertanya-tanya apakah Jesica akan menyerangnya setelah menyadari tubuh Andy lenyap. Dan benar saja, hal itu terjadi. Jesica yang kaget dan marah melihat Andy lenyap dari sisi Mirasih. Ia melompat dan berlari ke arah Mirasih, menyadari bahwa kecurigaannya benar. "Kau licik, ibu! Kemana ayah pergi?" Mirasih, takut akan nyawanya, dengan berani memutuskan untuk menyerbu gerbang istana, menabrak pintu baja yang menjulang tinggi. "Arrgg" Mirasih terlempar ke tanah. Karena panik, dia bertanya-tanya mengapa dia tidak bisa menembus portal. Jesica mendekat, siap menyeretnya pergi, cengkeramannya setan dan tak kenal lelah. "Bangun! Katakan kemana ayah pergi?!" seru Jesica dengan mata merah, dia memelintir kaki ibunya. "Jeesss! Lepaskan----Aku ibumu!" kata Mirasih memohon. Jesica semakin marah karena Mirasih tak mau menjawab kemana per
Cargil tertawa ketika melihat wajah Rayden yang muram dan bertanya, "Sudahkah kamu memikirkan cara untuk melenyapkan teroris kecil itu?" "Tenggelamkan dia di laut!" Suara putus asa Rayden bergema, "Jika bukan karena keluarganya menyelamatkan nenek moyang kita seabad yang lalu, kita bisa dengan mudah melenyapkannya!" Cargil dibuat bingung dengan kelakuan Jesica yang terkesan bertentangan dengan perilaku keluarganya yang sudah susah payah dipertahankan oleh nenek moyang Ki Demang. "Ok! Sekarang, perhatikanlah untuk memulihkan dirimu terlebih dahulu. Lihatlah wajahmu sebagai sesuatu yang buruk, bukan serigala atau vampire." Kata Cargil tertawa terbahak-bahak. Rayden frustrasi dengan ejekan Cargil yang terus-menerus. Di malam dia diklaim oleh Jamila, ayah Rayden, Ki Demang, membuka perisai Adikodrati. Rayden mendorong ibunya ke dalam untuk mencegah ibunya menggagalkan perisai menutup. Sekelompok penyihir licik dan keji dari Lembah Udosyin melancarkan serangan. Ayah Rayden mengalami luk
Clara yang menggembung dalam balutan jubah besar berdiri dengan susah payah dekat meja perjamuan. Dia tersenyum dengan getir, kalau bukan karena Dallas yang bersusah payah memintanya bertemu di tengah malam, Clara tidak menerima tamu sampai dia selesai masa persalinan. Perutnya membuncit dan kencang mencirikan kelemahan dia sebagai seorang wanita dan Clara tidak ingin ada yang tahu bahwa bayi dalam perutnya setiap hari membuatnya tersiksa.Tiap langkah dari Remdragon membuat bayi dalam perutnya gelisah, dia menggeliat dan menendang dengan keras. Clara menutupinya dengan senyum kaku, sesekali dia meringis kesakitan. Mengapa bayinya sangat gelisah di pagi ini?Raja Abigail menyambut Jack dan panatua Saddie di teras aula, sikapnya sangat anggun dan terhormat. Jack menyukai raja ini, terlihat tulus dan polos namun tetap dengan sikap seorang raja yang tinggi dan terhormat. Panatua Saddie memegang tengkuknya dengan susah payah, dia merasakan sakit yang menusuk pada area lehernya, terasa be
Di dalam bunker tempat Black Shadow menginap, Jenson masih murung dan merasa kesal karena bodoh tidak menyadari adanya jamur beracun di tanah terlarang klan El Wongso. Silveryn memegang sebuah bambu kecil berwarna gading yang berkilau. Bambu Albutar yang tumbuh di dataran tandus Lembah Yordan berusia seribu tahun, ujungnya keriput seolah lengah dengan keberadaan dunia fana ini mengeluarkan kepulan asap tipis, samar samar Dallas merasa pusing berada di samping Jenson. Silveryn mencibirkan bibirnya. "Enyahlah! Jika engkau lemah terhadap asap racun!" Dallas mendelikkan matanya, kakak tertuanya ini sepertinya semakin memperolok kemampuan tubuhnya dalam mengatasi racun, "Aku hanya sedikit pusing bukan mati!" Jenson tersenyum kecut, "Jangan kau sindir aku!" lenguhnya semakin marah. Silveryn menyanyat kecil pada lengan atas Jenson dan meneteskan darahnya dalam mangkok keramik. Darah berwarna merah terang mengucur perlahan. Jack terhenyak, "Mengapa seperti ini?" Panatua Saddie yang sejak
Setelahnya penjaga tanah keluarga Dharmaraya berlari ketakutan, dia tidak menyadari sepasang mata merah dengan geram melihatnya tanpa berkedip.'Apa yang dicari Black Shadow di tanah ini?' Pikirannya segera bekerja cepat, kakak keempatnya terluka tadi malam dan ular kesayangannya mati mengenaskan, tidak mungkin Black Shadow yang melukainya bukan? Karena kakak keempatnya tidak bercerita tentang penyerangan. "Apa?!" Seruni terlonjak dari duduknya, "Tidak mungkin itu dia!" serunya dengan panik. "Cepat bawa kakak keempat kemari!"Seruni baru saja akan mencicipi sepotong iga panggang madu sebagai menu sarapannya, dia menyukai aroma dan penampilan iga panggang yang berkilat keemasan dalam balutan madu yang sangat lengket. Sejak adik seperguruannya melaporkan bahwa kedatangan Black Shadow ke dalam komplek villa yang mereka sewa, iga panggang itu kehilangan kecantikannya, rasa yang menggugah berubah menjadi sia-sia."Penjaga kita melaporkan guntur di atas villa ini tidak hanya faktor kebetul
Di pagi hari yang lembab, matahari samar samar meluaskan sinarnya. Sekelompok penunggang kuda dengan jubah berkibar terlihat keluar dari istana klan El Wongso, kelompok berkuda ini langsung menarik perhatian sebagian penduduk Lembah Serangga yang sedang memulai aktifitas pagi hari. Bau udara laut tipis menusuk hidung dan Marroco yang memimpin perjalanan, dia terus menajamkan penciumannya.Beberapa petani yang melihat mereka melintasi tepian sawah tercengang, sekalipun topeng perak terpasang pada wajah wajah misterius, dari rahangnya yang menonjol fitur ketampanan dan pesona yang memancar tak hilang dibalik topeng tersebut,"Aku kira tamu tamu klan El Wongso memang menakjubkan, siapa mereka ini?" Seorang petani tua terkagum terkagum dengan tampilan pria muda berjubah besar dan menunggangi kuda Ferdhana milik El Wongso."Sepertinya mereka mencari sesuatu, lihat gerakan pemimpin di depannya yang terus mengangkat wajahnya!""Ugh! Jangan Kau bilang ada penyusup yang melintasi area terlara
Karena hari sudah larut, lampu jalan temaram dan ada beberapa yang berkedip, umurnya sudah mendekati kematian. Sesosok tubuh tinggi besar terbatuk batuk di tengah gelapnya malam. Angin yang mendesir diantara ranting ranting pohon jeruk emas. Sosok itu dengan langkah terburu buru pergi mencapai pintu sebuah bangunan dan menggedor kaca yang buram karena embun malam.Sekelompok pria yang duduk di ruang tunggu berdiri sigap dan melihat pada bayangan di kaca buram."Mungkin kakak keempat yang datang. Cepat buka pintunya!""Aku kakak keempat!" Suara serak terdengar dari luar, seolah mengkonfirmasi kecanggungan di dalam ruangan.Pintu kayu yang berat berderit terbuka setengahnya. Tampak sepasang mata merah dengan rambut tak beraturan muncul dari balik pintu. Matanya cukup waspada melihat pada gelapnya malam. Dan dia segera menarik sosok tinggi yang terlihat lemah di hadapannya."Kakak keempat?!" Pekik khawatir muncul dari mulut mereka."Istana El Wongso memiliki prajurit tanpa bayangan yang
Marroco bersungut dan tidak yakin apakah seorang El Wongso akan datang dengan cepat, ini dinihari, sebagai Alpha di Lembah Serangga siapa yang berani membangunkannya?Jadi Marroco hanya bisa pasrah, dia tidak mungkin menerobos area terlarang di kediaman El Wongso. Dia yakin, penjagaannya sangat ketat dan jika terjadi keributan, Black Shadow pasti akan mengetahui dengan cepat. Karena percaya dengan pengaturan dari klan El Wongso, Marroco duduk di sofa besar yang ada di ruang tunggu, seorang staff sudah menghantarkan sepoci teh oolong yang harum dan kudapan kering. Rasa kantuk menyerangnya dan Marroco memejamkan mata di sofa yang nyaman.BAM....Marroco tersentak kaget, suara pintu kaca terbanting karena angin, dia melirik jam di atas meja kopi. Waktu sudah menunjukkan pukul 3 dinihari, teh yang disajikan masih mengepul hangat. Dia hanya tertidur sebentar. Staff yang ramah masih orang yang sama datang menghampirinya."Tuan! Anda sudah bangun? Maaf karena pintu ini terbanting!"Marroco
Dallas tersentak kaget melihat Henrico berjalan tertatih tatih keluar dari kamarnya. Dia segera menopang tubuh keponakannya itu dan menariknya untuk duduk di sofa besar di ruang tamu. Tetapi Henrico melawan, mendorong Dallas dengan kencang. Perlawanannya membuat gaduh dan terdengar oleh sebagian Black Shadow yang akhirnya mereka terbangun lalu keluar dari kamar masing masing.“Apa yang terjadi?” Marroco membantu Dallas menahan gerakan Henrico.“Sepertinya ada kekuatan dari luar yang menarik dirinya” Dallas memukul tengkuk Henrico, pemuda tanggung itu terjatuh duduk di sofa.Titik akupuntur yang dikeluarkan oleh Dallas menelan suara Henrico, dengan santainya Dallas mengembalikan posisi Henrico karena sebagian Black Shadow menjaga pemuda itu.“Aku ingin mencari aroma persik yang membuat kepalaku sakit!” Henrico menggerutu kesal.Dallas menuangkan segelas air putih untuk dirinya dan mengambil sebotol arak beras untuk dibagikan kepada keluarganya. “Suhu menjadi sangat dingin, minumlah dul
Melintasi komplek istana klan El Wongso, formasi terbang mengapit Jack yang luka dalam. Dalam perlintasan, Marroco menceracau dan terlempar keluar dari formasi. Silveryn membuka Qi untuk melihat energy yang menariknya ke selatan. Jenson lebih dulu melihat,“Ada bangunan utama di selatan formasi!”“Itu tempat tinggal putri El Wongso!” Dallas berseru, lukanya terus mengeluarkan darah“Saddie teruslah bergerak menuju bunker, aku akan menarik Marroco kembali” Silveryn mengayunkan tongkatnya dan melesat ke arah Marroco yang tertarik energy besar di depan mereka.Penindasan terasa disekujur tubuh Silveryn dan dia oleng, rasa sakit seperti ribuan jarum menancap dalam lubang hidung yang mengeluarkan darah karena daya tarik aroma persik yang terlalu kuat.Marroco mengeluarkan darah dari ujung matanya, nafasnya tersengal sengal dan dia terus menceracau memanggil nama pemimpin terkuat Black Shadow. Silveryn yang menggunakan Qi dan berhasil menarik tubuh Marroco, lalu melesat ke bunker penginapa
Wajah Silveryn terasa terbakar dibalik topengnya. Dia memaksakan dirinya untuk terlihat tenang. Dengan bibir bergetar suaranya tenang tanpa riak seperti danau Lembah Biru. “Apa kabar tuan Draken Book?” Ethan menundukkan kepalanya sedikit rendah dan dengan senyum yang terlihat dipaksakan memberikan kabarnya, dia memuji keramahan Black Shadow, “Sungguh indah petir di kegelapan malam!” “Sebentar lagi Dewi Bulan bercahaya, petir kami hanyalah hiasan bagi langit yang luas. Anda menari di bawah Dewi Bulan, bukan?” Ethan melengkungkan bibirnya, “Terakhir kali purnama, saya ikut bersenandung bersama dengan Anda dan tidak ada kendala untuk berikutnya, saya penganggum keindahan Dewi Bulan!” Dallas tertawa ringan dengan tubuhnya yang masih ringkih, “Tuan Draken Book sangat rendah hati, Remdragon merindukan Anda!” “Oh, di mana dia berada? Dan sepertinya beberapa anggota keluarga Anda terluka?” “Ehmm, Remdragon masih di kapal bersama pengawal kami!” sahut Dallas. “Kami terluka karena perta