Dixon menghindari tatapan ibunya dengan cemberut, tidak ingin mengakui ucapan Aria yang ada benarnya.“Dixon lihat ibu ....” Aria menangkup wajah Dixon agar menatapnya.Namun mata Dixon tetap menatap ke arah lain.“Dixon, ibu tidak marah kamu ingin bersama ayahmu seperti Delin. Apa pun masalah antara ibu dan Dario yang kamu lihat hari itu, mari lupakan saja, oke? Ibu tidak ingin kamu trauma dan tidak bahagia melihat Delin bersama ayah,” bisiknya lirih.Dixon menggulirkan matanya menatapnya mendengar kata-kata ibunya. Dia melihat permohonan di mata ibunya.“Mari lupakan apa yang kamu lihat hari itu. Ibu bersalah karena membuatmu melihat kejadian buruk itu dan membuatmu membenci orang di usiamu seperti ini,” pintanya menatapnya memohon.Meski Aria membenci Dario, dia tidak ingin putranya mengalami trauma dan selalu tidak bahagia melihat Dario. Kadang dia akan melihat kebencian dan kecemburuan di matanya saat menatap Delin dan Dario bersama.Dia ingin Dixon seperti Delin yang tidak tahu
“Aku akan menjaga Delin bukan karena aku ingin menghabiskan waktu bersama pria. Tidak akan kubiarkan dia memerahi Delin meski dia ayah kandung kamu,” ujarnya mengepalkan tangannya dengan ekspresi tegas di wajahnya.Dia masih gengsi memanggil Dario dengan sebutan ayah atau papa seperti Delin.Aria tersenyum sambil menghela napas lega dalam hati.Pada saat itu terdengar suara klakson mobil di luar.Aria melirik jam beker di atas meja Dixon menunjukkan pukul lima sore.“Tepat waktu. Itu pasti Dario yang mengantar Delin pulang,” gumamnya kemudian berdiri.Dia melirik Dixon.“Apa kamu mau ke depan, sedikit menyambut ayahmu?”Dixon menggelengkan kepalanya sambil membuang muka.“Tidak. Aku harus mengerjakan PR-ku,” ujarnya kemudian menunduk menatap bukunya.“Oke, ibu turunlah nanti untuk makan malam. Jangan lupa untuk mandi,” kata Aria mengingatkannya sebelum kemudian berjalan keluar dari kamar Dixon dan menutup pintu kamarnya.Dixon diam-diam mengintip ibunya menutup pintu sebelum berlari m
Pada waktu berikutnya Dario lebih datang lebih sering ke rumah Aria atau sekolah untuk menjemput Delin entah membawanya pulang atau mengajak jalan-jalan. Tak jarang Dixon akan ikut dengan mereka. Namun Aria tidak mengizinkan Dario tinggal barang sejenak di rumahnya atau memberinya kesempatan dekat dengannya kadang membuat Dario frustrasi dan orang ketiga, Seth untuk mengganggunya, tidak akan membiarkannya mengambil kesempatan mendekati Aria.Aria mengacuhkan segala usaha yang dibuat Dario dan fokus untuk menangani bisnisnya serta pengadilan kasus Stefan Crowen.“Dibebaskan?” Aria berkata dengan muram membaca hasil laporan Jenny.“Ya, Nona Melissa membebaskan Stefan Crowen dari penjara dan tuduhan penggelapan dana dengan menggunakan orang lain sebagai kambing hitam yang menggunakan nama Stefan Crowen saat menggelapkan dana perusahaan,” jelas Jenny.“Apa identitas orang yang dijadikan kambing hitam oleh Melissa?”“Dia seorang direktur yang tak kalah korup. Nona Melissa menyuap dan meng
“ Aku akan mendorongnya semakin naik ke atas. Semakin tinggi dan semakin tinggi, agar dia merasakan betapa menyakitkan jatuh ke bawah.”“Cukup awasi Melissa dan hubungan gelapnya dengan para pengusaha Tua.”Jenny sekali lagi menghela napas.“Baik Nona,” balasnya dengan ekspresi hormat.Aria melambaikan tangannya menyuruhnya kembali bekerja.Jenny membungkuk sebelum keluar dari kantor Aria.Aria terdiam sejenak menatap semua hasil jepretan foto-foto perselingkuhan tersembunyi Melissa dengan para pengusaha Tua.“Melissa, nikmati saat-saat bahagiamu untuk sementara,” bisiknya lembut namun sorot matanya sedingin es.Pada saat itu pintu ruang kantor Aria terbuka dan sosok Delin menyerbu masuk.“Ibu ....”Aria menoleh dan tersenyum melihat Delin mengenakan seragam sekolah ke kantornya dengan bersemangat. Dia melemparkan tasnya sembarangan di lantai dan berlari menghampiri Aria. Dixon mengikutinya di belakang dengan bete, diikuti bibi pengasuh yang memungut tas sekolah Delin.Delin melompat
Aria menggenggam kedua tangan si kembar dan membawa mereka dari satu toko ke toko lain, membelikan mereka pakaian baru.Bibi pengasuh mengikuti mereka di belakang dengan menentang beberapa kantong belanja di tangan.“Ibu lihat itu! Delin mau boneka itu!” Delin menarik-narik tangan Aria sambil menunjuk sebuah kotak besar berisi boneka barbie lengkap dengan mainan rumahan dengan tangannya yang menggenggam es krim ketika mereka melewati toko main.“Cukup Delin! Kamu terus yang belanja, bonekamu di rumah sudah cukup banyak. Aku bosan berputar-putar cuma kamu saja belanja!” gerutu Dixon tidak suka. Mereka sudah berkeliling mal dua jam. Dia capek dan Delin masih ingin di mal mencari mainan.“Ibu bahkan tidak membeli satu baju pun karena kamu!” Delin mengerucutkan bibirnya tidak senang dengan tegurannya. Dia menarik tangan Aria merajuk.“Ibu, Delin mau itu!” Dia merengek mengayunkan tangan Aria.“Ibu jangan dengar Delin terus. Boneka dan mainan rumahan punya di sangat banyak di kamar. Jika
“Kamu memang anak kecil,” balas Dixon mendengus.Delin menjulurkan lidahnya, kemudian menjilat ice cream-nya sebelum berpindah ke sisi lain.“Bibi tolong awasi Delin,” kata Aria agak cemas pada Bibi pengasuh.“Baik Nyonya,” balas Bibi pengasuh lalu mengikuti Delin dengan tangan masih menenteng kantong belanja.Aria memilah baju yang cocok untuknya.Tanpa rengekan menyebalkan Delin, Dixon merasa agak tenang untuk menemani ibunya memilih baju.Tak berapa lama kemudian terdengar suara tangisan anak perempuan di rak baju lain.Aria kaget, pun dengan Dixon mendengar itu adalah suara tangisan Delin.Menggenggam tangan Dixon, Aria menghampiri asal suara itu tergesa-gesa dan melihat putrinya menangis di lantai. Ice cream-nya jatuh mengotori lantai. Seorang wanita muda terlihat marah berdiri di depannya sambil berkacak pinggang.“Nona saya benar-benar minta maaf Delin sungguh tidak sengaja,” kata Bibi pengasuh membungkuk berkali-kali pada wanita yang marah.“Maaf, maaf, kamu pikir permintaan m
“Jadi dia anak pelacur sepertimu. Oh baik, aku ingin kamu berlutut meminta maaf padaku atau anakmu yang melakukannya karena sudah mengotori gaunku!” Dia menatap Aria dengan tatapan jahat.“Apa-apaan ini, wanita itu sangat keterlaluan. Itu hanya sebuah gaun dan anak itu tidak sengaja, mengapa membesarkan masalah sedemikian rupa.”Orang-orang berbisik di sekitarnya. Melissa tidak peduli dan menatap Aria benci.“Kamu perempuan jahat!” seru marah Dixon hendak menerjang ke arah Melissa. Namun Aria menggenggam tangannya menghentikannya.Dia menoleh menatap Bibi pengasuh yang sibuk menenangkan Delin yang menangis.“Bibi apa yang terjadi?”“Nona muda hanya berjalan dan menabrak wanita itu hingga mengotori gaunnya. Delin sudah minta maaf, tapi wanita itu mendorongnya dengan kasar sampai Nona muda menangis dan tidak menerima permintaan maaf kami,” kata pengasuh itu mengeluh menatap Melissa tidak senang.Dia tidak lagi takut karena ada Aria yang menyelesaikan masalah.Aria menarik napas dingin.
“Berapa banyak pria kaya yang kamu rayu? Oh tidak heran kamu kan menjual tubuhmu untuk mendapatkan uang. Dasar pelacur!” Orang-orang di sekitar terkesiap kaget menatap Aria dengan tatapan heran. Dibandingkan dengan Melissa yang berpenampilan glamor, Aria sejujurnya terlihat sederhana dan anggun dengan gaun biru polosnya. Tidak terlihat seperti seorang pelacur yang disebutkan oleh Melissa. Aria tidak memedulikan bisik-bisik di sekitarnya dan tertawa. “Apa yang kamu tertawakan?” desis Melissa mengernyit. Aria menyeringai dan menatapnya rendah. “Aku menertawakanmu karena membicarakan dirimu sendiri?” dia mengingat hasil laporan Jenny dan menatap Melissa seolah dia melihat makhluk paling kotor. Raut wajah Melissa berubah dari merah ke pucat. apa Aria mengetahu sesuatu tentang dia? Orang-orang di sekitar berbisik-bisik menatap Aria bingung dengan ucapan ambigunya membuat Melissa panik. Dia semakin terhina dan marah melihat tatapan jijik di mata Aria. Emily mengerutkan keningnya mena