Di sepanjang perjalanan menuju rumah Garret, wanita itu mengulas senyum kecut di wajahnya. Meskipun begitu, Dario tetap berusaha untuk menguatkan Aria agar tidak terlalu memikirkan anak mereka yang sudah tiada itu."Aku yakin, kalau kamu bisa dan kuat untuk menghadapi ini. Jadi kamu tidak perlu khawatir karena kita akan selalu bersama," tutur Dario kepada Aria saat itu membuat wanita itu pun mengangguk pelan dan menyandarkan kepalanya di dada bidang milik Dario. Begitu pun dengan pria tersebut yang mengelus lembut rambut wanitanya. Keduanya saling menguatkan diri."Mungkin di setiap perjuangan ada pengorbanan yang harus kita lakukan. Dan ini adalah cobaan yang kesekian kalinya untuk kita berjuang," tutur Aria lagi kepada Dario yang menghela napasnya dengan pelan.Tanpa sadar ia pun juga menitikkan air matanya begitu saja, hatinya yang keras dan terlihat dingin itu seketika luluh ada satu hal yang membuat dirinya tersentuh mendengar kalimat yang dilemparkan oleh Aria kepadanya.Sebelum
Dan dengan sangat hati-hati Dario menuntun Aria keluar dari dalam mobil untuk berjalan dengan sangat pelan menuju ambang pintu rumahnya.Rumah yang tampak melebihi istana itu masih membuat Dario terkesan, namun percakapannya dengan Joseph tempo hari membuatnya cemberut dan enggan menikmati rumah mewah bak istana itu.Aria terus menggenggam erat tangan Dario ia seolah tidak ingin berjauhan dengan pria itu.Bagi Aria Dario adalah pria yang membuatnya nyaman dengan kesabaran dan perhatiannya yang penuh membuat kuat."Aku benar-benar tidak sabar ingin bertemu si kembar," tutur Aria kepada Dario yang mengangguk pelan saya mengulas senyum tipis di wajahnya."Tentu saja, mereka pun juga sama sepertimu," jawab Dario kepada Aria lagi kemudian melanjutkan langkahnya menuju ambang pintu dengan sangat pelan dan hati-hati dari menuntun wanitanya itu.Mengingat dan menimbang kondisi Aria saat ini yang sudah mulai pulih dan tidak lagi terpuruk meskipun sesekali rasa kecewa dan sedih itu muncul di da
Mira membawa Aria dengan sangat hati-hati dan juga pelan khawatir jika terjadi satu hal yang tidak diinginkan pada Aria mengingat kondisinya yang baru saja melahirkan."Aku katakan kamu tidak boleh terlalu banyak berpikir dan kelelahan. Lakukan segala sesuatu yang membuat kamu nyaman, bahagia dan senang. Untuk saat ini, kamu harus menjaga kesehatan seutuhnya, fokus untuk hal itu," ujar Mira pada Aria ketika mereka berjalan menuju ruang tamu. Aria hanya mengangguk pelan, dan mengulas senyum tipis di wajahnya."Jangan khawatir Bibi, aku mengerti!" kata Aria setelah itu, yang kemudian dibalas senyuman lega oleh Mira.Senang akhirnya Aria bisa pulih dari depresinya akibat kehilangan bayi yang baru saja dia lahirkan."Oh iya Bi, bagaimana dengan kabar si kembar? Apa mereka baik-baik saja?" tanya Aria lagi pada Mira saat mereka melewati ruang yang cukup besar."Tentu saja mereka baik-baik saja. Malahan mereka sangat patuh dan rajin belajar. Jadi tidak perlu dikhawatirkan, mereka anak-anak
“Oh cucuku sayang ....” Dia dengan cepat memeluk Aria erat sebelum melepaskan pelukannya.Dia memeriksa keadaan Aria dengan ekspresi khawatir.“Aria, mengapa kamu keluar begitu cepat dari rumah sakit? Apa dokter mengizinkanmu? Kamu baik-baik saja kan?” Evelyn bertanya khawatir karena mengingat kondisi mental Aria tempo hari saat dia mengunjunginya.“Aku baik-baik saja Nek. Dokter mengatakan kondisi tubuhku sudah pulih dan boleh keluar dari rumah sakit.”“Walau pun begitu, kamu masih harus di rawat di rumah sakit selama sakit. Kamu baru saja melahirkan. Siapa yang begitu ceroboh membiarkanmu pergi dari rumahnya,” omel Evelyn.Aria mengusap pelipisnya tidak ingin menyebutkan Dario atau neneknya akan mengomeli Dario.Pikiran Aria langsung melupakan Dario dan teringat pada anak-anaknya. Dia mengalihkan pandangannya pada si kembar.Mereka duduk dengan tenang bersama orang dewasa. Dixon bermain rubik bersama James, duduk dengan tenang menatap Aria.Sementara Delin duduk di pangkuan Seth sam
“Benar-benar ....” Evelyn dengan cemas menyuruh Aria duduk di sofa mengingat dirinya yang pasti belum terlalu kuat untuk terlalu lama berjalan dan berdiri pasti rasa sakit itu masih terasa.Keluarga Garrett menyambut Aria dengan hangat dan mengobrol.Kehangatan keluarganya membuat Aria sesaat tidak menyadari ketidakhadiran Dario."Syukurlah kamu baik-baik saja," tutur Seth pada Aria yang bercengkerama."Ya, terima kasih sudah mengkhawatirkan aku," balas Aria tersenyum pada sepupunya.“Ibu, Ibu ....” Delin menarik lengan baju Aria meminta perhatian ibunya.Aria menunduk dan menatap putrinya.“Ya sayang, ada apa?”“Di mana Papa? Mengapa Papa tidak ikut Ibu?”Pertanyaan Delin menyadarkan Aria tentang keberadaan Dario.Dia celingukkan keberadaan Dario.“Dario di mana?” Dia bergumam bingung hendak berdiri dari sofa.Kebetulan dia melihat Joseph memasuki ruang tamu.Namun Aria masih mencoba untuk berpikiran baik karena ia tidak mau menimbulkan asumsi buruk sendiri yang membuat pikirannya se
Jika di dalam rumah Garrett, Dario tahu wanitanya dan juga anak kembarnya tengah tertawa bahagia dan bercengkerama, karena Arja sudah merindukan anaknya ketika berada di rumah sakit. Mungkin ini adalah salah satu cara yang dilakukan oleh sang pencipta agar Dario dan Aria bisa bersatu. Sementara itu di luar, Dario menggertak gigi menahan hawa dingin yang menerjang tubuhnya akibat hujan deras mengguyur. Dia menatap tajam mansion mewah di depannya. Rasanya dia ingin pergi dari tempat ini atau menerobos masuk ke kediaman Garrett.Namun harga dirinya melarangnya. Jika ini adalah yang diberi Joseph untuknya, dia hanya bisa bersabar menahan ujian ini.Setidaknya jika ini bisa membayar penderitaan Aria dan mendapatkan wanita itu dari keluarga Garrett.Setidaknya Dario akan tenang Aria bahagia ketika bersama dirinya tidak hanya itu, tidak masalah jika Joseph memintanya untuk berada di luar dan tidak diperbolehkan masuk, apa pun alasannya nanti kepada Aria, Dario terima karena ia ingin membuk
Sementara itu, Aria bersama kedua anak kembarnya tengah tertawa lepas dan saling bercanda. Rasa bahagia itu kini bergejolak di dalam hati Aria, meskipun ia kehilangan satu buah hatinya. Tapi setidaknya ia masih memiliki sepasang anak kembar yang membuat hatinya merasa tenang, dan bahagia dengan setiap tingkah yang ditunjukkan oleh mereka.Sesekali, Aria tampak tertawa dan menangkap bola mainan yang dilemparkan oleh anak-anaknya. Bahkan saat ini, Aria tidak terpikirkan akan ketidakhadiran Dario.Hanya ada Joseph dan Mira yang kini memperhatikan Aria dengan kedua anaknya."Aku berharap, ia tidak memilih pria yang salah seperti ibunya. Aku harap ia bertemu dengan pria yang menyayanginya dan tidak pernah menyakitinya. Tapi sayangnya, malah lelaki seperti Dario Clark yang dia pilih," ujar Joseph kepada Mira menghela napas.“Dario tidak seburuk itu. Buktinya dia merawat Aria dengan sabar. Dan dari interaksinya dengan si kembar aku yakin Dario adalah ayah yang baik,” balas Mira membela Dario
Waktu berlalu dalam sekejap. Aria yang berada di dalam rumahnya pun sudah sangat lelah setelah bermain dan kembali berkumpul bersama dua anak kembarnya.Hingga akhirnya, Aria memutuskan untuk mengajak anak-anaknya tidur lebih awal, karena Aria yakin pasti mereka sudah sangat kelelahan.Aria mengulas senyum tipis di wajahnya, tatkala melihat wajah putrinya yang sudah tertidur dengan pulas. Ketika melihat wajah putrinya yang polos membuat perasaan Aria merasa tenang dan nyaman hal yang paling membuat dia bahagia setelah Dario adalah anak-anaknya. Aria mengelus lembut kepala putrinya, bahkan setelah kehilangan anak yang ada di dalam kandungannya membuat Aria semakin protektif dengan anak kembarnya tersebut. Ia sangat khawatir jika kedua anaknya itu tersakiti atau mungkin tidak bahagia dan ia tidak ingin membuat anak-anaknya merasa sedih.Namun tidak berapa lama setelah itu, suara guntur pun berbunyi membuat Aria terkesiap.Dia melihat keluar jendela dan melihat suasana di luar tampak a
Regina tersenyum melihat mereka selalu bertengkar. Seluruh anggota keluarga Clark berkumpul di kamar rawatnya untuk menyambut anggota baru keluarga Clark.Delin dan Aria menggoda bayi di pelukannya, sementara ayah mertuanya duduk santai di sofa mengupas apel.“Apa kamu sudah memikirkan anak untuk bayinya?” Aria bertanya dengan lembut menatap cucunya penuh cinta.Dixon dan Regina saling pandang tersenyum mengalihkan pandangannya pada Dario yang menyendiri di sofa.“Kami belum memikirkannya, tapi bagaimana kalau ayah yang memberi nama?” kata Regina.Dia mendengar dari Dixon ayah mertuanya tidak pernah membesarkan Dixon dan Delin sejak bayi. Dia bahkan tidak memberi mereka nama karena masalah hubungan orang dewasa. Dia bahkan tidak diberi kesempatan untuk menyaksikan pertumbuhan dan memberi nama bayi yang hilang setelah dilahirkan Aria.Suasana menjadi sunyi. Aria tersenyum menatap suaminya lembut.“Sayang, bagaimana menurutmu?”Dario kaku duduk di sofa dan menatap bayi di pelukan Regin
“Aku tahu sayang, aku tahu kamu kuat. Kita harus berjuang demi anak kita.”“Aku tidak memiliki anak lagi ....” Regina mendesis kesakitan meremas kuat tangan Dixon.“Iya, kita tidak akan memiliki anak lagi. Kamu sangat penting bagiku.” Dixon akan menyetujui apa pun yang minta Regina. dia mengusap wajahnya yang berkeringat memberinya kekuatan dan dukungan.Mereka cukup memiliki satu saja. Dia hanya membutuhkan Regina.“Nyonya, ayo dorong lagi. Kepala bayinya mulai kelihatan ....” Dokter yang menangani persalinan Regina memberitahu mereka.Dixon gembira dan mencium pipi istrinya.“Sayang, kamu dengar itu? Bayi kita akan segera keluar. Aku akan menemanimu di sini, ayo berjuang sayang dan mendengar tangisan bayi kita,” Dixon memberi istrinya semangat sambil melap keringat di wajahnya.“Nyonya Regina, mari ambil napas dalam-dalam sekarang. Bernapaslah, hembuskan dan dorong ,...” Dokter membimbingnya.Regina menarik napas dalam-dalam mengumpul tenaganya yang tersisa. Kehadiran Dixon di sisin
Delapan bulan kemudian, Regina di dorong ke ruang bersalin. Dia akan melahirkan sebelum perkiraan jatuh tempo. Seluruh anggota keluarga Clark sudah menunggu di depan ruang operasi dengan cemas, hanya satu orang yang kurang, yaitu Dixon.Teriakan Regina terdengar dari ruang bersalin hampir setengah jam. Aria berjalan bolak-balik di depan ruang bersalin cemas, sementara Dario menatap istrinya dengan tegang. Kedua pasangan itu sangat cemas. Aria mengkhawatirkan Aria sementara Dario tegang karena memikirkan insiden istrinya melahirkan anak mereka yang ketiga meninggal saat setelah dilahirkan.Dario yang biasa tenang mau tak mau menjadi gugup dan takut. Mereka sangat menantikan bayi lahir di keluarga Clark setelah dua puluhan tahun.“Delin, apa kamu sudah menghubungi Dixon?” Aria bertanya cemas karena belum juga melihat putra datang. Aria berjuang di dalam untuk melahirkan keturunan keluarga Clark, tapi sang suami tidak ada untuk menemaninya.“Tenang, Bu. Aku sudah memberitahu Dixon
Dixon memelototinya dan berkata dengan dingin. “Ibu tidak perlu repot. Aku akan sendiri akan melakukannya.”“Oh benarkah? Apa hatimu tidak sakit?” Delin terlihat tidak percaya.Regina juga menatapnya namun tidak mengatakan apa pun. Namun sorot matanya memiliki arti yang dengan ucapan Delin.“Aku bilang akan mengurusnya. Aku tidak ada hubungan apa pun lagi dengan Freya!” balas Dixon menggertakkan gigi.“Sudah cukup, jangan bertengkar.” Aria melerai pertengkaran putra putrinya.Dia meraih tangan Regina dan bertanya khawatir. “Regina, bagaimana keadaanmu? Apa kamu terluka?” Dia bertanya cemas dan menatap perut Regina.Dia mengingat Georgina mendorong Regina ke lantai. Regina mengandung cucu keluarga Clark dan takut dia mengalami keguguran.“Dixon, cepat bawa istrimu periksa ke dokter!” Aria panik. Bagaimana ini bayi keluarga Clark yang paling dinantikan.“Ibu, jangan khawatir, aku baik-baik saja.” Aria menenangkan ibu mertuanya. Dia tidak merasa perutnya sakit atau berdarah di area bawah
“Hari ini kamu menjambak Regina, aku akan membuat rambut Freya dicukur habis. Kamu menampar Regina, akan menampar Freya ratusan kali. Kamu mendorong dan menendang Regina, aku akan menyuruh sekelompok orang memukul Freya sampai babak belur!” Ini pertama kalinya Aria sangat marah dan sakit hati atas penderitaan Regina karena memiliki ibu berdarah dingin seperti Georgina mengingatkannya pada saat dia di keluarga Crowen.Karena Georgina adalah ibu kandungnya, Regina dipaksa diam oleh keadaan dan tidak bisa melawan Georgina saat ditindas.Raut wajah Georgina berubah pucat dan ketakutan.“Ka ... kamu! Kamu tidak bisa menyakiti Freya!” serunya marah dan panik.Aria tersenyum dingin mendekatinya dengan langkah mengancam.“Aku bisa melakukannya! Aku akan melakukannya sekarang!”Tubuh Aria mungil hingga bisa dibandingkan dengan tubuh Georgina yang tinggi dan montok. Namun Georgina yang gemetar ketakutan mundur.“Aku tidak akan mengganggu Regina lagi! Jadi jangan mengganggu Freya!” Georgina han
Tapi melihat bagaimana Georgina memperlakukan Regina sangat jahat, sikapnya pada Regina berubah dan dia membela kakak iparnya.Georgina mengangkat dagunya angkuh dan tidak takut menghadapi keluarga Clark. dia bukan suaminya yang menjilat keluarga Clark. Dia sudah tidak peduli lagi dengan Harion jika dia menyinggung keluarga Clark. suaminya hanya peduli dengan keluarga Hadley dan menjual putrinya. Dia memiliki simpanan di luar dan anak laki-laki yang dia sembunyikan.Maka dia tidak akan menjaga keluarga Hadley dan tidak takut menyinggung keluarga besannya yang kuat.“Memang begini cara kami mendisiplinkan anak-anak di keluarga Hadley yang berbuat salah. kalian orang luar tidak usah ikut campur!”“Oh, begitu. Terus kenapa kamu tidak membawa Freya ke sini dan mendisiplinkannya dengan cara yang sama karena dia sudah membuat masalah dan mempermalukan Dixon! Kudengar dia dirawat di rumah sakit, aku akan menyeretnya ke sini dan melihat bagaimana kamu akan mendisiplinkannya!” cibir Delin.R
“Aku sudah pernah di posisiku. Aku tidak peduli apa yang terjadi dengan Freya. Dia menjebak suamiku di kamar hotel dan masih ingin aku menyerahkan suamiku padanya? Dialah yang menyebabkan semua ini terjadi. Dia kawin lari dengan pria lain dan menyebabkan keluarga Hadley jatuh. Dia harus menanggung konsekuensinya,” ujarnya tersenyum dingin.“Ibu bahkan jika kamu memaksaku meninggalkan Dixon dan menyerahkan suamiku pada kakakku demi membayar jasa melahirkanku, keluarga Clark tidak akan sudi menikahi Freya.”“Tidak ada gunanya kamu membuat keributan di sini dan mempermalukan keluarga Hadley. Jika ayah mendengar ini, ayah tidak hanya berurusan denganmu, tapi juga Freya.”Georgina menggertakkan gigi tidak bisa membantah ucapan Regina. dia sangat tidak menyukai putri ini dan semakin membencinya karena dia tidak berperasaan pada Freya. Dia tidak pernah memberi keuntungan apa pun pada keluarga Hadley tetapi juga menghancurkan hidup Freya. dia sangat berdarah dingin pada saudara perempuannya
Apa yang terjadi pada Freya sampai Georgina bersikeras agar dia bercerai dengan Dixon dan memberikan suaminya pada kakaknya.“Ibu, kamu konyol dan menggelikan. Kenapa aku harus memberikan suamiku pada kakakku? Bahkan jika aku bercerai, memangnya ibu pikir bisa memaksa Dixon menikahi kakakku?” cibirnya mencela.“Ibu tidak peduli! Kamu harus bercerai dengan Dixon dan membuat Dixon menikahi Freya!” Georgina tetap ngotot.Regina tertawa dan ingin menangis. Hanya ibu kandungnya yang bisa melakukan hal yang paling tak tertahankan dan tidak masuk akal.“Bu, kamu sangat tidak waras dan konyol. Atas dasar apa aku harus memberikan suamiku pada kakakku?!”Georgina mengangkat tanyanya memukul wajah Regina.“Aku yang melahirkanmu dan membesarkanmu! Kamu harus menurutiku! Bahkan jika aku menyuruhmu mati, kamu harus mati!”Regina menggertakkan gigi merasa sangat perih di pipinya. Di banyak penonton, dia tidak bisa membalas Georgina seperti yang dia lakukan pada Freya.Dia mengepalkan tangannya menat
“Aku tidak tahu apa yang terjadi pada Freya. aku di rumah sakit untuk pemeriksaan!”“Pemeriksaan? Kamu akhirnya punya penyakit?!” Georgina berharap Regina benar-benar punya penyakit dan dicampakkan keluarga Clark agar putri sulungnya bisa menggantikan dia sebagai istri Dixon.Apa itu sesuatu yang dikatakan ibu kandung pada anaknya? Georgina terlalu tak berperasaan.Ekspresi Regina tidak bahagia. Dia tahu ibunya sangat bias dan tidak menyayanginya sebagai ibu kandung. Tapi sebagai ibu kandungnya, dia sangat tidak berperasaan mengharapkan Regina punya penyakit.Setelah lama tidak bertemu dengan ibunya, ketidaksukaan ibunya menjadi lebih parah dan dia terlihat sangat membenci Regina.“Aku tidak akan memberitahumu,” balas Regina dingin tidak ingin membagi momen bahagia kehamilannya dengan ibu kandungnya.Dia meraih map cokelat besar yang ditinggal Aria di atas meja dan ingin meninggalkan kantin menghindari perkelahian dengan Georgina di depan banyak orang.“Siapa yang mengizinkan kamu per