Pikiran Tuan Brown terganggu dengan identitas Melissa dan tangannya menggoda di bagian pribadinya.Melissa meringkuk mendekat dan berbisik di telinga pria tua itu.“Tuan Brown, bagaimana menurutmu? Bisakah kamu membantuku berinvestasi di perusahaan Quin?” bisiknya menggoda, sementara tangannya melakukan pekerjaan untuk merangsang nafsu pria tua itu.Wajah Tuan Brown berkeringat dan napasnya terengah-engah penuh nafsu merasakan tangan nakal Melissa menggodanya. Namun pikirannya cukup jernih untuk mengingat peringatan seorang wanita yang mengaku sebagai perwakilan dari Garrett Group untuk tidak berinvestasi pada perusahaan Quin.Sebagai pengusaha, Tuan Brown tentu tahu reputasi Garrett Group sebagai perusahaan raksasa Internasional di beberapa negara. Bahkan Clark Corporation tidak bisa dibandingkan dengan Garrett Group. Tuan Brown tentu tidak akan berinvestasi pada perusahaan Quin yang bermasalah. Tetapi dengan godaan seorang wanita cantik dari keluarga kolongmerat, Tuan Brown sedikit
“Jadi Andre Brown?” Aria mengangkat alisnya membaca laporan dari Jenny.“Ya, pria tua itu hanya budak istrinya. dia tidak akan mudah membantu Melissa di bawah pengawasan istrinya.”Aria menyeringai, sorot matanya penuh dengan penghinaan.“Melissa pintar memilih target. Tapi bodoh tidak memperhitungkan istri Andre Brown. Jika Andre Brown berinvestasi pada perusahaan Quin, dia harus melalui persetujuan istrinya. Tentu Nyonya Eloise akan curiga mengapa suaminya berinvestasi di perusahaan yang bermasalah dan menyelidiki hubungannya dengan Melissa. Tuan Brown tidak akan begitu bodoh menarik kecurigaan istrinya,” komentar Aria membaca halaman berikutnya.“Melissa pintar menggaet pria, tapi satu kelemahannya.” Dia menatap Jenny dengan senyum miring.“Dia terlalu bergantung pada kemampuan pria bisa melakukan segalanya. Dia adalah tipe yabg berpikir semua pria yang ditakluknya akan menuruti semua keinginannya seperti Tuan Muda Jones tanpa memikirkan pria juga adalah makhluk egois yang bisa mem
“ Nyonya sebaik datang ke sini. Orang tua anak itu memprotes dan ingin bertemu dengan Anda untuk menuntut ganti rugi dan mengeluarkan Delin dari sekolah. Saya tidak bisa menanganinya dan Delin bersikeras tidak mau minta maaf untuk menyelesaikan masalah. Maafkan saya karena tidak kompeten mengurus masalah ini Nyonya,” kata Bibi pengasuh meminta maaf.Aria mengurutkan pangkal hidung mulai merasakan sakit kepala.Sejak malam itu Delin menjadi pemberontak dan merajuk berhari-hari. Dia membuat masalah mogok makan, tidak mau mengerjakan pekerjaan rumah, merajuk pada Aria setiap saat.Aria telah membujuknya dengan lembut maupun keras, anak itu tetap keras kepala dan berteriak sepanjang hari ingin bertemu dengan Dario. Puncaknya dia berkelahi dengan teman sekolahnya.“Baiklah aku mengerti. Aku akan segera ke sana sekarang,” kata Aria menutup teleponnya dan berdiri dari kursi. Dia mengambil barang-barang pribadinya dan memasukkan ke dalam tasnya sebelum keluar dari kantornya.Jenny mendongak d
Dixon menoleh dengan cepat. Wajah berbinar melihat Aria. “Ibu!” Dia berlari memeluknya eratnya. Aria balas memeluknya untuk menenangkannya sebelum membungkuk untuk melihat putranya. “Apa kamu baik-baik saja? Kamu terlibat perkelahian Delin juga?” Dixon meringis dan menggelengkan kepalanya. “Aku tidak berkelahi Bu. Itu Delin yang berkelahi.” Aria menghela napas lega putranya tidak ikut berkelahi. Namun dia tetap menegur Dixon. “Mengapa kamu membiarkan adikmu berkelahi? Kamu seharusnya mengawasinya,” tegur Aria lembut. Dixon cemberut. “Mereka berkelahi di taman. Saat itu aku sedang ke kamar kecil. Saat aku tiba di taman, Delin sudah berkelahi dengan teman sekelasnya. Aku terlambat menghentikan Delin karena guru sudah menghentikan Delin.” Aria ingin mengatakan sesuatu ketika tiba-tiba terdengar suara keras dari dalam ruang guru. “Aku tidak peduli. Aku tidak ingin anak itu ada di sekolah ini. keluarkan dia dengan cepat. Aku tidak ingin anak nakal itu berada di sekolah yang sama
Aria mengalihkan pandangannya pada Delin.Anak itu melihat ke samping, tidak mau menatap Aria.“Delin, jelaskan pada Ibu, apa kamu yang memukul Jessica?”Delin tidak mau menjawab.Aria berjongkok dan meraih lengannya.“Delin ....”Delin tiba-tiba meringis dan ingin menarik tangannya dari genggaman Aria.Mata Aria menyipit. Dia dengan cepat menggulung lengan kemeja sekolah Delin.Hatinya tercubit melihat memar ungu gelap memenuhi tangan putih Delin. Ini tidak terlihat seperti anak-anak yang mencubitnya, melainkan orang dewasa.“Delin, siapa yang melakukan ini padamu?”“Mengapa kamu pakai tanya segala?! Jelas dong anakmu memukul anakku!” Ibu Jessica berseru kesal karena diabaikan.“Lihat bagaimana dia memukul anakku! Aku ingin anak itu minta maaf dan dikeluarkan di sekolah. Jika tidak, aku akan menuntut kalian karena tindak kekerasan! Suamiku bekerja pemilik firma hukum. Aku akan memastikan kalian menderita konsekuensi melukai anakku!”“Ibu Jessica, tolong tenang. Kita bisa selesaikan i
Jessica tiba-tiba berhenti menangis dan ketakutan. Tapi tidak berani maju untuk membela ibunya.“Apa yang kamu lakukan?!” Ibu Jessica agak ketakutan melihat tindakan tiba-tiba Aria.Dia mencoba melepaskan cengkeraman Aria dengan marah, namun Aria semakin mengencangkan cengkeramnya di kerah baju Ibu Jessica hingga membuatnya merasa tercekik.Aria terlatih bela diri beberapa tahun yang lalu hingga tenaganya lebih baik dari kebanyakan wanita biasa.Ibu Jessica hanya seorang ibu rumah tangga yang dimanjakan tidak bisa melawan tenaga Aria.“Apa kamu gila? Lepaskan aku! Apa kamu mau membunuhku!” serunya terbata-bata dan panik meminta bantuan wali kelas.“Ibu guru, mengapa kamu diam saja! Jauhkan wanita gila ini dariku!”“No-nona Garrett, kita bisa membicarakan ini baik-baik. Tidak perlu pakai kekerasan ....” guru terbata-bata dan mencoba memisahkan mereka.“Diam!” desis Aria menatapnya tajam sebelum mengalihkan pandangannya pada Ibu Jessica.“Aku mengenal anakku dengan baik. Delin bukan ana
“Memberimu pelajaran.” Setelah mengatakan itu dia mendorong Ibu Jessica dengan cepat dan ke sebuah ruangan terbuka di belakangnya.“Kyaaa!” Ibu Jessica berteriak ketika tubuhnya di dorong tiba-tiba dan jatuh ke lantai yang basah. “Nona Garrett!” Wali kelas berlari hendak menghentikan Aria masuk ke bilik kamar mandi.Namun Aria sudah menutup pintu dengan cepat dan mengunci pintu dari dalam.Tiba-tiba terdengar jeritan dari Ibu Jessica, suara pukulan, makian dan cipratan air yang sangat bising.Jessica menangis mendengar teriakan ibunya.Bibi pengasuh dengan cepat menutupi telinga Delin dan menutupi pandangannya.“Bibi lepaskan. Apa yang dilakukan Ibu?” Delin menggerutu sambil menatap Bibi pengasuh dengan tatapan penasaran.“Tidak apa-apa. Ibu sedang bermain air dengan Ibu Jessica.” Bibi berbohong menenangkan Delin.Terdengar rentetan teriakan lain bercampur tangisan histeris menyebar ke seluruh ruang guru.Wali guru mencoba membuka pintu, tapi tetap saja dia tidak bisa membuka pintu k
Aria berjalan melewati wali kelas dan menghampiri Delin yang tengah di peluk Bibi pengasuh.Delin berkedip menatap ibunya sebelum menundukkan kepalanya tanpa mengucapkan sepatah kata.Aria menghela napas dan berkata lembut.“Bibi tolong pergi ke apotek untuk membeli salep.”Bibi pengasuh mengangguk dan meninggalkan ruang guru untuk membeli salep sesuai dengan permintaan Aria.Aria mengalihkan pandangannya pada wali kelas yang tengah membantu Ibu Jessica berdiri di kamar mandi.“Guru, aku minta cuti untuk membawa Delin dan Dixon pulang. Apa Anda keberatan?” Dia menatap datar wali kelas dan Ibu Jessica yang masih terisak. Dia memelototi Aria dengan marah dan sedikit rasa takut di matanya.Aria mengabaikannya.“O-oh oke! Ya silakan.” Wali kelas terbata-bata menyetujui permintaannya.Aria berbalik menatap putrinya dan mengulurkan tangannya pada Delin.“Ayo pergi.”Delin membuang muka dan keluar tanpa menggandeng tangan Aria.Dia keluar lebih dulu dengan ekspresi cemberut.Aria menghela n