Matahari sudah begitu terik menyinari bumi, namun Lio masih terlihat nyaman dibawah selimut tebalnya. Toni datang, membawa beberapa baju juga tumpukan berkas ditangannya.
Begitu telaten Toni melayani Lio, menyiapkan segala kebutuhan tuannya walau tanpa diminta. Toni tengah berkutat di dapur ketika Lio membuka matanya.
Kepalanya terasa begitu berat, sepertinya ia benar-benar mabuk berat semalam.
Lio berjalan sembari mencari pegangan, ia serasa tak bisa berpijak pada lantai kamar.
“Shit!” umpatnya benar-benar kesal. Dan tak lama tubuhnya benar-benar tak bisa dikendalikan.
Brak!
Toni terkejut, ia segera berlari menghampiri tuannya dikamar.
“Tuan,” serunya terkejut.
Dengan cepat Toni mengangkat tubuh Lio kembali ke ranjang, merebahkan dengan perlahan dan memastikan tuannya dalam posisi nyaman.
“Anda demam, Tuan.”
“Tak masalah, kau bisa kembali ke kantor.”
Toni pun
Toni mengunjungi tuannya, ia begitu cemas lantaran Lio tak bisa dihubunginya sedari pagi. Sesampainya ia di apartemen, semua masih dalam keadaan semula sebelum ia pergi. Toni juga terkejut saat melihat sarapan pagi masih ada di meja makan, tak tersentuh oleh tuannya."Benar-benar keras kepala."Toni memutuskan masuk ke dalam kamar setelah mengetuk pintu berulang kali. Diranjang terlihat Lio tengah tidur meringkuk."Tuan, sudah siang. Anda belum makan apapun." Toni terus mencoba membangunkan Lio, namun tak ada respon apapun. Dengan rasa cemas Toni membalikkan tubuh tuannya, dan ia pun dibuat terkejut."Tuan Lio."Wajah Lio sangat pucat, bibirnya kering seakan tak pernah terkena air. Dengan segera Toni membawa tuannya pergi menuju ke rumah sakit.-Tubuh Lio terbaring lemah, selang infus terpasang di tangan kanannya. Sekar terus menangisi putranya, memegang lengan putranya dengan penuh sesal."Bangun, Nak. Maafkan kami yang tak pernah tahu semuanya."Antonio hanya bisa berdiri mena
Brangkar Lea di dorong dengan begitu tergesa-gesa, semua suster juga terlihat panik melihat pasien nya kali ini. Lea dibawa masuk ke UGD, seorang dokter langsung memeriksa keadaannya."Kau harus kuat, Lea. Please bertahanlah."Rania terus menggumamkan kata-kata yang sama, ia juga merapalkan doa untuk keselamatan Lea juga bayinya.Ia benar-benar mengutuk tindakan Lius kali ini, Rania sungguh marah dengan perilaku adiknya satu itu.Hening tak ada suara, Rania masih dengan setia menunggu Lea. Tiba-tiba ponselnya bergetar, membuyarkan dirinya dalam lamunan."Halo, Mom?""____""Mom serius? Aku juga dirumah sakit yang sama.""__""Lea, Mom. Lea-Telpon segera di matikan, ternyata Sekar menghampiri putrinya. Sekar benar-benar terkejut mendengar jika Lea jatuh sakit, ia begitu panik.Rania sudah berusaha menghubungi Lius, namun tak satupun pesan dan panggilannya di respon. Semakin kesal Rania dibuat, semakin kuat
Sepanjang perjalanan kembali ke kamar, Lio terus saja mengomeli Toni. Ia begitu kesal lantaran Toni mengganggu waktu bertemu dengan Lea, padalah ia masih begitu merindukan bidadarinya itu.Begitu kesal hingga ingin menghajar Toni, namun Lio memilih untuk diam dan mengacuhkan asistennya.“Saya bantu, Tuan.”“Tidak usah, terima kasih.” Ketusnya.Lio masih benar-benar kesal, melihat hal itu bukannya membuat Toni marah malah sebaliknya. Laki-laki kaku itu malah tersenyum samar melihat tingkah atasannya.“Orang jatuh cinta memang gila,” batinnya.Lio naik kembali ke atas brangkar, ia menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.“Anda bisa kekurangan udara jika begitu.”“Apa perdulimu, pergilah.”Toni hanya bisa menggelengkan kepala, ia pun beralih pergi ke sofa. Duduk tenang dengan laptop dipangkuan juga tumbukan berkas di depannya.Sesekali ia melir
Sesuai permintaan Lea, kini Rania terlihat tengah mengantri makanan di warung seafood ternama di kotanya. Lama ia menunggu hingga tiba juga pada nomor antriannya.“Semoga nggak kelamaan.”Namun berbeda dengan Lea, wanita itu nampak berhati-hati dalam mengganti bajunya. Hari ini, ia ingin membuktikan semua ucapan Lasmi. Ia tak bisa tenang sebelum membuktikan semua ucapan ibu angkatnya itu.“Aku harus kuat, nggak bisa lemah gini.”Dengan begitu perlahan ia mengganti bajunya. Lea sudah siap keluar dari rumah sakit, namun nampak beberapa orang masih berlalu-lalang di depan ruang rawatnya.Setelah dirasa cukup aman, Lea keluar dengan sikap santainya. Ia tak ingin seseorang menyadari gelagat paniknya.Dengan menggunakan taksi, Lea pergi mengunjungi alamat yang sempat Lasmi selipkan padanya.Jantungnya terus berdebar entah kenapa, Lea merasa sesuatu tengah terjadi. Tapi apa?Sebuah taksi berhenti tepat di depan
Lea berteriak dengan begitu kencang, mengejutkan Lio yang tengah memeluknya. Lalu tiba-tiba ia kehilangan kesadarannya. Hal itu membuat Lio begitu panik, dengan segera ia membawa tubuh Lea dan membaringkannya diatas ranjang.Lio menekan tombol untuk memanggil dokter, dan tak lama seorang suster datang.“Sus, panggilkan dokter.”Lio begitu panik, ia terus menggenggam tangan Lea dan memintanya bangun.Sekar yang baru saja datang begitu terkejut saat melihat suster keluar dari ruang rawat Lio dengan wajah panik dan tergesa-gesa.“Astaga, Lio?”Sekar mengira telah terjadi sesuatu pada putranya, dan setelah ia masuk ia hanya bisa terdiam di tempatnya.Lio berdiri di depannya, namun tangannya terlihat menggenggam tangan seseorang.“Lio?”Dan saat Lio menyingkirkan tubuhnya, mata Sekar begitu terbelalak tak percaya. Diranjang ada Lea yang tengah terbaring dengan mata terpejamnya.Sekar
Lea masih terisak dalam pelukan Sekar, matanya tak henti mengalirkan buliran air yang terus jatuh membasahi pipinya.Rania hanya bisa diam menatap bagaimana kacaunya saat ini Lea, ia tak bisa membayangkan bagaimana sakitnya jadi Lea.“Kau kejam, meninggalkan istrimu dan malah menikah diam-diam dengan mantan kekasihmu.” Batin Rania tak terima.“Maafkan, Mom. Maafkan wanita ini yang tak bisa mendidik putranya hingga sanggup menyakiti wanita sebaik kau, Nak.”Lea memeluk erat tubuh Sekar, ia tak pernah menyalahkan siapapun dalam masalah ini. Bagi Lea, dirinya yang telah bersalah menerima pernikahan dengan Lius begitu saja.-Lius masih terus memikirkan Lea, ia tak bisa lepas dari baying-bayang wajah Lea yang pergi dengan membawa air mata.Lebih lagi, wajah nya yang nampak sangat pucat begitu mengganggu hatinya. Ia juga mengkhawatirkan kandungan istrinya itu.“Kalau cemas, datangi saja. Aku tidak
Semua meninggalkan Lea, memberi waktu pada wanita itu untuk menenangkan diri. Itulah permintaan Lea, ia ingin sendiri dan tak ingin di kunjungi.Berat meninggalkan Lea sendiri dalam masalah ini, namun Sekar juga yang lainnya menghargai keputusan Lea.Lius yang membuat Lea seperti ini, hancur dan merasa sendiri. Lius tak terima jika keluarganya memihak pada Lea, ia menuduh Lea telah menebar keburukan di dalam keluarganya.Lea yang tak terima dengan tuduhan itu meminta semua orang untuk pergi meninggalkannya. Ia tak ingin semakin banyak fitnah yang Lius ucapkan padanya, ia sudah terlalu sakit dengan semua tindakan juga ucapan mantan suaminya itu.Antonio menyerat Lius pulang ke rumah, bersama Sekar juga Rania. Lio harus tinggal di rumah sakit, selain karena kondisinya yang belum fit juga tak ingin meninggalkan Lea seorang diri.Antonio yang murka menarik kasar Lius masuk kedalam rumah, mendorong kasar tubuh anaknya hingga tersungkur di atas lantai di
Lea masih tak percaya dengan apa yang baru saja diketahuinya, ia merasa tengah diputar 180 derajat dari kehidupan sebelumnya.“Apa benar aku memang masih memiliki keluarga? Keluarga kandung ku?” gumamnya.Ia menghabiskan waktu dengan memikirkan ulang kejadian yang terasa begitu cepat itu, kejadian dimana kakak kandungnya mendatanginya.Lea ingin bertemu dengan ayahnya, ayah kandung yang dirindukannya. Ayah yang tak pernah ia ketahui kenyataannya.“Aku ingin bertemu ayahku, ayah yang sungguh-sunggu menginginkanku.”-Rania bersama orang-orangnya berhasil menerobos masuk kedalam rumah pribadi Lius. Disana mereka berhasil melumpuhkan semua penjagaan Lius.Rania memerintahkan semua anak buahnya untuk menyisir seisi rumah, ia juga memerintahkan untuk menggeledah area belakang rumah. Sebab Rania tak ingin Lisa kabur dari tangannya.Ia sendiri memilih naik ke lantai atas, mencari sendiri keberadaan Lisa.