Lea masih tak percaya dengan apa yang ada di depan matanya kini. Laki-laki yang dipikirnya akan pergi, nyatanya datang kembali.Kembali lagi kedalam peluk hangatnya. Dan itu membuatnya sangat bahagia.Hingga detik ini pun ia masih enggan meninggalkan suaminya, bahkan dengan sang putra pun ia sering berebut hanya untuk sebuah pelukan.“Nak, mengalahlah. Kasian cucu, ayah.” Ucap Wilson.Lea yang ada di atas ranjang dengan sengaja memeluk tubuh Lio dengan sangat erat, mengabaikan Brian yang sedari tadi berusaha memeluk ayahnya.Sekar hanya bisa menggelengkan kepala, ia pun tak tahu jika menantunya itu bisa begitu kekanak-kanakan.Namun hal itu benar-benar membuat hatinya hangat, walau masih tetap ada sakit yang terselip disana.Lea tertawa begitu nyaring, mengundang senyuman orang-orang sekitarnya.“Ayah harap senyum itu lah yang akan selalu menghiasi wajahmu, Nak.” Batin Wilson bagitu haru.Sekar ya
“Saya akan menikah dengan Naila.”Semuanya terdiam, tatapan kini tertuju pada Toni. Laki-laki yang selalu dianggap pendiam itu benar-benar mengejutkan semua orang.“Kenapa pada diam?”tanyanya.“Ini serius kan?” tanya Rania membuka suara.“Tentu saja serius, saya tidak sedang bercanda, Nona.”Semua bersorak gembira, menatap haru Toni yang pada akhirnya bisa bertemu dengan belahan jiwa.Sekar begitu bahagia, baginya Toni bukan hanya pegawai untuk putranya. Ia sudah menganggap Toni layaknya putranya sendiri.Sekar juga menyayangi Toni, bahkan ia tak pernah membedakan antara Toni dengan anak-anaknya.“Kemarilah, Nak.” Merentangkan kedua tangannya.Toni memeluk Sekar, menyambut peluk hangat seorang ibu yang sudah sangat lama ia rindukan. Atau bahkan tak pernah ia dapatkan.Dengan kasar ia mengusap kasar air matanya.“Kau pasti kesepian selama ini,
Semua orang terlihat sibuk malam ini, bahkan Lea yang sebelumnya enggan beranjak pun kini ikut melibatkan diri.Tak terkecuali bocah kecil yang juga mendapat tugas penting. Yaitu bergantian menemani sang ayah yang terus saja merengek pada istrinya.“Sayang, bisa panggilkan,Ibu?”Brian hanya tersenyum, menggerakkan jari telunjuknya sebagai bentuk penolakan.Sekar dibantu Lea menyulap tempat sederhana itu menjadi tempat yang begitu istimewa.Semua orang dikejar waktu, tak banyak waktu tersisa yang diberikan Toni pada mereka. Rania juga begitu sibuk menemani mempelai wanita, sedang Toni entah pergi kemana bersama Leo.Semua surat sudah diatur oleh, Toni sebelumnya. Hanya tinggal mencari penghulu yang bersedia menikahkan mereka mala mini secara mendadak.Dan itu menjadi tugas Antonio bersama Wilson untuk mencari. Semua orang benar-benar dibuat ekstra bekerja oleh Toni malam ini.“Huft, hanya papa yang tidak bekerj
Rania begitu takjub saat melihat penampilan Naila malam ini, tubuhnya yang dibalut dengan kebaya putih membuat penampilannya begitu nampak anggun.Belum lagi wajahnya yang dipoles dengan begitu indahnya, membuat siapa saja yang melihatnya akan terpesona.“Nail, kau cantik sekali.” Puji Rania begitu tulus.“Nona bisa saja, ini berkat kebayanya.”Rania pun membawa Naila untuk segera meninggalkan rumah, sebab semua orang pastinya sudah menunggu kehadirannya.Di dalam perjalanan semua nampak biasa saja, Rania yang terlalu bersemangat sampai tak pernah lepas dari wajah Naila.“Aduh,” seru Rania saat mobil tiba-tiba berbelok tak tentu arah.“Ada apa ini? Siapa mereka?”Rania menatap satu buah mobil yang saat ini ada tepat di sebelahnya, jelas mobil itu tengah menargetkan mobil yang ditumpanginya.“Sepertinya mereka sengaja menghadang kita, Nona.”Rania begitu p
Lisa tak pernah menyerah mencari keberadaan suaminya, ia sampai rela tak pulang ke rumah dan bermalam di mobil hanya demi bisa menemukan suami yang dicintainya itu.Sudah beberapa hari ini ia mengabaikan kondisi tubuhnya, tak pernah memperhatikan jam makan juga waktu istirahatnya.Dan disinilah dirinya saat ini, di tepian jalan di dalam mobil.“Kemana lagi aku harus mencari?” sedihnya.Dadanya sudah terasa sesak, keringat dingin juga mulai membasahi keningnya.“Aku hanya ingin bertemu dengan suamiku, hanya itu. Tolong pertemukan kami.” Pintanya dengan nafas tersengal-sengal.Lisa yang sudah tak kuat pun mulai memejamkan matanya. Membuat kursi kemudianya menjadi nyaman untuk dirinya sejenak mengistirahatnya diri.“Hanya sebentar, sebentar saja.” Gumamnya sebelum benar-benar terlelap.Kondisi kesehatannya tak begitu baik, bahkan beberapa kali asisstennya mencoba menghubungi dan mengajaknya kemb
Pengantin baru itu baru saja tiba di sebuah resort, mata Naila sudah memandang kagum semua ornament yang saat ini tertangkap oleh mata indahnya.“Wah, indah sekali.” Gumamnya.“Jangan jauh-jauh, nanti hilang siapa yang mau cari.”Dengan wajah cemberut Naila menghampiri suaminya,” ya tentu saja suamiku, kalau dia mau cari juga sih.”Sindiran halus itu masih mampu di dengar, membuat Toni segera berbalik dan mengeratkan jemarinya dengan jemari istrinya.“Aku disini untuk berbulan madu, bukan untuk main drama penculikan.”Hal itu membuat Naila mendengus kesal, namun ia juga tak menolak genggaman tangan dari laki-laki yang kini sudah sah menjadi suaminya itu.Tanpa disadarinya, ia melengkuhkan sebauh senyuman ketika menatap jemarinya yang saling bertaut.Matanya menatap tak percaya apa yang sekarang ada di hadapannya. Tak pernah sekalipun ia membayangkan menikahi laki-laki yang selalu
Pengantin baru itu baru saja tiba di sebuah resort, mata Naila sudah memandang kagum semua ornament yang saat ini tertangkap oleh mata indahnya.“Wah, indah sekali.” Gumamnya.“Jangan jauh-jauh, nanti hilang siapa yang mau cari.”Dengan wajah cemberut Naila menghampiri suaminya,” ya tentu saja suamiku, kalau dia mau cari juga sih.”Sindiran halus itu masih mampu di dengar, membuat Toni segera berbalik dan mengeratkan jemarinya dengan jemari istrinya.“Aku disini untuk berbulan madu, bukan untuk main drama penculikan.”Hal itu membuat Naila mendengus kesal, namun ia juga tak menolak genggaman tangan dari laki-laki yang kini sudah sah menjadi suaminya itu.Tanpa disadarinya, ia melengkuhkan sebauh senyuman ketika menatap jemarinya yang saling bertaut.Matanya menatap tak percaya apa yang sekarang ada di hadapannya. Tak pernah sekalipun ia membayangkan menikahi laki-laki yang selalu
Ikhsan menjadi pendiam setelah pesta pernikahannya usai. Hanya akad nikah, tak ada pesta meriah seperti pada umumnya.Namun itu adalah salah satu syarat yang diajukan Iksan kepada orang tuanya, bukan tak ingin mengadakan pernikahan mewah namun ia hanya merasa enggan.Ayu menatap sendu suaminya, ingin rasanya ia melangkah mendekat dan memeluknya layaknya pasangan halal lainnya.“Apa sesakit itu yang kamu rasakan, Gus. Sampai-sampai kamu menjadi sangat berbeda.” Batin Ayu.Keduanya menerima hadiah pernikahan yang sudah disiapkan, Toni, dengan mengatas namakan Naila. Ia ingin secara tidak langsung Ikhsan tahu jika Naila kini sudah menjadi miliknya.Dan disinilah pengantin baru itu, Bali.Tempat yang disediakan Toni tak main-main, vila dengan view laut memanjakan mata mereka ketika membuka jendela kamar.Tak sedikit uang yang harus dikeluarkan, namun itu tak sebanding dengan rasa puas yang akan di rasakan Toni.