Lea mengambil kunci mobil milik suaminya, mendengar apa yang terjadi pada ayah mertuanya membuat dirinya merasa tak tenang.
“Mau kemana, Sayang?”
“Ijinkan aku pergi, aku akan membawa, Daddy, kembali.”
Lio tak banyak berkomentar, ia mengambil kunci yang ada di genggaman tangan istrinya. Dengan mata memohon Lea menatap suaminya, sungguh ia mengkhawatirkan keadaan ayah mertua juga kakak iparnya.
“Biarkan aku yang melakukan itu, aku tak ingin kau dalam bahaya lagi. Mendengar siapa sebenarnya, Zaky, membuat aku semakin mengkhawatirkanmu.”
Lea masih saja tak mendengarkan suaminya, ia masih bersikeras ingin ikut mencari keberadaan Antonio. Lea yakin dengan informasi yang dimilikinya.
“Dengarkan suamimu, Dek. Jangan membantahnya, ini juga demi kebaikanmu.”
Leo datang bergabung, ia samar-samar mendengar perdebatan keduanya hingga memutuskan untuk ikut bergabung.
“Katakan saja dimana
Zaky terkejut melihat bayangan orang berjalan dari luar kamarnya, matanya menatap tajam dengan aura yang menghitam.Ia mengakhiri bersantainya, beranjak keluar mencari pemilik bayangan yang dilihatnya.“Siapa kau!”Tak ada rasa terkejut sedikitpun dari raut wajah Toni saat ini, ia tahu keberadaan Zaky dimana dan ia sengaja memancingnya keluar.“Apa kabar, tuan Zaky?” sapa Toni dengan senyum sinisnya.Zaky terkejut dengan kemunculan Toni di hadapannya, ia pun kebingungan seperti mencari seseorang.“Anda terkejut saya bisa sampai disini?”“Kau! Tau dari mana kau tempat ku ini?”Tak langsung menjawab, Toni mengulur waktu dengan duduk santai di hadapan Zaky saat ini. Toni memancing emosi Zaky dengan sengaja, ia ingin tahu seberapa gila laki-laki gila di hadapannya ini.“Harusnya kau tahu dari mana saya tahu tempat ini. Tempat yang anda simpan rapat-rapat.”Za
Sebuah kawasan terbengkalai yang begitu luas ada di hadapan Lea saat ini, sepanjang matanya memandang hanya ada hamparan tanah gersang.Tak ada sedikitpun rasa takut yang Lea tunjukkan saat ini, hanya ada tekat bulat yang kini jelas dari matanya.“Jadi suamiku membangun penjaranya disini.”Kembali melajukan mobilnya, Lea yakin ia akan menemukan penjara tersebut. Dan tak jauh dari tempatnya, hanya ada satu bangunan yang terlihat di matanya.Walau disamarkan, namun mata jelinya menangkap kokohnya bangunan tersebut.“Kalian tidak bisa membohongi mataku ini.”Tiba disana, dua orang keluar dengan mengarahkan senjata api padanya. Lea tak gentar dengan itu semua, ia bahkan keluar dari mobil dengan begitu santainya.“Siapa kau?”“Bawa ketuamu padaku sekarang juga. Kau akan tahu siapa aku.”Tak ingin di bodohi, kedua orang tersebut malah menyerang Lea. Ketiganya terlibat perkelahian
Wilson menyambut kedatangan besannya, ia tahu jika Sekar akan datang untuk menemui suami juga putrinya.Namun Wilson tak langsung memperkenalkan diri, ia hanya menyambut dan mengantarkan Sekar pada suaminya. Jelas tergambar bagaiman terpukulnya Sekar atas apa yang menimpa suami juga putrinya, disudut ruangan juga berdiri putranya yang sama terlukanya melihat keadaan Rania.Wilson hanya bisa menguatkan, tak bisa berlaku lebih dengan apa yang saat ini terjadi. Ia hanya bisa menunggu Lio datang dan menjelaskan semuanya.Sekar tak begitu memperdulikan kehadiran Wilson juga Leo disana, matanya terus menatap suami juga putrinya.Namun tiba-tiba baby Brian datang dan langsung menghampiri Sekar. Bayi pintar itu kini berdiri di depan Sekar dengan mata besarnya.โKau anak siapa, Nak? Kenapa ada disini?โ ucap Sekar membawa Brian dalam pangkuannya.Melihat itu, Wilson juga Leo memilih pergi dan memberi ruang untuk mereka.Kehadiran baby Brian begitu menghibur Sekar saat ini, terlihat bag
Sudah satu minggu semua orang berkumpul bersama di rumah baru Lea, nampak Sekar sudah kembali ceria seperti sedia kala. Kehadiran Lea juga Brian melengkapik kebahagiaannya. Begitu juga dengan Antonio, sejak kembali membuka mata ia sudah disambut oleh cucunya. Mendengar kenyataan yang disampaikan istrinya sempat membuta Antonio marah juga kecewa. Namun saat ia tahu siapa istri dari putranya, ia kembali tersenyum dan menyambut kembalinya Lea sebagai menantunya. Wilson juga Antonio mudah mengakhrabkan diri, banyak kesamaan antara keduanya yang membuat mereka cepat menjadi dekat. Namun agaknya mereka lupa, masih ada satu nyawa yang masih berdiri diambang jurang. Sampai detik ini Rania masih tak kunjung membuka mata. Selama itu pula Leo begitu setia menungguinya, bahkan di malam hari ia rela tidur meringkuk demi dekat dengan pujaan hatinya. Sekar begitu terharu melihat bagaimana Leo menjaga dan mencintai putrinya, ada rasa sesal dalam hatinya melihat kondisi Rania. Bagaimanapun juga, i
Seluruh keluarga berbahagia menyambut kembalinya Rania ke dalam keluarga, terutama Sekar yang tak hentinya memeluk dan mengecupi putri kecilnya.Rania begitu bahagia, ketika ia kembali membuka mata ia bisa berkumpul lagi dengan keluarga yang sangat dirinduknya. Belum lagi ada Leo yang juga ada disana, cinta lamanya yang dulu pergi nyatanya kembali dan menariknya dari kegelapan.“Mom, senang sekali. Akhirnya keluarga kita sudah bisa berkumpul, walau tidak semua.” Membungkus kesedihan dalam tawanya.Lio tak ingin menatap ibunya, ia memilih mengalihkan pandangan ke arah sebaliknya. Mengingat perbuatan saudara kembarnya selalu saja membangkitkan kobaran amarah di hatinya.“Sabar,” bisik Lea diakhiri kecupan.Lio hanya mengusap kepala istrinya tanpa berkata, ia begitu bersyukur dengan kehadiran Lea yang selalu menjadi penghangat untuk hatinya.Tak banyak kata, Lio selalu mencurahkan kasih sayangnya lewat setiap sentuhan.
Normal 0 false false false EN-US ZH-CN X-NONE
Normal 0 false false false EN-US ZH-CN X-NONE
Semua orang mencari keberadaan Naila yang tak kunjung kembali ke panti, semua pengurus berpencar mencari keberadaannya.Toni yang baru saja keluar dari ruangan, Abah, mengerutkan dahi ketika semua orang nampak bingung dan mondar-mandir.“Ada apa?” tanya Toni pada salah seorang santri yang melintas.“Kami sedang mencari mbak Naila, sejak tadi tidak kembali ke panti.” Tuturnya.Toni mendadak teringat dengan wanita yang selalu membuatnya kesal itu, buru-buru ia keluar dan mengendarai mobil miliknya.Dengan nekat Toni membawa masuk mobilnya menyelusuri hutan, semakin dalam ia semakin tak bisa melihat dengan jelas. Hari sudah hampir gelap, Toni tiba-tiba merasa cemas.“Kemana wanita itu pergi? Menyusahkan sekali.”Sepanjang jalan mulutnya selalu bergumam dengan ocehan tak jelas.Sedang yang tengah dicari kini duduk meringkuk memeluk kedua kakinya. Tubuhnya menggigil bukan hanya karena isak tangis,
Sony geram dengan wajah berani Jo terhadapnya, ia pun marah dan terjadilah pertarungan disana.Dengan menahan sakit, Jo terus melawan. Juli tak terima melihat putranya hampir kalah, ia pun segera mendekati Divya dan mengancam Jo disana.โBerani kau memukul putraku, maka gadis ini akan aku pukul balik.โDivya hanya bisa menangis, menjerit bahkan memohon saat melihat Jo habis babak belur di tangan Sony. Belum lagi luka di perutnya kembali terbuka dan mengeluarkan banyak darah.Jo sudah tak sanggup, ia jatuh dan hilang kesadaran.Divya yang panik mendorong Juli dan berlari kepada JO.โKalian biadab, binatang kalian semua.โ Makinya.Divya memeluk tubuh Jo kedalam pelukannya, gadis itu menangis tersedu-sedu memohon pada Jo untuk kembali membuka mata.Sony sangat puas, ia pun meninggalkan ruangan dengan tawa senang diikuti Juli di belakang.Tak ada ranjang yang layak, semua tempat nampak kumuh tak terawat. Hanya ada ranjang usang yang kemarin digunakannya.Dengan susah payah Divya menarik tu
Namun tekat bulat Jo membuat laki-laki itu segera kabur dan mengabaikan teriakan Brian.Brian panik, kondisi Jo masih belum pulih. Belum lagi lukanya baru saja kembali dijahit, Brian benar-benar dibuat sangat panik.“Kamu coba kejar dia, papa akan kembali ke atas dan memberitahu semuanya.”Mengangguk, Brian segera menyusul dengan menggunakan mobilnya.Di dalam taxi, Jo mencoba melacak keberadaan Divya dari ponsel pintarnya. Namun sayang sejak tadi tak kunjung dia menemukan titik lokasi keberadaan Divya.“Permisi, Tuan. Tujuan kita kemana ya?” tanya supir taxi.“Jalan XX depan bangunan kosong.”Taxi melaju dengan kencang membelah kemacetan, namun fokus Jo masih dengan ponsel di tangannya.Setibanya disana, Jo berjalan menyusuri jalan sepi tanpa penghuni.“Kenapa titik lokasinya ada disini? daerah ini bukankah sudah tidak berpenghuni?” gumam Jo.Sepanjang jalan kakinya
Semua tengah bersantai, berkumpul bersama walau di rumah sakit tempatnya.Lio sengaja meluangkan waktu demi memberi perhatian lebih pada Jo yang sedang terluka. Bagi Lio, Jo sudah seperti anak juga baginya.Lio memesan banyak makanan juga cemilan, ia tak ingin keluarganya kelaparan atau kekurangan makanan.“Adek, jangan diisengin dong Jo nya.” Dengan lembut menegur sang putri.Divya hanya cengengesan saat mendengar sang ayah menegur tingkahnya. Ia pun kembali menyuapi Jo dengan buah anggur di tangannya.Brian fokus dengan laptopnya, sedang Daniel sibuk bermesraan dengan Luna tanpa melihat tempat mereka berada.“Bucin terus, nggak lihat-lihat tempat.”“Dih, sirik aja. Makanya punya pacar,” ejek Daniel.Tiba-tiba saja Divya bangkit dari tempat, berjalan keluar meninggalkan ruang rawat.“Adek, mau kemana?”“Sebentar, Pah. Nggak lama,” serunya sebelum benar-b
Pagi yang begitu cerah, semua orang tengah bersiap untuk menjengur Jo di rumah sakit.Tak lupa Lea juga membawa banyak masakan untuk anak-anak yang sejak semalam menginap disana.“Pakaian untuk mereka sudah siap?”“Sudah, Mom.”Sekar sudah tak sabar mengunjungi Jo disana, ia juga merindukan cucu-cucunya yang sejak semalam tak pulang.Mengendarai dua mobil, mereka melesat menuju rumah sakit.Tiba disana, semua orang dibuat tercengang dengan keadaan di dalam.“Astaga, ini kenapa begini?” seru Rania melihat putra juga keponakannya tengah berlutut dengan memegang kedua telinganya.“Bangun, “ titah Lio pada keduanya.Luna hanya diam, gadis itu tersenyum sembari meletakkan buah yang sedari tadi dipangkunya.“Ada apa? Kenapa panas sekali suasananya?” tanya Sekar pada Luna.“Mereka berdua bikin lukanya Jo kembali terbuka dan harus kembali di jahit, O
Lea berhasil menenangkan suaminya, di dalam pelukan wanita itu Lio terlelap dengan begitu damai.Lea terus membelai rambut Lio, dengan penuh kasih dan sayang ia mengecup kening laki-lakinya.“Maaf jika diamku membuatmu hancur dan seakan dibohongi. Aku sama sekali tidak bermaksud begitu, ayah yang mengingikan semua ini dan bukan aku.” Gumamnya dengan berlinang air mata.Kembali mengingat kejadian lampau itu membuat luka yang masih belum kering kembali basah.Menatap jam dinding, Lea tersadar jika ini hampir tengah malam.Sejak tadi ia tak mendengar suara anak-anak, ia pun juga belum turun untuk melihat mereka semua.“Kemana lagi anak-anak?”Deg, ia pun ingat tentang keadaan Jo saat ini. Dengan cepat ia berusaha menghubungi Brian sang putra.Tak menunggu lama, Brian segera menerima panggilan ibunya.Dengan nada yang sangat cemas, Lea menanyakan tentang keadaan Jo saat ini. Wanita itu benar-benar men
Divya sama sekali tak meninggalkan kekasihnya barang sedikitpun, semenjak tahu kejadian sebenarnya ia menolak meninggalkan sang kekasih lama-lama.Bagi Divya, ia harus memastikan sendiri keselamatan laki-lakinya.Memang belum secara resmi mereka bersama, namun keadaan saat ini sudah membuat kebahagiaan tersendiri bagi dua anak manusia itu.“Sayang, kamu istirahat ya. Dari tadi kamu udah ngurusin aku,” ucap Jo.“Aku akan istirahat, tapi tidak sekarang. Masih ada yang harus aku kerjakan.”“Apa?”Namun Divya tak menjawab, ia terlihat sibuk dengan gawai pipih yang tengah di genggamnya.Jo sebenarnya tahu apa yang saat ini tengah di lakukan kekasih kecilnya, ia tahu apa yang menjadi tujuan dari perbuatan Divya saat ini.Ia tak ingin melarangnya, ia tak ingin kemarahan Divya tak tersalurkan. Namun dibalik itu semua, ia tetap memantau dan mengendalikan perbuatan dari kekasihnya.“Aku ti
Divya berusaha melangkahkan kakinya, namun rasanya begitu berat. Belum lagi air matanya yang tak berhenti mengalir deras di pipi, membuat dirinya bingung sendiri.“Nggak mungkin, semuanya hanya salah paham.” Gumamnya sembari melangkah perlahan.Brian tak sanggup melihat adiknya terluka, namun ia juga tak sanggup jika harus masuk dan melihat semuanya.Begitu juga dengan Daniel, laki-laki itu hanya diam menyesali semua yang sudah terjadi.“Seharusnya dari awal kita memberitahunya, kalau begini kita sama saja menusuknya.”Brian hanya diam, menundukkan kepala tanpa tahu apa yang dikatakan.Divya semakin dekat dengan pintu, jantungnya semakin berdetak dengan begitu tak menentu. Begitu sakit, seakan ada sesuatu yang menghantam dadanya.Suasana begitu berbeda, kini di depannya banyak berbaring jasad yang sudah tak bernyawa.Tubuh Divya luruh ke bawah, air matanya semakin deras mengalir membasahi pipinya. Isakan
Rahasia yang selama ini coba di lupakan pada akhirnya terbongkar dengan cara yang tak terduga. Sekar yang sudah lama memendam rasa bersalah membongkar semua kejahatan putra keduanya di depan semua orang.Lio tak tahu apapun tentang itu semua, ia sama terkejutnya dengan Brian yang masih bersitegang dengan Lius.“Maksud oma?” tanya Brian.“Ayah kandungmu lah penyebab kakek Wilson meninggal.” Seru Sekar tanpa ingin menutup-nutupinya lagi.“Mom,” teriak Lius.Lio terduduk lemas, ia tak percaya dengan apa yang sudah di dengarnya ini. Selama ini ia tak tahu apapuun tentang kesakitan dan fakta yang dirasakan oleh istrinya.“Bagaimana bisa, bukankah ayah Wilson meninggal karena jatuh dari tangga?”“Ayah mertuamu tidak jatuh dari tangga, tapi jatuh dari lantai dua rumah lama kita.” Sahut Antonio.Lebih lanjut Antonio juga menjelaskan bagaimana hal itu bisa terjadi, dan kemaraha
Nindya kembali ke rumah, ia segera mengemas semua pakaian dan berniat meninggalkan semuanya.Ia merasa puas terakhir kali melihat keadaan Jo yang mengenaskan, ada rasa bahagia dan terluka dalam satu waktu bersamaan.Nindya menangis, ia menatap kedua tangan yang sudah dengan tega melukai Jo hingga seperti tadi. Menyesal?Tidak, sama sekali Nindya tak merasa menyesal dengan apa yang sudah diperbuatnya. Hanya saja hatinya ikut terluka saat melihat air mata yang mengalir keluar dari mata indah pujaan hatinya.“Andai bapak menerima cinta saya, andai bapak tidak terpengaruh dengan wanita licik itu maka semuanya tidak akan jadi seperti ini.”Cepat-cepat Nindya mengemas barang bawaannya, juga beberap obat yang diperlukannya saat ini.Membuka pintu lemari, Nindya mengambil semua uang yang ada disana.“Dengan uang ini aku bisa mengembalikan wajahku seperti semula, maafkan Nindya nek karena menjual rumah itu.”Deng