Sudah satu minggu semua orang berkumpul bersama di rumah baru Lea, nampak Sekar sudah kembali ceria seperti sedia kala. Kehadiran Lea juga Brian melengkapik kebahagiaannya. Begitu juga dengan Antonio, sejak kembali membuka mata ia sudah disambut oleh cucunya. Mendengar kenyataan yang disampaikan istrinya sempat membuta Antonio marah juga kecewa. Namun saat ia tahu siapa istri dari putranya, ia kembali tersenyum dan menyambut kembalinya Lea sebagai menantunya. Wilson juga Antonio mudah mengakhrabkan diri, banyak kesamaan antara keduanya yang membuat mereka cepat menjadi dekat. Namun agaknya mereka lupa, masih ada satu nyawa yang masih berdiri diambang jurang. Sampai detik ini Rania masih tak kunjung membuka mata. Selama itu pula Leo begitu setia menungguinya, bahkan di malam hari ia rela tidur meringkuk demi dekat dengan pujaan hatinya. Sekar begitu terharu melihat bagaimana Leo menjaga dan mencintai putrinya, ada rasa sesal dalam hatinya melihat kondisi Rania. Bagaimanapun juga, i
Seluruh keluarga berbahagia menyambut kembalinya Rania ke dalam keluarga, terutama Sekar yang tak hentinya memeluk dan mengecupi putri kecilnya.Rania begitu bahagia, ketika ia kembali membuka mata ia bisa berkumpul lagi dengan keluarga yang sangat dirinduknya. Belum lagi ada Leo yang juga ada disana, cinta lamanya yang dulu pergi nyatanya kembali dan menariknya dari kegelapan.“Mom, senang sekali. Akhirnya keluarga kita sudah bisa berkumpul, walau tidak semua.” Membungkus kesedihan dalam tawanya.Lio tak ingin menatap ibunya, ia memilih mengalihkan pandangan ke arah sebaliknya. Mengingat perbuatan saudara kembarnya selalu saja membangkitkan kobaran amarah di hatinya.“Sabar,” bisik Lea diakhiri kecupan.Lio hanya mengusap kepala istrinya tanpa berkata, ia begitu bersyukur dengan kehadiran Lea yang selalu menjadi penghangat untuk hatinya.Tak banyak kata, Lio selalu mencurahkan kasih sayangnya lewat setiap sentuhan.
Normal 0 false false false EN-US ZH-CN X-NONE
Normal 0 false false false EN-US ZH-CN X-NONE
Semua orang mencari keberadaan Naila yang tak kunjung kembali ke panti, semua pengurus berpencar mencari keberadaannya.Toni yang baru saja keluar dari ruangan, Abah, mengerutkan dahi ketika semua orang nampak bingung dan mondar-mandir.“Ada apa?” tanya Toni pada salah seorang santri yang melintas.“Kami sedang mencari mbak Naila, sejak tadi tidak kembali ke panti.” Tuturnya.Toni mendadak teringat dengan wanita yang selalu membuatnya kesal itu, buru-buru ia keluar dan mengendarai mobil miliknya.Dengan nekat Toni membawa masuk mobilnya menyelusuri hutan, semakin dalam ia semakin tak bisa melihat dengan jelas. Hari sudah hampir gelap, Toni tiba-tiba merasa cemas.“Kemana wanita itu pergi? Menyusahkan sekali.”Sepanjang jalan mulutnya selalu bergumam dengan ocehan tak jelas.Sedang yang tengah dicari kini duduk meringkuk memeluk kedua kakinya. Tubuhnya menggigil bukan hanya karena isak tangis,
Toni mengirimkan pesan pada pihak panti asuhan, ia mengabarkan tentang keberadaan Naila yang saat ini tengah menjadi pusat pencarian.Ada rasa lega dalam diri, Abah, saat mendengar kabar keberadaan Naila saat ini. Bukannya ingin berniat jahat pada anak asuhnya, namun Abah memiliki alasan dibalik keputusan nya tersebut.Ia sendiri juga sudah tahu betul dengan perasaan Naila pada Ikhsan sejak lama, ia tak ingin menentang itu semua pada awalnya.“Suatu hari nanti kau pasti akan mengerti dengan keputusan, Abah, ini. Abah, minta maaf.” Gumamnya penuh sesal.Ikhsan tiba-tiba masuk dengan wajah penuh kekhawatiran, nafasnya juga memburu saat menghadap pada Abah sore itu.“Ada apa, kenapa begitu terburu-buru?”“Abah, assalamualaikum. Maaf, tapi sampai saat ini kami belum bisa menemukan keberadaan,Naila.”“Waalaikum salam, wr. wb. Sudah jangan dipikirkan, Naila sudah ketemu dan dia baik-baik saja.&rdquo
Hari dimana sidang perceraian Rania dengan Zaky sudah di depan mata, wanita yang saat ini duduk di atas kursi roda itu menatap pantulan dirinya dalam cermin.Rania merasa tak percaya diri, bagaimana tidak. Saat ini kondisinya masih jauh dari kata baik, kakinya masih tak bisa digunakan berjalan juga tangannya yang patah masih belum pulih sepenuhnya..Belum lagi lebam yang menghiasi tubuhnya, walau beberapa sudah nampak samar namun masih banyak yang jelas terlihat oleh mata.Leo datang, ia ingin menguatkan wanitanya. Ia sadar penuh dengan kondisi Rania saat ini, masih rapuh dan butuh pendampingan. Namun tak mungkin jika dirinya yang berdiri tegak untuknya saat ini.“Aku yakin semua akan berjalan baik-baik saja, Lio tidak akan membiarkan kakaknya mengalami hal buruk lagi.”“Ehm,” gumam Rania.Keduanya sempat larut dengan keadaan, hingga Naila datang dan membawa pergi Rania.*Sidang perceraian ini begitu pe
Leo keluar seorang diri, membawa mobil yang diberikan Lio transportasinya. Dengan wajah marah ia keluar semua emosinya. Dan tujuannya saat ini adalah penjara.Setibanya di kantor polisi, Leo segera menemui aparat yang bertugas untuk menjenguk salah seorang narapidana.“Silahkan sebelah sini, “ seru salah seorang polisi yang mengantar Leo.Duduk seorang diri di dalam ruang besuk, Leo mengamati setiap sudut ruangan.“Ini akan menjadi permulaan atas semua yang telah kau perbuat pada Raniaku.” Gumamnya.Tak lama pintu terbuka, namun bukan Zaky yang menjadi tujuannya ternyata. Badannya yang begitu kekar dengan kepala botak, begitu menakutkan jika harus berhadapan dengannya.“Tuan, anda datang?” ujar narapidana tersebut begitu hormat.“Hm, aku punya pekerjaan untukmu.”“Apapun akan saya lakukan untuk anda, Tuan. Katakan, apa yang bisa saya lakukan.”&ldq