Kata-kata Eva menarik perhatian semua orang, termasuk sosok raja yang mengesankan dan agresif yang berjalan menuruni tangga besar. Aiden berjalan dengan satu tangan di sakunya dan beberapa pelayan mengikuti di belakangnya. Dia menghentikan langkahnya yang teguh sesaat setelah mendengar Eva menyebutkan sebuah masalah.
"Sepertinya saya ingat, menurut perjanjian pranikah kami, jika saya mengajukan cerai, saya tidak akan mendapatkan harta. Jadi saya menolak," Eva mengumumkan. Semua orang terkejut. Wanita ini sudah gila. Pertama, dia menyiratkan bahwa dialah yang mengajukan perceraian, dan kemudian dia menolak lima miliar dolar. Apakah dia tahu apa yang dia lakukan?"Nyonya Victoria Malik, Eva sepertinya sedikit mabuk," John, kepala keluarga Abraham menjelaskan, "Dia tidak sedang berpikir jernih."Kata-kata John membawa peringatan tersembunyi kepada Eva untuk berhenti berbicara omong kosong. Eva mengabaikannya. Dia tidak ingin membuang waktu lagi dan ingin menyelesaikan perceraian sesegera mungkin.Dia mengembalikan surat-surat itu ke kepala pelayan, "Saya menolak penyelesaian uang." Tentu saja Eva menolak itu, dia tidak mungkin mau dipermalukan apalagi di hadapan pers seperti ini. Itu bisa menjatuhkan namanya. Yang sebenarnya adalah Eva sudah memiliki beberapa harta Malik yang telah ia alihkan sebelum ia mengajukan perceraian. Ini semua sudah ia perhitungkan. Dia tidak ingin menghabiskan dua tahun masa hidupnya mengabdi pada Aiden Malik tanpa membawa apa-apa. Apalagi perlakuan Aiden padanya yang jauh dari kata menyenangkan, jadi paling tidak dia harus mendapatkan hadiah untuk dirinya sendiri, "Saya akan menandatangani surat-surat itu selama Anda mengeluarkan hal tersebut dari sana. Saya tidak ingin ada hubungan dengan keluarga ini lagi, dan saya terutama tidak menginginkan uang Malik." Setidaknya itulah yang harus ia katakan di hadapan orang-orang ini. Kepala pelayan, ragu-ragu, menunggu instruksi Victoria Malik."Saya harap Anda tidak menyesali keputusan Anda," kata Victoria, memberi isyarat agar Alfred melakukan apa yang diminta Eva."Satu-satunya hal yang saya sesali adalah pernikahan saya dengan Aiden." Itu benar, dia memang menyesali itu.Semua orang terkesiap. Apa yang terjadi pada Eva? Dari mana datangnya keberanian yang baru muncul ini? Kapan dia menjadi begitu berani? John bertukar pandang dengan Elena yang segera menarik lengan Eva, tetapi Eva sama sekali mengabaikan saudari perempuannya. Eva menatap dengan berani dan langsung ke arah Victoria seperti seorang jenderal yang baru saja meraih kemenangan besar."Nona Eva Abraham, perjanjiannya telah diubah seperti yang Anda minta," kata Alfred sambil muncul kembali di meja, "Silakan lihat.""Tidak perlu." Semakin cepat ia bercerai dari Aiden semakin baik. Dia sudah tidak sabar untuk lepas dari Aiden dan menikmati harta Malik yang telah ia alihkan. Dia bisa melakukan perjalanan keliling dunia untuk melepaskan penat lalu setelah itu dia bisa menggunakan harta itu untuk berbisnis. Dia tersenyum membayangkan kebebasan dan kebahagiaan yang sebentar lagi akan berhasil ia raih.Eva mengambil pena di tangannya yang cantik lalu dengan anggun mulai menandatangani perjanjian. Begitu dia mulai membubuhkan tandatangan di atas namanya, ada keributan di pintu. Tiba-tiba, para jurnalis bergegas masuk tanpa ada gangguan dari para pengawal. Puluhan dari mereka berdiri di dinding menyiapkan peralatan kamera mereka, tetapi mereka bahkan tidak memenuhi ruang makan. Dikabarkan bahwa ruang makan Malik seluas setengah lapangan sepak bola. Ternyata gosip itu benar adanya."Beraninya kalian!" Victoria berteriak, "Siapa yang membiarkan orang-orang ini masuk? Keluarkan mereka dari sini." Orang luar tidak diizinkan mengganggu kediaman pribadi Malik. Wartawan bahkan tidak mampu membayar untuk memperbaiki lantai jika peralatan mereka merusaknya."Itu aku," Sebuah suara memerintah memotong kebisingan di ruangan itu,Pria itu perlahan selesai menuruni tangga besar dan memasuki ruangan. Saat dia berjalan, dia menatap Eva dengan arogan.Siap di tengah tanda tangan, jelas bahwa Eva lebih suka menjadi orang buangan yang tidak punya uang daripada menghabiskan satu menit lagi menikah dengan Aiden. Anak anjing yang lembut dan rapuh itu telah berubah. Mereka tidak tahu saja kalau Eva telah mengalihkan sebagian harta Malik untuk dirinya sendiri."Tuan Aiden Malik, bisakah Anda memberi tahu kami sesuatu tentang perceraian Anda?" Seorang jurnalis yang berani mengajukan sebuah pertanyaan yang jawabannya sangat ingin diketahui oleh semua orang yang ada di tempat itu.Aiden memandang rendah pada wartawan pria yang memerah yang membalas tatapannya. Mereka saling menatap, ketegangan di ruangan itu bisa diraba.Tiba-tiba, sebuah suara menyela kebuntuan antara Aiden dan jurnalis, "Ya Tuhan, Nyonya Eva Malik menandatangani perjanjian!"Semua orang menoleh untuk melihat Eva, dan kamera berbunyi klik dan berkedip saat para jurnalis memotret surat-surat yang ditandatangani. Eva mengizinkan mereka untuk mengambil gambar sebanyak yang mereka inginkan, berpose dengan pena di tangannya meskipun dia sadar bahwa Aiden pada akhirnya akan memutuskan apa yang boleh mereka cetak di koran. Dia sekuat itu.Eva tahu jika Aiden yang memerintahkannya, berita perceraian bisa saja berubah menjadi pengumuman kematian. Berita utama besok akan mengatakan apa pun yang Aiden ingin mereka katakan. Faktanya, tidak ada jurnalis yang diizinkan meninggalkan mansion sebelum tim keamanan Aiden memeriksa foto mereka dan menghapus apa pun yang tidak disukai bos mereka. Biasanya, Aiden tidak mengizinkan media meliput foto, tapi hari ini dia perlu mengirim pesan ke media.Eva menatap Aiden dengan tatapan memprovokasi. Setiap suara, orang, dan benda di ruangan itu tampak kabur dan memudar. Rasanya hanya mereka berdua di ruangan besar ini."Ini bukan surat cerai," Aiden mengumumkan, "Ini adalah surat perjanjian kehamilan."Semua jurnalis mulai meneriakkan pertanyaan sekaligus. Ini kebalikan dari apa yang mereka dengar dari informan. Ruangan dalam kekacauan."Betul. Nyonya Eva Malik dan saya telah memutuskan untuk menghasilkan ahli waris," kata Aiden. Dia menyeringai pada wartawan, "Karena itu, dia memberikan yang terbaik tadi malam, dan saya berharap kami akan segera mengumumkan kehamilan"Eva melihat ke bawah pada perjanjian yang baru saja dia tanda tangani dan menyadari bahwa itu telah diubah. Bukannya surat cerai, dia justru menandatangani surat yang memberi Aiden Malik semua hak wali untuk setiap anak yang dia miliki bersamanya. Betapapun marahnya Eva tentang penipuan itu, dia bahkan lebih marah lagi mendengar Aiden berbicara tentang seks di depan keluarga mereka dan para jurnalis. Apa pria itu tidak punya malu?Kata-kata Aiden menenangkan semua orang di ruangan itu. Ketegangan menghilang, digantikan oleh suasana yang penuh harap dan bersemangat."Pantas saja Aiden memandang Eva dengan penuh kasih sayang," pikir para jurnalis."Jadi dia telah mengambil pengumuman perceraian ini dan mengubahnya menjadi konferensi pers yang mempublikasikan kebahagiaan pernikahan palsu kami," pikir Eva, "Tapi ini belum berakhir." Sifat licik Aiden tidak akan berubah dalam semalam, tetapi Eva bertekad untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Dia menolak tampilan kemarahan dan cemoohan yang terbuka pada suaminya. Dia tidak mengatakan apapun untuk membela diri, sebaliknya, dia menunggu saat yang tepat. Para jurnalis sangat ingin memfilmkan Eva. Mereka mengarahkan kamera ke arahnya dan mengarahkan mikrofon ke arahnya.Eva menatapnya. Jika dia tidak tahu dan tidak mengenal Aiden, Eva pasti akan mengira kalau tatapan yang diberikan Aiden padanya benar-benar tatapan penuh gairah dan cinta. Tapi, bukankah itu semua palsu."Aiden-" tiba-tiba sebuah suara manis memanggil dari luar pintu. Ekspresi Eva langsung berubah. Penampilannya yang angkuh dan sombong tiba-tiba menghilang dan wajahnya menjadi topeng tanpa ekspresi.Kamera berkedip liar. Terkejut dan terlihat ragu-ragu. Rebecca Jonas memasuki ruangan dengan tersipu malu. Suaranya yang manis berubah dan dia menggumamkan permintaan maaf dengan malu-malu, "Maaf. Aku tidak tahu ada wawancara."Beberapa jam yang lalu, Rebecca menerima pesan misterius yang mengundangnya datang ke kediaman Malik untuk menghibur Aiden setelah perceraiannya. Rebecca tidak mengharapkan ada adegan besar seperti itu. Gadis itu bertanya-tanya apakah mereka berdua sudah resmi mengumumkan perceraian.Rebecca berbalik dan menatap Eva, ekspresinya sombong. Jika keluarga Jonas tidak kehilangan begitu banyak uang, dia akan mampu bersaing dengan wanita kelas atas lainnya untuk menjadi Nyonya Malik. Jika dia terlibat, Aiden tidak akan pernah menikahi Eva yang tidak layak."Rebecca, senang melihatmu," Victoria melambai padanya, "Kemarilah, sayang""Saya dengar Aiden berbicara tentang menceraikan Eva setelah apa yang terjadi seminggu yang lalu," Rebecca tersenyum pada Victoria dengan kekhawatiran palsu, "Saya merasa khawatir dan ingin berbicara dengannya."Victoria menatap Rebecca dengan penuh perhitungan, "Apa yang telah terjadi seminggu yang lalu?""Eh…""Bicaralah padaku," kata Victoria dengan prihatin.Sangat jelas bahwa wanita yang tua itu lebih memilih Rebecca daripada Eva. Sekarang dia mendapat dorongan dan dukungan dari Victoria membuat Rebecca tersenyum puas pada Eva.Berita itu meledak di antara para jurnalis. Kisah ini berubah menjadi lebih memalukan daripada perceraian, dan mereka senang telah melakukan perjalanan ke kediaman Malik. Apakah Malik menggunakan pengumuman kehamilan untuk menutupi percobaan pembunuhan?Eva menyesap anggurnya seolah semua ini bukan urusannya.Rebecca tersenyum pada dirinya sendiri, "Jangan khawatir, Nek. Tidak ada yang terlalu serius. Lukaku hampir sembuh. Kata dokter aku harus kembali ke rumah sakit hanya untuk memastikan gegar otakku tidak terlalu parah, tapi tidak apa-apa. Aiden, jangan salahkan Eva. Hatiku akan hancur jika kau menceraikannya demi aku.""Eva, beraninya kamu mendorong Rebecca hingga jatuh dari tangga?" Victoria menunjuk Eva dan jarinya gemetar karena marah. Dia berharap dia bisa menyodok menembus tengkorak cucu menantu perempuannya.Abraham berdiri diam di sudut, terlalu malu untuk mengatakan apa pun.Aiden menatap mata Eva, sebelumnya wanita itu akan membeku di tempat karena terlalu malu untuk membela diri. Namun, sekarang sepertinya Eva menuduh Aiden seolah-olah pria itulah yang seharusnya malu."Well hey, siapa wanita pemberani ini?" Aiden bertanya-tanya, "Dan apa sebenarnya yang dia coba lakukan?"Eva mengerutkan kening pada Aiden. Meskipun mata kiri Rebecca diselimuti lingkaran hitam memar, Eva menjadi sombong dan lebih percaya diri sejak wanita itu tiba. Aiden segera menyadari perubahan halus pada Eva ini. Sepertinya itu provokasi terbuka. Aiden menyadari bahwa Eva pasti mengirimi Rebecca pesan misterius yang mengundangnya ke rumah. Ketertarikan dan keingintahuan menyusup ke tatapan Aiden yang penuh perhitungan d
Eva sangat marah, tapi dia merasakan sesuatu yang keras dan hangat menekan perutnya. Eva memelototinya, "Apa kau tahu seperti apa dirimu sekarang, Aiden? Kau tidak lain seperti seekor serigala."Eva sedikit sakit kepala. Kata-kata cabul yang keluar dari mulutnya sendiri sungguh berlawanan dengan sikapnya yang biasanya patuh. Dadanya berdebar secara aneh."Oh ya? Jika aku adalah serigala lalu kau adalah apa? Si tudung merah?" Aiden mengatupkan bibirnya, "Jangan lupa, Eva, bahwa kaulah yang membiusku dan memohon agar aku mencintaimu. Kaulah yang menggeliat di bawahku. Dan setelah malam yang begitu intens, bagian ini…"Aiden menelusuri ujung jarinya dari tulang selangka ke perut Eva yang mulus. Itu berarti satu hal. Eva gemetar membayangkan memiliki anak dengan Aiden dan menggelengkan kepalanya dari kanan ke kiri. Wanita itu lantas menusukkan jarinya ke dada Aiden sebagai protes, tapi pria itu menganggap gerakan itu sebagai godaan.Aiden telah memberi Eva banyak kelonggaran hari ini, men
Saat Eva membersihkan dirinya di kamar mandi, Rebecca duduk bersama Nyonya Victoria Malik di sayap timur mansion Malik yang tenang dan berselera tinggi. Kediaman Malik terdiri dari satu rumah utama yang terletak di sebidang tanah yang luas, tetapi keluarga tersebut juga memiliki belasan rumah dan kondominium lain dengan berbagai ukuran di seluruh kota. Bahkan di puncak kekuasaan dan prestise mereka, kediaman keluarga Jonas tidak berukuran setengah dari rumah Malik.Sejak keluarga Jonas mulai kehilangan uang dan ketenaran, Rebecca bertanggung jawab untuk memulihkan reputasi keluarganya. Cara termudah untuk melakukannya adalah menikah dan tidak ada kandidat yang lebih baik selain daripada Aiden. Aliansi dengan keluarga Malik akan lebih dari sekadar memulihkan status keluarga Jonas, itu akan mengangkat mereka ke posisi yang baru.Seharusnya tidak begitu sulit. Rebecca tumbuh bersama Aiden dan semua orang berharap mereka berdua menikah. Eva muncul entah dari mana, dan pernikahannya dengan
Di kamar mandi yang beruap, Aiden dengan sedikit bertenaga menggosokkan waslap ke seluruh tubuhnya. Keterlaluan! Aiden tidak percaya bahwa Eva telah muntah di tubuhnya. Apakah mencium Aiden sebegitu menjijikkannya bagi Eva? Pikiran itu membuat Aiden terbakar amarah.Aiden menyesuaikan tekanan air hingga air menetes ke kulit perunggunya. Air itu mengalir ke perutnya yang kokoh, menonjolkan otot-otot tubuhnya yang seksi. Dia keluar dari kamar mandi dan mengeringkan rambutnya dengan handuk lalu mengenakan jubah gelap dan mengikatnya secara longgar di pinggang.Pelayan telah membersihkan kamar saat dia sedang mandi dan sepertinya mereka telah melakukan pekerjaan dengan baik. Lampu mati, tetapi lilin aromaterapi menyala dan berkedip penuh semangat di kandil di lemari kayu berukir. Cahaya redup menciptakan suasana romantis.Seorang wanita dengan tubuh sempurna sedang berbaring di tempat tidur membelakangi Aiden. Selimut putih tebal meluncur dengan menggoda dari bahunya, memperlihatkan pungg
Pelayan itu memalingkan muka dari Aiden dengan tergesa-gesa. Dia bingung dan malu. Semua orang mengatakan bahwa Aiden diam-diam menginginkan Rebecca, sekarang berkat rencana Nyonya Eva Malik, Nona Rebecca Jonas berbaring telanjang di tempat tidur Aiden. Pelayan itu merasa, tidak masuk akal bagi Aiden untuk marah seperti itu. Bukankah situasinya tidak memalukan—normal bagi pria sekuat Aiden untuk memiliki beberapa wanita simpanan. Yah, begitulah yang pelayan itu pikirkan.Tampilan Aiden menusuk dan suram. Dia melirik lilin di seberang ruangan. Api biru gelapnya masih berkelap-kelip. Dia berjalan mendekat, mengambilnya dan membawanya ke hidungnya. Dia menghirup dengan cepat."Minta Dokter Walker datang ke sini," perintahnya.Pelayan pertama memanggil Dokter Benjamin Walker dan yang lainnya masuk untuk membantu Rebecca berpakaian.Dokter Benjamin Walker datang dengan cepat. Dia memeriksa Rebecca terlebih dahulu. Meskipun dia berpakaian, wajahnya masih merah dan dia mengeluh bahwa dia kepa
Sebuah mobil BMW berwarna putih berhenti di tempat parkir St. Lewis. Mobil itu terlalu mencolok untuk sebuah rumah sakit.Bertindak seperti seorang pria sejati, Dokter Sebastian Lewis membuka pintu mobil dan membantu Eva keluar dari kendaraan. Dia mengulurkan tangan agar Eva bisa meletakkan tangan sembari memberinya tatapan penuh simpati.Eva telah berganti pakaian menjadi gaun abu-abu konservatif sebelum meninggalkan rumah, tetapi dia telah memotong sebagian kerahnya untuk memperlihatkan bahunya yang seksi. Kain putih dari kerah itu sekarang melilit pinggangnya sebagai ikat pinggang. Pakaiannya unik dan kreatif, dan Sebastian mau tidak mau menyadari bahwa itu berbeda dari pakaian biasanya.Pria itu tersenyum sopan dan menatap Eva dalam-dalam. Matanya jernih, tetapi tidak terbaca pada saat bersamaan."Kau sangat berbeda sekarang, Eva," dia mengamati."Kau tahu tidak kalau pujianmu itu membuatku merasa seperti kembali dari kematian," jawab Eva."Benarkah? Aku tidak tahu itu," kata Sebas
Eva bersandar pada Sebastian saat dia mencoba mendapatkan kembali keseimbangannya.Mungkinkah Aiden? Mungkinkah itu Aiden? Dia bertanya-tanya. Apakah Aiden mencoba membunuhnya agar pria itu bisa menikahi gadis impiannya?Eva menggelengkan kepalanya lagi. Itu masih tidak masuk akal. Jika Aiden ingin menyingkirkannya, mengapa dia merusak pengumuman perceraian Eva dengan rencana kehamilannya?Imajinasi Eva menjadi liar, kecurigaannya mulai terdengar seperti plot drama Korea.Sebenarnya Aiden bisa menjadi agen ganda yang sempurna. Pria itu bisa dengan mudahnya sukses sebagai aktor karena Aiden sangat pandai berbohong dan berpura-pura. Memikirkan itu, raut wajah Eva menjadi masam."Apa yang salah?" Sebastian bertanya, "Kau terlihat kacau. Apakah kau sudah minum obat?" Telapak tangan Sebastian yang besar menyentuh dahi Eva dan kamera berbunyi pelan di latar belakang."Bisakah aku mendapatkan pil pencegah kehamilan di sini?" Eva bertanya dengan nada sedih."Tidak. Kau tidak bisa mendapatkanny
"Apa kau ingin obat itu untuk berjaga-jaga kalau pria itu tidak tahan untuk menyentuhmu?" tanya Sebastian.Eva tidak dapat menyangkal bahwa dia sengaja membuat Aiden kesal dalam upaya membujuk pria itu untuk menceraikannya. Tapi itu tidak berhasil seperti yang Eva rencanakan.Percakapan sepertinya menjadi terlalu berat, jadi Eva bercanda, "Ya, itu sulit, Sebastian, karena kau tahu aku sangat cantik."Eva tersenyum dengan mata birunya yang indah membuat Sebastian merasa hatinya bergetar. Bagaimana mungkin dia bisa menolak pesona wanita di hadapannya ini?Eva mengubah topik pembicaraan kembali ke pil kontrasepsi, "Pil ini bekerja hingga 48 jam setelahnya, kan?"Sebastian masih tenggelam dalam keterpesonaan. Begitu sadar ia berdehem dan mengangguk. "Ya," sahutnya kemudian."Kalau begitu, aku mau pil ini beberapa lagi untuk berjaga-jaga."Satu per satu, dengan hati-hati Sebastian memasukkan pil ke dalam wadah kaca dan menyerahkannya pada Eva tanpa satupun pertanyaan.Sebastian tahu apa yan
Bandara terlihat ramai, tapi itu tidak membuat seorang gadis dengan tubuh model berjalan dengan angkuh sembari menarik tas kopernya.Di area penjemputan penumpang, mata gadis itu menatap sekeliling dimana ada banyak orang yang berdiri untuk menunggu kerabat, teman atapun rekan. Sampai akhirnya dia mendengar teriakan itu disertai lambaian tangan dari seorang yang ia kenali."Rebecca!" panggil Rachel sembari mengangkat selembar karton bertuliskan namanya.Rebecca segera menghampiri Rachel, keduanya saling berpelukan, "Apa kabar?" tanya Rachel pada Rebecca, "Lama kita tidak bertemu, kau semakin cantik saja adikku.""Kakak," seru Rebecca rasanya ia ingin menangis karena sudah lama tidak bertemu dengan saudarinya itu, "Aku merindukanmu.""Sama. Ayo, kita ke apartemenku. Kau bisa menginap di sana.""Ngomong-ngomong, mana pacarmu katanya kau sudah punya pacar," tukas Rebecca sembari melihat kesana kemari."Ah, dia sedang bekerja dan tidak bisa ikut menjemputmu. Aku akan mengenalkanmu padanya
"Aduh, sudah-sudah. Cucu kita hanya ingin berbulan madu saja. Biarkan saja." Alaric menengahi, "Minum saja tehmu, Victoria."Aiden bergerak sigap mengambil cangkir teh Victoria lalu menyodorkannya ke wanita tua itu. Wanita tua itu mau tak mau tersenyum, "Kau ini, cucu nakal, mana ada bulan madu selama ini. Bilang saja kalau ini hanya akal-akalanmu untuk menolak kembali. Ya, kan?"Mendengar itu Aiden hanya tertawa saja.Beberapa waktu kemudian, keduanya lantas pulang dengan membawa banyak buah tangan. Alaric melambaikan tangan sedangkan Victoria berbalik masuk ke dalam mansion.---Alfred melihat adiknya yang sedang melakukan terapi. Sudah beberapa lama ini dia mengambil cuti karena hendak menemani adiknya menjalani terapi dan proses kesembuhan.Aiden telah memiliki bisnisnya sendiri dalam bidang pengiriman, meski tidak sebesar Malik Group tapi, meskipun begitu, hal tersebut tidak menghalangi Aiden dalam membiayai semua perawatan adik Alfred hingga hampir sembuh seperti ini.Alfred hany
"Halo!" ucap Aiden ketika menerima panggilan masuk tersebut. Dia sekarang berada di balkon dimana langit malam menjadi panoramanya..Terdengar deheman dari seberang sana sebelum kemudian suara familiar orang tua itu menyapa telinganya."Aiden ... ""Ya, kakek ...""Kapan kau kembali ke mansion Malik?" Pertanyaan itu membuat Aiden terdiam. Ini bukan kali pertama Alaric Malik menghubunginya dan memintanya kembali, "Bagaimana mungkin kau pergi di saat aku menyuruhmu pergi. Aku ini orang tua, sesekali marah adalah hal yang wajar. Kenapa kau harus mengambil hati hal tersebut. Kembalilah ke Mansion Malik. Nenekmu sangat merindukanmu. Sudah berapa lama kau tidak pulang?"Aiden menyandar ke dinding balkon sembari mendongak ke langit, "Maafkan aku, Kek. Bukan aku durhaka dan tidak peduli dengan kerinduanmu. Tapi, yang kalian inginkan untuk kembali ke mansion Malik hanyalah Aiden. Eva adalah istriku. Aku dan dia adalah satu kesatuan."Alaric terdiam beberapa saat, "Jika memang itu yang kau ingin
Eva membuka pintu dan mendapati Sebastian Lewis berdiri di sana."Siapa, sayang?" tanya Aiden sembari menghampiri Eva yang terpaku di depan pintu."Halo, Eva, Aiden!" sapa Sebastian ramah seolah sebelumnya mereka tidak pernah berselisih dan tanpa masalah, "Boleh aku masuk?"Eva yang tersadar bermaksud untuk mempersilahkan Sebastian masuk namun, belum sempat Eva melakukannya Aiden telah lebih dulu mengambil alih dengan melangkah maju dan menjawab, "Tidak!" sembari tersenyum.Sebastian yang telah menduga itu balas tersenyum, "Baiklah kalau begitu," katanya. Dia pura-pura hendak membalikkan tubuh lalu tanpa disangka ketika Aiden lengah dia bergerak maju dengan melewati bawah lengan Aiden yang terentang di pintu."Terima kasih telah mempersilahkan aku masuk, Malik!" ucap Sebastian kalem, dia lantas beralih duduk di sofa.Aiden yang melihat itu menghampiri Sebastian sembari mendesis, "Tidak ada yang mempersilahkanmu masuk, lalu siapa juga yang menyuruhmu duduk di sofa itu," sergah Aiden.Ev
Tanpa sadar, Eva tersentak saat Aiden berdiri lalu dengan lembut menggigit puting payudaranya dengan gemas."Aiden ... aku ..." Namun, seolah teringat sesuatu, setelah itu Aiden tidak melakukan apapun. Dia diam membuat Eva bertanya-tanya ada apa gerangan."Aiden, ada apa?" tanya Eva, dia beralih duduk di hadapan pria itu. Aiden menarik selimut lalu menutupi sebagian tubuh Eva yang terbuka dan tubuhnya sendiri. Ada apa ini? "Aku teringat kalau aku belum mendapatkan maaf yang semestinya darimu atas pemaksaan yang kulakukan padamu waktu itu, Eva." Terakhir kali Aiden mengatakannya, Eva sedang mabuk dan Aiden merasa permasalahan itu belum tuntas. Itu terasa mengganjal di hatinya. Aiden kini beralih duduk di tepi ranjang dengan kaki menyentuh lantai. "Aku memang suamimu, tapi, saat itu, aku sudah berlaku kasar dengan melakukannnya tanpa persetujuan darimu. Aku merasa telah melakukan kesalahan yang membuatmu ...""Aiden," Eva meraih bahu Aiden. Membuat tatapan mereka kembali bertemu, "Janga
Sepanjang jalan dari ruangan duduk sampai ke kamar kedua pakaian mereka berserakan. Eva meremas rambut Aiden saat pria itu menciumnya dengan penuh gairah.Hasrat keduanya begitu menggebu-gebu hingga terasa seolah akan meledak. Dengan bunyi gedebuk, pintu kamar tertutup di belakang mereka. Bibir mereka beradu dalam pelukan penuh gairah. Tangan Aiden dengan lembut memeluk leher Eva saat mulut mereka bertemu, keduanya mendambakan momen ini. Jarak ke tempat tidur mungkin tidak terlalu jauh, namun cobaan yang mereka alami sejak kecelakaan itu membuat ciuman ini terasa seperti hadiah yang telah lama ditunggu-tunggu.Eva terengah-engah ketika Aiden separuh mengangkat tubuhnya, dia melingkarkan lengannya di leher Aiden. Perbedaan tinggi badan mereka membuat dia harus memiringkan kepalanya sedikit ke atas.Aiden dengan lembut menggigit bibir Eva, lidahnya secara alami menyelinap di antara keduanya. Gesekan basah dan sensual di antara bibir mereka menciptakan suara lembab dan memikat yang memen
Ruangan itu cukup besar meski tidak sebesar ruangan-ruangan di mansion Malik. Sudah beberapa minggu ini, Eva tinggal di penthouse ini bersama Aiden.Sesekali Eva memainkan piano yang berada di salah satu sudut ruangan dimana jendela kaca besar berada. Dari kaca jendela besar itu pemandangan kota dapat terlihat dengan jelas. Intensitas cahayanya di malam hari dan siang hari.Awalnya Eva begitu terkejut ketika saat itu Aiden menggenggam tangannya. Pria itu lebih memilih Eva ketika Alaric yang murka akibat kecelakaan yang menimpa mereka menyuruh keduanya bercerai."Aiden adalah pewarisku. Pewaris Malik. Bisa-bisanya dia membahayakan nyawanya untukmu, Eva. Aku tidak bisa menerima ini. Segera bercerai dengan Aiden. Aku akan memberikan kompensasi yang sesuai untukmu." Itu adalah ultimatum yang diucapkan oleh Alaric.Tepat saat itu Aiden masuk."Eva adalah istriku, Kek. Sudah sepatutnya seorang suami melindungi istri," jawab Aiden, dia meraih tangan Eva lalu menyatukan kedua jemari mereka."B
Mata dan jari Eva perlahan menelusuri kulit Aiden."Bagaimana lukamu, Aiden?" tanya Eva, dia bertanya dengan tulus dan benar-benar mengkhawatirkan suaminya itu.Mendengar pertanyaan yang sarat dengan kekhawatiran itu membuat Aiden berbalik menghadap Eva, sebuah senyum terulas di bibirnya."Apa kau mengkhawatirkanku, Eva?" tanyanya."Ya," jawab Eva dengan mimik wajah serius, membuat Aiden terhenyak sejenak sebelum kemudian menggelengkan kepala."Lama-lama aku bisa terbiasa dengan kekhawatiran dan kepedulianmu kepadaku, Eva," cetus Aiden, "Rasanya kita seperti pasangan suami istri sungguhan."Eva mengalungkan kedua lengannya di leher Aiden, "Kalau begitu biasakanlah, Aiden," Dia menatap kedua bola mata pria itu, "Bukankah itu yang kau dan aku inginkan? Menjadi pasangan suami istri sungguhan? Atau jangan-jangan sekarang kau berubah pikiran lagi, Aiden?"Aiden tak menyangka dengan penuturan Eva, "Sejujurnya aku yang mengira kau yang akan berubah pikiran, Eva. Setelah pertemuanmu dengan Dok
Lalu, tatapan Aiden beralih ke Rebecca yang berdiri di belakang Victoria. Rebecca yang menyadari hal tersebut buru-buru menghampiri Aiden lalu memeluknya tanpa mempertimbangkan perasaan Eva. Aiden meringis ketika merasakan sentuhan Rebecca mengenai luka di punggungnya. Eva yang melihat ringisan Aiden buru-buru menarik lepas lengan Rebecca dari suaminya.Menyadari itu, Aiden merasa takjub. Dia senang Eva peduli padanya tidak seperti dulu yang tidak peduli dan bahkan melemparkan Aiden pada wanita lain. Hatinya menjadi 'sangat ringan'."Aiden, syukurlah kau selamat. Huhu, aku benar-benar takut sewaktu mendengar kabar dari Nyonya Victoria tentang dirimu," Rebecca tebal muka dan mengabaikan tindakan Eva. Dia memberikan efek sedih dengan tangisannya. Tapi, Eva dan Aiden mana percaya lagi."Itu benar, Aiden. Rebecca sangat khawatir padamu. Dia bahkan menangis semalam." Victoria menambahkan, Rebecca di sebelahnya mengangguk mengiyakan."Lihat nih, mataku bengkak karena semalaman menangis meng