"Apa kau sudah gila, Aiden?!" Eva berteriak.Secara spontan, Eva menarik jarum keluar dari dada Aiden. Betapa naifnya Eva berpikir kalau dia bisa melawan iblis yang begitu kejam! Aiden menyeringai pada Eva lalu menggigit bahu wanita itu dengan kekuatan yang tidak berlebihan."Bukankah sudah kukatakan kalau aku akan menghukummu, Eva. Aku hanya seorang pria yang memegang kata-kata," katanya. Angin sepoi-sepoi dari jendela menyalakan kembali karpet yang membara hingga nyala api mulai berkedip lagi.Seluruh tubuh Eva sakit dan gemetar. "Apa yang harus kulakukan untuk menghukummu, Eva?" Aiden bertanya pada tulang selangka wanita itu. Rasa bibir Aiden di kulit Eva serta efek luar biasa dari lilin yang tumpah membuat tubuh Eva melembut pada Aiden. Suara rendah pria itu seperti mantra yang menyihirnya, rasanya mustahil untuk bergerak. Aiden melemparkan selimut ke atas karpet untuk memadamkan api, lalu memberi tatapan pada tubuh istrinya.Tidak berdaya untuk mendorong Aiden menjauh, Eva merasa
Sebastian bisa mendengar kepanikan dalam suara Eva dan itu membuatnya cemas. Dia ingin segera membantu wanita itu."A … aku menusukkan jarum yang ada di dalam cincin itu ke jantung Aiden." Eva menjawab."Apakah kau sudah memeriksa Aiden? Apa dia masih bernapas atau tidak?" tanya Sebastian.Eva ingin mengutuk dirinya sendiri. Dalam keadaan panik, dia bahkan tidak berpikir untuk memeriksa napas Aiden. Dada pria itu terlihat tidak bergerak sehingga Eva meletakkan dua jari tangannya di depan hidung Aiden. Pria itu bernafas, tapi samar. Eva mendesah lega."Dia bernapas, tapi hanya sedikit.""Tidak apa-apa," kata Sebastian, "Dia mungkin saja shock. Jarum itu sepertinya mengenai bagian saraf. Apakah kau memerlukanku untuk datang ke sana, Eva?""Terima kasih, Sebastian. Tapi tidak, aku akan menelepon dokter Walker saja. Kau sudah sangat membantu.""Baiklah kalau begitu."Ketika Dokter Walker tiba, dia menarik Aiden dari Eva dan membalikkannya ke punggungnya."Jantungnya baik-baik saja, tapi di
Eva ingin mengoreksi Benjamin, tapi dia terlalu malu. Lagipula harus mulai dari mana memberitahu hal ini pada Benjamin.Pria itu mulai berbicara lagi, "Nyonya Eva, Anda perlu minum obat setelah menghirup borrachero sebanyak ini. Obat yang kuberikan ini akan menenangkan sistem dalam tubuh Anda dalam rentang waktu satu jam, tetapi jika Anda ingin obatnya bekerja lebih cepat Anda dapat berendam dalam air dingin.""Baiklah. Terima kasih, Benjamin."Dengan penuh rasa syukur Eva meminum obat yang diberikan Benjamin. Dia memanggil Alfred untuk merawat Aiden lalu kembali ke kamarnya. Terlepas dari pengobatan Benjamin, Eva merasa lemah, tubuhnya tenggelam dalam bak mandi berisi air dingin. Berendam dalam air sedingin es, Eva merasakan darahnya yang gelisah menjadi tenang.Dia merenungkan hari itu. Tindakannya yang berisiko hanya akan membuat Aiden semakin kesal. Bahkan pengamat yang paling tidak tahu apa-apa pun dapat melihat bahwa pria itu membencinya. Ya kan?! Jadi, bukankah seharusnya mudah
Aiden terbangun dengan sakit kepala hebat."Tuan Aiden, Anda sudah bangun!" Alfred berkata sembari menawarkan diri untuk membantu Aiden bangun dari tempat tidur."Mundurlah, Alfred," geram Aiden, dia menoleh ke kiri dan ke kanan, "Dimana Eva?""Nyonya Eva menyuruhku untuk menjaga Anda, setelah itu beliau pergi."Aiden mengulurkan tangan hendak mengusap wajah, tapi, seketika ia tersadar kalau pelipisnya terluka, "Kemana dia pergi?" Dia bertanya sebagai gantinya.Aiden tidak percaya setelah Eva menusuknya dengan jarum, istrinya itu bahkan tidak repot-repot untuk merawatnya. Jangankan merawat, menungguinya saja tidak. Bagaimana Aiden tidak kesal. Eva justru melarikan diri. Sepertinya Eva sangat pandai menghilang akhir-akhir ini."Tadi Dokter Walker berkata kalau Nyonya Eva kembali ke kamarnya untuk mandi air dingin setelah meminum obat," Alfred berkata, "Saya juga sudah meminta seorang pelayan untuk mengawasi Nyonya Eva."Oh ternyata istriku berada di kamarnya! Sebuah senyum samar terceta
Aiden tentu saja marah begitu mendengar laporan yang baru saja disampaikan oleh Alfred, "Beraninya Eva bertemu dengan Sebastian lagi."Alfred menatap lantai, ia merasa khawatir sekaligus takut jika entah bagaimana Aiden mungkin akan menemukan cara dalam menyalahkan dirinya atas tindakan Eva yang tidak patuh.Selama bertahun-tahun, Alfred dapat mempertahankan posisinya karena reputasi Alfred yang dikenal selalu berhasil melaksanakan perintah Aiden.Tapi, kini tampaknya kondisinya sungguh tidak baik bagi Alfred karena fakta kalau Alfred membutuhkan waktu yang lama dalam menemukan identitas pria misterius yang sering ditelepon dan ditemui oleh Eva menjadi nilai minus bagi Alfred."Katakan pada perawat untuk memberikan pesan kepada Eva," Aiden berkata, "Katakan pada istriku jika dia tidak menjawab panggilan telepon dariku ketika aku meneleponnya, aku akan memikirkan seribu satu cara yang berbeda dan menyakitkan dalam mencabut tabung pernapasan pengasuhnya."Alfred mengangguk cepat, "Baik,
"Nyonya Eva Malik, panggilan ini untukmu."Karena tergesa-gesa, perawat itu terpeleset di tangga dan jatuh ke tanah. Sebastian dan Eva melangkah maju untuk membantunya berdiri. Kepala perawat itu tersipu dan menatap penuh syukur."Terima kasih, Dokter Sebastian dan Nyonya Eva. Oh ya, Nyonya Eva, Tuan Aiden berkata bahwa jika Anda menolak untuk berbicara dengannya di ponsel, dia akan mencabut tabung pernapasan pengasuh Anda," Kepala perawat itu berkata.Eva meringis dan menggertakkan gigi. Rupanya iblis itu telah terbangun. Kenapa dia tidak sekalian mati saja? pikirnya pahit.Dengan enggan Eva mengambil ponsel yang disodorkan. Segera dia melihat wajah Aiden yang terpahat sempurna muncul di layar. Meski hanya lewat video call, tapi, aura pria itu masih terlihat mengancam."Siapa orang yang akan kau layani dengan pakaian pelayan itu?" Aiden bertanya dengan nada mengejek.Dia berdiri di depan aquarium ikan persegi panjang besar yang berisi spesies ikan langka. Mesin oksigen meniupkan gelem
"Apa sih yang kau lakukan di rumah sakit, Eva?" cibir Aiden."Sama seperti tujuan semua orang saat ke rumah sakit, Aiden, tentu saja untuk menemui dokter," jawabnya, "Memangnya apa lagi yang bisa kulakukan?""Dokter Sebastian Lewis?" Aiden bersuara karena dia merasa kesal melihat mereka berdua main kode-kodean saat dirinya sedang menelepon."Ya?" tanya Sebastian."Aku berbicara dengan istriku. Eva aku ingin kau sudah berada di rumah ini dalam waktu kurang dari dua puluh lima menit," kata Aiden.Di layar, Aiden terlihat dengan santainya melemparkan makanan ikan ke dalam tangki. Ikan berenang ke permukaan dan melahap makanan. Eva seolah bisa mendengar nada mengancam dalam tindakan itu: Tunggu dan lihat apa yang akan kulakukan padamu nanti. Eva mengakhiri panggilan video, dia tidak tahan dengan Aiden.Eva mengembalikan ponsel ke kepala perawat saat lusinan mobil sport hitam berhenti di depan rumah sakit. Eva berpura-pura tidak peduli, tapi dia tahu dia harus segera pergi."Apakah mereka
Kalah dalam jumlah dan lemah karena afrodisiak apalagi ditambah Eva juga habis mandi air dingin, membuat Eva pasrah dan membiarkan mereka membawanya.Pelayan-pelayan itu menyeretnya melewati lorong rumah lalu masuk ke ruangan dimana seorang Victoria Malik telah duduk menunggu dengan angkuh. Di belakangnya berdiri Rebecca Jonas.Seorang pelayan mendorong Eva dari belakang, membuatnya jatuh berlutut di kaki Victoria Malik. Karpet wol berpola rumit namun, berselera tinggi bergesekan dengan kakinya yang telanjang.Eva berbalik lalu menatap tajam ke arah Adriana Thompson. Victoria Malik bermaksud mendisiplinkan Eva. Sebagai asisten Victoria, Adriana, selalu sangat ingin membantu Victoria dalam menghukum Eva. "Nyonya Victoria, Nona Jonas, Nyonya Eva telah berada di sini," Adriana mengumumkan."Ambil rotan pemukul."Tali yang diikat erat di lengan mencegah Eva melepaskan diri. Dikalahkan, dia berhenti berjuang dan berlutut di lantai."Aku tidak tahu kalau Anda sangat menyukaiku, Nyonya Victor