Lama Jessica mencerna apa yang menjadi permintaan Mommy Bos, sebutan dari beberapa rekan kerja apabila bertemu dengan perempuan cantik dan elegan itu pada acara kantor.
“Jadi, kamu mau ‘kan bantuin tante, Jess?” tanya perempuan yang menjadi idola karyawan di antara putri-putri keluarga Morgand karena pembawaannya yang ramah itu dengan tatapan penuh permohonan pada Jessica.
“Ah, i-iya. Jessica akan pikir-pikir lagi, Tante,” sahut Jessica sambil meringis canggung.
“Jessika bisa cerita-cerita kebaikan hati dan sikap Daniel, pasti akan banyak yang percaya. Bukankah Jessica sudah bekerja selama hampir enam tahun, ‘kan? Pasti itu menambah penilaian terhadap Daniel menjadi lebih positif di mata perempuan.” Debby memandang Jessica penuh harap.
“Tapi, Tante. Apa pak Daniel setuju? Kalau dia memaki-maki saya bagaimana?” tanya Jessica memasang wajah cemas, seketika pikirannya berubah menjadi takut dengan reaksi pria itu terhadap rencana sang Mommy Boss.
“Tante bakal bayar mahal jasa kamu, Jessica. Pokoknya, setiap kamu bisa bawa Daniel ke acara kencan buta yang tante atur, nanti akan tante hitung sebagai bonus,” ucap Debby sangat antusias. Dia percaya Jessica akan melakukan segala cara untuk mendapatkan uang itu.
“Masalahnya saya akan resign bulan depan, Tante,” ucap Jessica memandang sendu
“Hah, kenapa?” Debby mendadak tegang.
Mommy Boss merasa harapannya untuk menyelamatkan aset akan gagal, mengingat satu-satunya orang yang dipercayai Daniel selama ini hanyalah Jessica. Dia sendiri saja tidak pernah diberikan akses ke semua rumah dan apartemen pribadi putranya, tidak sama halnya seperti Jessica.
“Saya ingin menikmati hidup saya setelah semua cicilan utang dan mobil saya lunas, Tante.”
“Yah, tante jadi sedih. Tapi, Tante akan membayar mahal kalau kamu berhasil mempertemukan Daniel dengan seorang wanita yang tulus mau menikah dengannya. Hidup Tante akan hancur kalau dalam kurun waktu seratus hari, Daniel belum juga menikah,” ujarnya sendu.
“Tapi, saya sudah memutuskan untuk mengajukan resign bulan depan, Tante,” jawab Jessica mencoba untuk tidak termakan bujuk rayu lagi seperti yang dilakukan Daniel selama ini dengan penawaran kenaikan gaji.
“Aku rasa ini bukan pertama kalinya kamu berniat ingin mengundurkan diri, ‘kan?” lontar Debby tiba-tiba memikirkan ide lain untuk menarik perhatian Jessica.
“Iya, Tante. Ini percobaan yang keempat kalinya kalau tidak salah,” jawab Jessica menunduk malu. Bibirnya seketika meringis senyum.
Siapa pun pasti akan meledek kalau dia mulai merencanakan pengunduran diri, sedangkan setiap mendapatkan tawaran kenaikan gaji, Jessica dengan sukarela menarik kembali surat pengunduran itu dari kepala personalia. Gadis itu pun dibuat mati kutu di hadapan Debby.
“Aku rasa Daniel tidak akan menyetujuinya lagi,” komentar Debby menahan diri agar tidak tersenyum. Sikapnya yang tenang mampu membuat lawan bicaranya selalu salah tingkah.
Jessica meneguk ludah kering. Apa yang disampaikan sang Mommy Boss memang benar. Pria itu sangat sulit untuk menerima segala alasan yang dia buat kenapa ingin berhenti bekerja. Kenaikan gaji dua kali lipat dari sesama sekretaris di divisi lain telah diberikan, Daniel merasa Jessica tidak selayaknya mencampakkan perusahaan yang telah menghargai pekerjaannya. Sindiran yang mampu membuat Jessica lagi-lagi mati kutu.
“Tapi kali ini saya serius, Tante. Tabungan saya sudah lumayan untuk membeli rumah kecil di pinggiran kota. Utang ibu tiri saya juga sudah hampir lunas tinggal membayar bulan ini saja, dan juga angsuran mobil saya tinggal bulan depan,” ungkap Jessica dengan tatapan penegasan akan keputusannya.
“Ok, tante paham. Tapi, kalau seandainya tante membalas jasamu selagi menunggu Daniel mendapatkan sekretaris baru dan menyetujui surat pengunduran diri yang kamu ajukan dengan harga sebuah Villa mewah yang ada di Pulau Dalam, bagaimana? Apa kira-kira Jessica tidak merasa tertarik?” tawar Debby dengan sikap yang sangat elegan.
Sekali lagi, kemampuan perempuan itu dalam melobi diakui Jessica sama persis dengan sang putra, Daniel. Jessica dibuat bingung dalam menjawab. Dalam satu sisi, penawaran itu sangat menggiurkan. Namun, berurusan dengan Daniel lagi rasanya sudah sangat melelahkan. Jessica menghela napas sambil memandang ke arah lain.
“Tante berasal dari daerah kepulauan terpencil, Jessie. Sebuah pulau eksotis yang dijuluki sebagai salah satu surga dunia oleh beberapa turis asing. Apa kamu tahu daerah Kepulauan Riau?” tanya Debby mencoba untuk mendapat simpati dari sang sekretaris andalan putranya.
Debby tahu. Naluri seorang ibu, Daniel melihat Jessica memiliki motivasi yang tinggi dalam hidup sehingga dalam tekanan apa pun, gadis itu kuat menghadapinya. Menjadikan Jessica sebagai tangan kanan untuk mengawasi Daniel tentu akan sangat membantu dan menguntungkan.
“Oh, iya saya tahu, Tante,” jawab Jessica sedikit bingung karena tidak tahu apa yang sebenarnya ingin disampaikan perempuan pemilik tinggi badan semampai itu padanya.
“Aku punya dua Villa yang ada di Pulau Dalam. Setiap tahun aku pasti akan pulang ke sana karena keluarga besarku tinggal di daerah itu. Aku akan mengirimkan gambarnya padamu, sebentar!” ucap Debby menunjukkan wajah antusias. Dia tidak akan menyerah begitu saja untuk mendapatkan kesepakatan dengan Jessica.
Jessica mengangguk pelan. Matanya kini tertuju pada ponselnya yang berdering. Benar saja, tanpa diduga Mommy Bos benar-benar mengirimkan beberapa foto padanya. Jessica langsung dibuat takjub dengan kemewahan yang ditawarkan.
“Bangunan Villa dengan cat dominan warna biru, apa kira-kira Jessica suka?” tanya Debby sambil tersenyum saat memandang Jessica yang menunjukkan kekaguman.
“I-iya, suka. Tapi, kenapa Tante menunjukkan pada Jessie. Apa ini rumah tinggal Tante selama ada di Pulau Dalam?” tanya Jessica balik, dia sama sekali belum mengerti.
“Villa itu yang ingin tante tawarkan padamu. Sebagai bonus apabila kamu bersedia menjalin kerjasama dengan tante untuk mengatur acara kencan buta demi mendapatkan istri untuk Daniel dalam kurun waktu seratus hari. Bagaimana? Aku harap Jessica akan menerima tawaran tante selagi menunggu persetujuan tanda tangan atas pengajuan resign yang belum tentu disetujui Daniel.”
Jessica lagi-lagi menatap wajah Debby dan gambar yang ada di ponselnya dengan tenggorokan tercekat. Bagaimana mungkin dia dihadapkan pada pilihan yang sama beratnya. Menolak tawaran dengan imbalan Villa semewah itu tentu saja sebuah kebodohan. Namun, lagi-lagi membayangkan bagaimana menyebalkannya Daniel membuat bulu kuduk berdiri. Jessica menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
“Tante akan jadi tetangga kamu loh, Jess. Kita akan sama-sama menikmati keindahan pantai tersembunyi tanpa gangguan Daniel. Tentu saja kalau anak bandel itu menikah dan hidup bersama istrinya. Semua aset warisan bisa tetap terjaga atas nama Morgand dan tentu kamu tidak lagi jadi sekretaris Daniel karena sudah punya tempat tinggal yang nyaman. Ehm, bagaimana menurutmu, bukankah ini skenario yang sangat sempurna?” goda Debby seraya memberikan kerlingan mata pada Jessica.
Jessica lagi-lagi hanya bisa meringis. Dia merasa berada di dalam persimpangan. Penawaran yang sangat menarik, luar biasa dan jelas kesempatan seperti ini tidak akan datang dua kali. Namun, bagaimana cara mengatur Daniel sementara mendebat pria itu saja rasanya sudah seperti sedang berhadapan dengan malaikat maut. Jessica menggeleng tanpa sadar.
“No! Harusnya kamu mengangguk, Jessie. Kenapa malah menggeleng? Ah, selera makanku jadi hilang gara-gara kamu,” keluh Debby sambil merengut.
“Bukan begitu, Tante. Maaf,” sahut Jessica menjadi serba salah.
“Jadi, itu artinya kamu setuju, ‘kan? Jessie, ayolah bantu tante. Nasib perusahaan Morgand Company ada di tanganmu, Sayang,” rayu Debby dengan tatapan mata penuh harap.
Jessica dibuat canggung. Beberapa pasang mata menatap ke arahnya. Karena tidak mau Mommy Boss semakin mengeluarkan jurus-jurus rayuan yang lain, akhirnya Jessica pun mengangguk menyetujui tanpa suara. Banyangan Daniel yang galak dan ketus menari-nari di dalam kepalanya.
“Jessie, demi Villa nyaman itu, kamu pasti bisa,” batin Jessica menyemangati diri sendiri.
Keinginan tinggal di rumah sendiri setelah berhenti bekerja dan tidak lagi mengurusi keperluan ibu tiri bersama adik yang telah ditinggal meninggal ayahnya pun kian menaikkan motivasinya untuk menyetujui penawaran Debby.
“Baiklah, saya setuju. Saya akan mengatur pertemuan dengan cara apa pun wanita yang Tante sodorkan atau pun nanti saya kenalkan dari rekan bisnis pak Daniel. Tapi, sebagai gantinya, saya meminta Tante untuk melunasi semua cicilan saya, dan membujuk pak Daniel untuk menanda tangani berkas pengunduran diri saya, karena selama ini beliau selalu menolak,” ucap Jessica memandang Debby dengan wajah sangat tegang dan serius.
“Baiklah, kita akan bekerja sama untuk ini. Kamu free, Daniel menikah, dan tante bisa menyelamatkan aset keluarga Morgand. Uh, terima kasih, Jessie. Mari kita bekerja sama demi masa depan kita berdua,” ucap Debby dengan nada girang.
“Deal, Tante,” balas Jessica seraya menjabat tangan Debby. Mereka tersenyum semringah dengan rencana tersusun di kepala masing-masing.
Bersambung...
‘Rasanya bahagia saat kebebasan itu segera kuterima. Rasanya bagaikan terbang bebas ke angkasa.’ (Jessica Greysa)
"Pagi, Jessie!“ sapa rekan kantor sesama sekretaris beda atasan pada Jessica yang baru datang.Gadis itu melirik sekilas jam tangan sambil menempelkan kartu karyawan ke sebuah mesin door access control hingga kunci pintu palang yang menjadi area pemisah—yang hanya bisa diakses karyawan dari Morgan Company bisa masuk, pun terbuka. Waktunya sempit, Bos Perfeksionis itu akan mengomel panjang lebar bila dia terlambat.”Hai, Chintya. Pagi juga,“ sapa balik Jessica sambil melangkah masuk melewati portal diikuti perempuan bernama Chintya itu dari mesin sebelahnya.”Aku dengar selentingan kabar kalau kamu bakal mengajukan surat permohonan resign lagi, ya?“ tanya Chintya sambil tersenyum tipis.Merek saat ini berdiri bersandingan, menunggu lift yang akan membawa ke lantai atas tempat berkantor. Jessica hanya membalas senyuman malas tanpa bersedia menjawab. Sudah bisa ditebak kalau perempuan yang sangat ingin menggantikan posisinya itu penasaran dengan kenaikan gaji yang akan diterimanya setela
“Bapak duluan saja,” ucap Jessica tersenyum sopan, mempersilakan Daniel untuk mengutarakan lebih dulu apa yang ingin disampaikan padanya.“Ok, ini soal malam itu. Saat aku mabuk. Astaga! Katanya Reno mengalihkan tanggung jawabnya padamu untuk mengantarku pulang, ya? Bedebah itu sangat kurang ajar,” rutuk Daniel seraya berdiri dari tempat duduk dengan dua telapak tangan mulai menelusup ke dalam saku celananya lalu berjalan mendekati meja Jessica yang kini menatapnya penuh minat.Sama seperti biasanya, Bos Daniel selalu menciptakan atensi kuat dan tidak menyukai pengabaian. Semua yang berhadapan dengannya harus fokus menyimak karena pria itu tidak akan pernah mengulang apa yang disampaikan apabila kurang jelas. Jessica hafal sifat itu bahkan sampai di luar kepala.“Jadi ... apa kamu benar-benar serius ingin mengundurkan diri?”Jessica mencelus, membulatkan bola mata tidak percaya pada apa yang ditanyakan bosnya. Kasus mabuk dan berhasil mengantarkan pulang yang seharusnya mendapat apres
“Tentu saja saya mata duitan.” Jessica tersipu, sama sekali tidak tersinggung karena memang dia tipe perempuan yang rela kerja lembur demi segepok uang dari bonus loyalitas di luar insentif gaji pokok.Namun, reputasinya sebagai perempuan yang sulit digoda, tentu saja tidak ada celah sedikitpun baginya dianggap sebagai sekretaris murahan. Gadis itu termasuk karyawan tahan godaan menjadi wanita simpanan yang sering terjadi di lingkungan perusahaan.Jessica bekerja siang dan malam untuk menebus sebagian besar utang yang dilakukan ayahnya semasa hidup bersama istri barunya untuk berfoya-foya. Semua orang yang mengenalnya pasti akan memberikan simpati pada perempuan berusia dua puluh tujuh tahun itu.Kini, ayahnya telah tiada. Namun, beban itu tidak juga menjadi ringan karena ibu tirinya masih saja bergaya hidup sosialita dengan berbagai alasan. Dia tidak mungkin langsung meninggalkan rumah itu karena masih ada adik tirinya yang harus diurus. Hubungan dengan Kim sangat baik sebagai saudar
Jessica membulatkan bola matanya, cukup kaget dengan analisa yang diberikan bosnya karena jelas itu tidak salah. Namun, Jessica tidak mungkin bicara jujur. Ia pun segera tertawa kecil sambil mengibaskan tangannya ke arah udara demi bisa menepis dugaan sang bos.“Ah, Bapak bisa saja. Saya merencanakan apa?” balasnya seraya terus berjalan mengikuti langkah Daniel agar tidak ketinggalan.“Makan malam seperti apa yang kamu impikan? Sepertinya kamu kecewa kalau tidak dilakukan malam ini,” tukas Daniel sedikit melirik ekspresi sekretaris andalannya selama enam tahun ini sambil terus saja melangkah.“Yang berkesan, mungkin,” jawab Jessica malam kikuk sendiri.Dia sedang merencanakan kencan buta antara Daniel dan seorang wanita cantik pilihan Mommy Boss, tapi kenapa rasanya malah seperti sedang merancang kencan sendiri? Membayangkan saja Jessica sudah merinding sendiri. Dia tidak berharap Daniel berpikir itu kencan antara mereka berdua, huh ... Bos dan Sekretaris? Tidak mungkin bagi Jessica
Sepanjang perjalanan Jessica hanya diam. Menatap wajah bosnya saja tidak berani. Benar 'kan apa yang dia diduga sebelumnya, bos Daniel akan memaki-makinya karena telah lancang. Tidak, bukan memaki—pikir Jessica, tetapi marah dalam diam atau menggunakan nada sarkas saat berbicara. Bukan lagi sebuah rahasia bila kisah perjalanan cinta bos Daniel tidak semulus kulit tubuhnya yang begitu terawat. Daniel ditinggalkan sang kekasih hati padahal rencana pernikahan telah mulai disusun. Perempuan cantik bernama Shofia bahkan mengumumkan pernikahan dengan pengusaha kaya raya dari Perancis setelah tiga bulan memutuskan hubungan pertunangan secara sepihak dengan Daniel. Sebagai sekretaris yang telah bekerja untuk Daniel selama enam tahun, kisah empat tahun yang lalu itu masih segar dalam ingatan Jessica. Keterpurukan yang sulit membaik—mungkin hingga saat ini. Kenyataannya Daniel masih betah hidup sendiri tanpa kekasih. Jessica mengikuti langkah Daniel, mengekor di antara para staf yang mengiku
Daniel mengamati penampilannya di depan cermin. Pakaiannya sangat pas di tubuhnya yang proporsional. Kulit putih pucat sangat terawat. Apabila Jessica bersanding dengan Daniel, mata hatinya sebagai perempuan sangat iri dengan kerapian dan kebersihan yang dimiliki sang bos. Dia merasa sangat tidak sebanding.“Atur dulu ruanganku, baru kita berangkat,” kata Daniel seraya menoleh pada meja kerjanya yang menurutnya sangat berantakan.Saat ini mereka sudah kembali dari Koy's Central. Sudah sampai di kantor pusat perusahaan Morgand Company. Jam sudah menunjukkan pukul enam sore. Beberapa karyawan yang tidak lembur dan berkepentingan juga sudah pulang.“Baik, Pak,” balas Jessica pelan.Jessica mengeluh lelah dalam hati. Perjalanan ke Koy's Central dilanjutkan ke beberapa tempat membuat kakinya seperti mau lepas. Sepatu hak tinggi yang dipakai sangat menyebalkan bagi Jessica karena membuatnya pegal-pegal. Bayangannya untuk segera pulang lalu merendam kaki dengan air hangat dicampur tetesan ai
Daniel hanya mengulas senyum selintas lalu lenyap seketika sambil berbalik badan setelah melepaskan diri dari tatapan sang sekretaris.Mata Jessica pun melotot, sedikit panik karena untuk kesekian kalinya sang bos suka sekali bertele-tele padahal jelas biasanya sangat to the points. Jessica segera berinisiatif mendekat agar bosnya lekas menjawab.“Janji apa, Pak? Saya harus apa?” Jessica sedikit mengadang langkah Daniel meskipun tidak begitu kentara karena dia segera bergeser begitu menyadari terlalu dekat dengan sang bos.“Kamu harus membantu menyeleksi perempuan yang akan menjadi temanku kencan, menemaniku menemui mereka karena jelas kamu tahu aku ini sangat sulit untuk beramah-tamah dengan perempuan asing dan kamu tidak boleh meninggalkan perusahaan ini sebelum mendapatkan pengganti sekretaris baru yang kompeten,” ucap Daniel dengan wajah serius kali ini.Jessica sempat termenung mendengar penyampaian Daniel, tetapi dia pun akhirnya mengangguk setuju setelah melihat wajah pria itu
Jessica dan pelayan restoran yang mengantar Daniel pun dibuat bingung tidak terkira. Di dalam sana terdapat dua orang perempuan saling berpelukan mesra dan tanpa malu menampilkan adegan ciuman. Jelas sebagai pria normal, Daniel langsung melengos jijik mendapati adegan seperti itu tepat di depan matanya. Daniel langsung menutup pintu lagi, tetapi langkahnya langsung dicegah Jessica agar tidak sampai pergi begitu saja dari sana.“Pak Daniel,” panggil Jessica setelah sadar dengan apa yang terjadi. Tangannya secara refleks langsung terulur pada lengan sang bos demi bisa menjaga agar pria itu tidak langsung pergi.“Apa-apaan ini!” decak Daniel dengan nada menahan kemarahan tidak terkira.“Pak, saatnya menghadapi dan memutuskan, bukannya marah,” kata Jessica berupaya untuk menenangkan hati sang Perfeksionis.“Menggelikan!” umpatnya seraya melayangkan tatapan tidak suka pada perempuan cantik yang kini duduk bersebelahan dengan wanita bergaya tomboy. “Jangan lagi menampakkan wajah kalian di
Jessica menyumpal kedua telinganya dengan headphone, begitu juga dengan Abby. Kedua kakak beradik beda ibu yang melahirkan itu menikmati makan malam bersama. Saling melemparkan tawa tanpa memedulikan gedoran pintu yang dilakukan Milla dari luar. Rasanya sedang malas berdebat malam-malam karena pagi harinya dia harus bekerja keras lagi demi mengumpulkan pundi-pundi uang.“Biarkan dia lelah sendiri,” bisik Jessica tersenyum manis pada Abby.“Aku rasa itu ide terbaik daripada harus mendengar kalian ribut,” balas Abby ditanggapi Jessica dengan cubitan gemas pada hidungnya. Setelah bunyi gedoran pintu menghilang, keduanya langsung membuang penutup telinga itu bersamaan diiringi tawa riang. Missi berjalan lancar.“Ibumu sudah pergi,” bisik Jessica tersenyum gemas.“Semoga dia bisa lekas tidur,” balas Abby mengangguk mengerti kalau kakaknya memang benar-benar tidak mau ribut dengan ibunya.“Hm. Kita juga setelah menghabiskan makanan ini,” sahut Jessica mulai kembali menyantap makanan dari at
Jessica meneguk ludah kering. Suasana pesta dengan berbagai hidangan mewah tersaji di hadapannya. Dengan mata kepala sendiri melihat bagaimana teman-teman ibunya menikmati secara gratis, sedangkan yang menanggung beban biaya itu dirinya.Jessica tidak menyangka. Utang yang sedianya hanya tinggal dibayarkan bulan ini ternyata diperbaharui lagi oleh sang ibu tiri demi gaya hidup mewah. Sangat tidak masuk akal bagi Jessica mengingat usianya yang sudah mencapai tiga puluh sembilan, nyatanya kedewasaan sama sekali tidak ada padanya.“Ya Tuhan. Kenapa ayah bisa bertemu dan menikah dengan perempuan gila seperti dia,” keluh Jessica sambil menghela napas.Saat ini dia sedang menunggu Abby selesai mengambil beberapa menu makanan yang diidamkannya sebelum menghancurkan dengan tongkat bisbol kesayangan almarhum ayahnya. Kesedihan Abby karena tidak diperkenankan makan makanan di dalam pesta ibunya membuat hati Jessica bagai disayat sembilu. Benar-benar ibu yang minta disadarkan dengan satu pukulan
Jessica dan pelayan restoran yang mengantar Daniel pun dibuat bingung tidak terkira. Di dalam sana terdapat dua orang perempuan saling berpelukan mesra dan tanpa malu menampilkan adegan ciuman. Jelas sebagai pria normal, Daniel langsung melengos jijik mendapati adegan seperti itu tepat di depan matanya. Daniel langsung menutup pintu lagi, tetapi langkahnya langsung dicegah Jessica agar tidak sampai pergi begitu saja dari sana.“Pak Daniel,” panggil Jessica setelah sadar dengan apa yang terjadi. Tangannya secara refleks langsung terulur pada lengan sang bos demi bisa menjaga agar pria itu tidak langsung pergi.“Apa-apaan ini!” decak Daniel dengan nada menahan kemarahan tidak terkira.“Pak, saatnya menghadapi dan memutuskan, bukannya marah,” kata Jessica berupaya untuk menenangkan hati sang Perfeksionis.“Menggelikan!” umpatnya seraya melayangkan tatapan tidak suka pada perempuan cantik yang kini duduk bersebelahan dengan wanita bergaya tomboy. “Jangan lagi menampakkan wajah kalian di
Daniel hanya mengulas senyum selintas lalu lenyap seketika sambil berbalik badan setelah melepaskan diri dari tatapan sang sekretaris.Mata Jessica pun melotot, sedikit panik karena untuk kesekian kalinya sang bos suka sekali bertele-tele padahal jelas biasanya sangat to the points. Jessica segera berinisiatif mendekat agar bosnya lekas menjawab.“Janji apa, Pak? Saya harus apa?” Jessica sedikit mengadang langkah Daniel meskipun tidak begitu kentara karena dia segera bergeser begitu menyadari terlalu dekat dengan sang bos.“Kamu harus membantu menyeleksi perempuan yang akan menjadi temanku kencan, menemaniku menemui mereka karena jelas kamu tahu aku ini sangat sulit untuk beramah-tamah dengan perempuan asing dan kamu tidak boleh meninggalkan perusahaan ini sebelum mendapatkan pengganti sekretaris baru yang kompeten,” ucap Daniel dengan wajah serius kali ini.Jessica sempat termenung mendengar penyampaian Daniel, tetapi dia pun akhirnya mengangguk setuju setelah melihat wajah pria itu
Daniel mengamati penampilannya di depan cermin. Pakaiannya sangat pas di tubuhnya yang proporsional. Kulit putih pucat sangat terawat. Apabila Jessica bersanding dengan Daniel, mata hatinya sebagai perempuan sangat iri dengan kerapian dan kebersihan yang dimiliki sang bos. Dia merasa sangat tidak sebanding.“Atur dulu ruanganku, baru kita berangkat,” kata Daniel seraya menoleh pada meja kerjanya yang menurutnya sangat berantakan.Saat ini mereka sudah kembali dari Koy's Central. Sudah sampai di kantor pusat perusahaan Morgand Company. Jam sudah menunjukkan pukul enam sore. Beberapa karyawan yang tidak lembur dan berkepentingan juga sudah pulang.“Baik, Pak,” balas Jessica pelan.Jessica mengeluh lelah dalam hati. Perjalanan ke Koy's Central dilanjutkan ke beberapa tempat membuat kakinya seperti mau lepas. Sepatu hak tinggi yang dipakai sangat menyebalkan bagi Jessica karena membuatnya pegal-pegal. Bayangannya untuk segera pulang lalu merendam kaki dengan air hangat dicampur tetesan ai
Sepanjang perjalanan Jessica hanya diam. Menatap wajah bosnya saja tidak berani. Benar 'kan apa yang dia diduga sebelumnya, bos Daniel akan memaki-makinya karena telah lancang. Tidak, bukan memaki—pikir Jessica, tetapi marah dalam diam atau menggunakan nada sarkas saat berbicara. Bukan lagi sebuah rahasia bila kisah perjalanan cinta bos Daniel tidak semulus kulit tubuhnya yang begitu terawat. Daniel ditinggalkan sang kekasih hati padahal rencana pernikahan telah mulai disusun. Perempuan cantik bernama Shofia bahkan mengumumkan pernikahan dengan pengusaha kaya raya dari Perancis setelah tiga bulan memutuskan hubungan pertunangan secara sepihak dengan Daniel. Sebagai sekretaris yang telah bekerja untuk Daniel selama enam tahun, kisah empat tahun yang lalu itu masih segar dalam ingatan Jessica. Keterpurukan yang sulit membaik—mungkin hingga saat ini. Kenyataannya Daniel masih betah hidup sendiri tanpa kekasih. Jessica mengikuti langkah Daniel, mengekor di antara para staf yang mengiku
Jessica membulatkan bola matanya, cukup kaget dengan analisa yang diberikan bosnya karena jelas itu tidak salah. Namun, Jessica tidak mungkin bicara jujur. Ia pun segera tertawa kecil sambil mengibaskan tangannya ke arah udara demi bisa menepis dugaan sang bos.“Ah, Bapak bisa saja. Saya merencanakan apa?” balasnya seraya terus berjalan mengikuti langkah Daniel agar tidak ketinggalan.“Makan malam seperti apa yang kamu impikan? Sepertinya kamu kecewa kalau tidak dilakukan malam ini,” tukas Daniel sedikit melirik ekspresi sekretaris andalannya selama enam tahun ini sambil terus saja melangkah.“Yang berkesan, mungkin,” jawab Jessica malam kikuk sendiri.Dia sedang merencanakan kencan buta antara Daniel dan seorang wanita cantik pilihan Mommy Boss, tapi kenapa rasanya malah seperti sedang merancang kencan sendiri? Membayangkan saja Jessica sudah merinding sendiri. Dia tidak berharap Daniel berpikir itu kencan antara mereka berdua, huh ... Bos dan Sekretaris? Tidak mungkin bagi Jessica
“Tentu saja saya mata duitan.” Jessica tersipu, sama sekali tidak tersinggung karena memang dia tipe perempuan yang rela kerja lembur demi segepok uang dari bonus loyalitas di luar insentif gaji pokok.Namun, reputasinya sebagai perempuan yang sulit digoda, tentu saja tidak ada celah sedikitpun baginya dianggap sebagai sekretaris murahan. Gadis itu termasuk karyawan tahan godaan menjadi wanita simpanan yang sering terjadi di lingkungan perusahaan.Jessica bekerja siang dan malam untuk menebus sebagian besar utang yang dilakukan ayahnya semasa hidup bersama istri barunya untuk berfoya-foya. Semua orang yang mengenalnya pasti akan memberikan simpati pada perempuan berusia dua puluh tujuh tahun itu.Kini, ayahnya telah tiada. Namun, beban itu tidak juga menjadi ringan karena ibu tirinya masih saja bergaya hidup sosialita dengan berbagai alasan. Dia tidak mungkin langsung meninggalkan rumah itu karena masih ada adik tirinya yang harus diurus. Hubungan dengan Kim sangat baik sebagai saudar
“Bapak duluan saja,” ucap Jessica tersenyum sopan, mempersilakan Daniel untuk mengutarakan lebih dulu apa yang ingin disampaikan padanya.“Ok, ini soal malam itu. Saat aku mabuk. Astaga! Katanya Reno mengalihkan tanggung jawabnya padamu untuk mengantarku pulang, ya? Bedebah itu sangat kurang ajar,” rutuk Daniel seraya berdiri dari tempat duduk dengan dua telapak tangan mulai menelusup ke dalam saku celananya lalu berjalan mendekati meja Jessica yang kini menatapnya penuh minat.Sama seperti biasanya, Bos Daniel selalu menciptakan atensi kuat dan tidak menyukai pengabaian. Semua yang berhadapan dengannya harus fokus menyimak karena pria itu tidak akan pernah mengulang apa yang disampaikan apabila kurang jelas. Jessica hafal sifat itu bahkan sampai di luar kepala.“Jadi ... apa kamu benar-benar serius ingin mengundurkan diri?”Jessica mencelus, membulatkan bola mata tidak percaya pada apa yang ditanyakan bosnya. Kasus mabuk dan berhasil mengantarkan pulang yang seharusnya mendapat apres