Aku sangat bahagia ketika mendengar kata sah dari dalam rumah Sari. Diriku pun tersenyum karena hati ini terasa lega sekali telah menyatukan dua insan yang saling mencintai, meskipun harus mengorbankan perasaanku sendiri.Mungkin kata orang aku adalah lelaki terbodoh di dunia yang dengan rela melepaskan cintanya untuk menjadi milik orang lain. Mungkin mereka berpikir aku tidak mencintai Sari. Itu salah besar, aku sudah mencintainya jauh sebelum laki-laki itu masuk ke dalam hidup Sari.Saat wanita itu terpuruk, tangan inilah yang telah menghapus air matanya. Membalut luka Sari dengan kasih sayang dan ketulusanku. Bahkan ketika seorang bayi laki-laki lahir dari rahimnya. Akulah yang menjadi ayah dari anak itu.Semua kulakukan karena cinta dan kasih sayangku yang teramat besar untuk Sari. Bahkan ketika statusnya menjadi penghalang di antara kami. Aku tetap menjaga mereka selayaknya seorang suami dan ayah.Namun, aku sadar jika jauh di lubuk hati Sari ada cinta yang masih bersemayam. Mun
Pada sore harinya Tuan Adam segera memboyong Sari dan Yusuf untuk tinggal di vila. Mereka akan memulai hidup baru di tempat itu dengan kebahagian dan ujian hidup yang baru tentunya.Sebenarnya Sari enggan untuk kembali lagi ke vila. Kenangan buruk di tempat ini masih segar dalam ingatannya. Di mana pertama kalinya ia jatuh cinta dan terluka oleh orang yang sama. Jujur wanita itu takut jika suatu saat semua kejadian menyakitkan itu akan terjadi lagi.Namun, sebagai seorang istri Sari harus turut ke mana suaminya berada. Kini mau tidak mau, ia harus tinggal di vila itu untuk yang kedua kalinya sebagai istri Tuan Adam. Semoga apa yang ditakutkan olehnya tidak terulang kembali.Tuan Adam segera menelepone yayasan security dan asistan rumah tangga untuk membantu Sari dalam mengurus rumah dan menemani Kang Asep menjaga vila.“Tuan, saya rasa tidak perlu asistan untuk membantu pekerjaan rumah. Saya bisa melakukannya sendiri,” saran Sari yang sanggup untuk mengerjakan semuanya.“Aku tidak m
Langit terlihat cerah, mentari tampak bersinar dengan terang. Cahayanya yang hangat menerobos kabut-kabut hingga terurai entah ke mana.Hari ini Yusuf pertama kali masuk sekolah. Bocah itu terlihat senang sekali akan memasuki dunia pendidikan. Bahkan semua perlengkapan sudah disiapkan dari kemarin.“Asyik hari ini Yusuf mulai masuk sekolah,” sorak bocah itu ketika berada di meja makan.“Kamu harus belajar yang rajin agar jadi anak yang pintar,” timpal Tuan Adam menyemangati."Iya Abi," jawab bocah itu sambil mengangguk kecil.“Yusuf cepat habiskan sarapannya, nanti terlambat!” seru Sari ketika melihat anak itu lama sekali makannya.Yusuf segera mendorong piringnya dan berkata, "Aku, sudah kenyang Ibu."“Ya sudah, ayo kita berangkat!” ajak Tuan Adam sambil melirik ke arah arlojinya.Tidak lama kemudian sebuah mobil meluncur meninggalkan vila dan menuju ke salah satu sekolah swasta islam yang terdekat. Sari dan Yusuf tampak tertegun ketika mereka sampai di tempat itu. Di mana hanya
Setelah menjemput Yusuf, Tuan Adam dan istrinya segera pulang. Ia tampak heran ketika melihat sebuah mobil mewah yang terparkir di depan villanya. Setelah memarkirkan kendaraan, Al segera masuk untuk mengetahui siapa yang telah datang. Al tampak tertegun ketika melihat dua orang tamu yang sangat dikenalnya yaitu Sovia dan Zein.“Al,” panggil Sovia sambil berdiri menyambut kedatangan lelaki yang dicintainya itu.“Untuk apa kalian datang ke sini?” tanya Tuan Adam dengan heran.“Maafkan aku Al, aku ingin kita rujuk lagi,” jawab Sovia dengan penuh harap.“Maaf Sovia, aku tidak bisa kembali kepadamu lagi,” ucap Tuan Adam yang pintu hatinya sudah tertutup untuk wanita itu.“Apakah tidak ada maaf untuk kekhilafan yang telah aku perbuat Al?” tanya Sovia kembali.“Sovia sangat mencintaimu Al, seharusnya kamu memberikan kesempatan kepadanya,” ujar Zein membela Sovia.“Aku tahu, tetapi aku sudah menikah lagi, Sovia.” Tuan Adam memberitahu statusnya sekarang. Sehingga membuat Sovia dan Zein tamp
Sari tampak tertegun ketika pulang dari menjemput Yusuf. Melihat dua orang lelaki berperawakan tinggi besar yang tidak dikenalnya, berada di ruang tamu. Wanita itu memperhatikan dengan seksama, seorang pria yang tengah duduk dengan memangku satu kaki.Di mana pria paruh baya itu mirip dengan suaminya. Hanya terlihat lebih Tua dengan jambang dan kumis yang tampak memutih. Sementara itu yang satunya lagi, tampak berdiri tegap seperti seorang bodyguard. "Mana Adam?" tanya lelaki itu dengan suara baritonnya sambil menatap tajam ke arah Sari dan Yusuf secara bergantian."Tuan Adam, belum pulang kerja. Maaf kalau boleh tahu Bapak siapa ya?" jawab Sari sambil balik bertanya.Lelaki itu tampak tersenyum simpul dan menjawab dengan angkuh, "Kamu tidak perlu tahu siapa aku." Sorot mata pria paruh baya itu terlihat mengunci Yusuf yang sedang mengintip dari balik tubuh Sari seraya berkata, "The little Adam.""Cepat buatkan minum untuk Tuan Ibrahim! Kamu pasti pelayan di rumah ini kan?" seru pria
"Assalamualaikum ..," ucap seseorang dari luar vila."Waalaikumsalam ...," sahut Sari sambil menuju ke pintu untuk melihat siapa gerangan yang datang.Ketika pintu terbuka Sari tampak tertegun melihat dua orang yang sangat dekat dengannya."Kang Bayu, Ningsih," panggil Sari sambil tersenyum senang."Teteh apa kabar?" tanya Ningsih sambil memeluk kakaknya."Alhamdulillah ... Teteh baik, ayo masuk!" jawab Sari sambil mempersilahkan."Sepi sekali, Yusuf dan suami Teteh ke mana?" tanya Ningsih sambil terkagum melihat megahnya vila itu."Yusuf sedang sekolah, sedangkan Abi baru saja berangkat kerja," jawab Sari sambil duduk berhadapan dengan tamunya. "Saya senang sekali kalian datang," ujar Sari sambil melirik sekilas ke arah Bayu."Aku ingin meminta restumu Sari karena sebentar lagi diriku ingin menikah," ujar Bayu memberitahu maksud kedatangannya.Sari sangat terkejut mendengar apa yang baru saja Bayu katakan. Ia tampak tersenyum bahagia, akhirnya lelaki itu bisa move on dan mendapatka
Setelah memikirkan dengan masak-masak dan membicarakannya dengan Sari. Akhirnya Tuan Adam memutuskan untuk memindahkan sekolah Yusuf ke salah satu pesantren terkemuka di Jawa Tengah. Tentu di sana keamanan putranya lebih terjamin dan terlindungi dengan baik. Jujur Sari sangat berat berpisah dengan anaknya. Akan tetapi, Al meyakinkannya semua itu demi kebaikan Yusuf semata agar terhindar dari incaran Tuan Ibrahim.“Percayalah Sari, ayahku tidak akan tinggal diam untuk mendapatkan penerus keluarga Al Razi. Agar bisa dia kendalikan dan diatur mengikuti kemauannya,” ujar Al agar Sari yakin jika keputusannya itu adalah yang terbaik.“Baiklah, aku percaya sama Abi,” ucap Sari yang menyetujui rencana suaminya. “Kapan Yusuf akan mulai pindah ke tempat itu?” tanya Sari selanjutnya.“Secepatnya, lebih baik kamu menyiapkan pakaian Yusuf! Aku akan segera mengurus kepindahannya,” jawab Tuan Adam yang dijawab anggukkan oleh Sari.Akhirnya hari itu juga Tuan Adam dan Sari langsung membawa Putranya
“Sari!” panggil Al sambil mencari istrinya.“Abi, tolong!” sahut Sari yang berasal dari dalam kamar Yusuf.Tuan Adam melihat Sari yang terikat diatas tempat tidur dengan wajah yang ketakutan. lalu ia segera melepaskan Sari dan memeluk wanita itu dengan erat.“Kamu tidak apa-apa?” tanya Al dengan cemasnya, “jangan takut aku tidak akan meninggalkanmu.” Lelaki itu mencoba untuk menenangkan istrinya.Sari tampak mengangguk dan memeluk suaminya dengan erat. Setelah wanita itu lebih tenang, Sari kemudian menceritakan ketika pulang ke vila. Pengawal pribadi Tuan Ibrahim langsung menyekapnya sehabis memukul tungkuk Kang Asep hingga pingsan. Kemudian lelaki itu terus memaksa Sari untuk mengatakan di mana Yusuf berada.“Ayo kita lihat mana Kang Asep, security dan asistan! Mungkin mereka masih disekap,” ajak Al sambil keluar bersama Sari dari kamar itu.Benar saja para penjaga dan asistan rumahnya masih terikat di dapur. Al segera melepaskan mereka."Maaf Tuan, saya tidak bisa melindungi Nyonya,
"Memakai hijab itu adalah salah satu kewajiban muslimah demi menjaga auratnya. Tapi mengenakan kerudung itu harus berdasarkan keimanan bukan karena sesuatu hal. Misalnya untuk menarik perhatian orang agar terlihat lebih baik," ujar Azza menjelaskan setelah mendengar keinginan Jelita yang mau memakai hijab. Jelita kemudian menegaskan,"Oh seperti itu, jadi kalau hati kita belum mantap sebaiknya jangan berhijab dulu?" "Boleh-boleh saja untuk belajar. Tapi amat disayangkan, kalau kita sudah memakai hijab karena alasan tertentu lalu melepasnya kembali, miris melihatnya," ujar Azza yang juga memberitahu bagaimana sikap seorang muslimah terutama dalam menjaga aurat dan pandangannya. "Ya sudah kalau begitu aku mau belajar sekarang," ujar Jelita dengan antusiasnya. Mendengar itu Azza tampak senang sekali dan mengajak, "Boleh, ayo sini aku ajarkan memakai hijab!" Azza kemudian memilah koleksi hijabnya dan mulai mengajarkan Jelita cara memakainya. "Masya Allah, kamu cantik sekal
"Jelita mana Tante?" tanya Fatih sambil mencari gadis itu dengan kedua mata elangnya. Dengan tetap tenang Tante Windi menjawab, "Ada di kamar sedang istirahat. Duduklah Fatih, sepertinya kita harus bicara!" Fatih segera duduk di sofa berhadapan dengan Tante Windi."Menurut Tante, kamu fokus saja urus perusahaan. Soal Jelita biar Tante yang tangani. Dia sudah dewasa Fatih, jadi sudah berani membangkang dan bisa melakukan perbuatan lebih nekat lagi, kalau terlalu dikekang!" ujar Tante Windi memberikan masukan ketika Fatih datang untuk menjemput Jelita.Fatih tampak berpikir sesaat dan menurut saran dari Tante Windi ada benarnya juga. Dengan tinggal di rumah ini, ia bisa bekerja dengan tenang dan tidak perlu khawatir lagi. "Baiklah, aku setuju Jelita tinggal bersama Tante. Tapi aku akan menambah beberapa orang keamanan lagi," ujar Fatih menyetujui."Oke, demi Jelita kamu boleh memperketat keamanan untuknya!" ujar Tante Windi sambil mengangguk kecil. "Sebelum pulang, aku mau bicara e
"Kamu harus pulang Nak, agar keluarga Jelita tidak cemas!" saran Sari setelah mendengar cerita Jelita.Jelita langsung terlihat sedih dan memohon, "Tolong Bu, izinkan aku menginap beberapa hari lagi!"Sari segera membelai kepala Jelita seraya berkata, "Maaf Nak, ibu dan abi bukan tidak suka kamu menginap di rumah kami. Tapi tanpa izin dari orang tua, kamu akan dianggap hilang. Jadi sebelum mereka lapor polisi sebaiknya kamu pulang dulu. Nanti boleh menginap lagi di sini kapan pun."Jelita tampak menghela napas panjang. Ia mana mungkin diizinkan menginap di rumah orang lain. Keluar dari pintu gerbang rumah saja dilarang. Gadis itu terus berpikir agar bisa tinggal lebih lama lagi di rumah ini. "Ya sudah, boleh aku pinjam telepon, untuk menghubungi mami di rumah?" pinta Jelita yang dijawab anggukan oleh Sari. Setelah dipinjami telepon, Jelita segera menjauh untuk menghubungi keluarganya. Jelita tentu tidak mau merepotkan Yusuf dan keluarganya yang begitu baik. Ia akan pulang dan kemba
Mentari tampak bersinar di ufuk timur. Bunga dan dedaunan terlihat segar dibalur sisa air hujan. Jelita sudah bangun dengan tubuh yang lebih bugar, meskipun kakinya masih terasa pegal akibat lari kemarin. Ia segera membasuh tubuhnya yang terasa lengket, meskipun air cukup dingin. Setelah itu segera memakai celana panjang dan sweater yang dibawakan Azza semalam. Setelah selesai, Azza datang lagi menemui Jelita. Tidak lama kemudian kedua gadis itu segera ke luar dari kamar dan menuju ke ruang makan. Di mana keluarga Tuan Adam terlihat sedang sarapan bersama. "Jelita kenalkan ini, Ibu, Abi dan Kang Yusuf," ujar Azza memperkenalkan keluarganya. Jelita segera menyalami Sari, sedangkan Tuan Adam dan Yusuf hanya mengatupkan tangan. "Nama yang cantik sesuai dengan orangnya. Bagaimana keadaan kamu Nak?" tanya Sari sambil tersenyum ramah. "Aku baik-baik saja Bu. Terima kasih, sudah memberikan izin untuk menginap di sini," ucap Jelita yang merasa disambut dengan hangat, padahal mereka baru
Hujan masih mengguyur kawasan puncak. Ketika sebuah mobil mewah tiba-tiba berhenti di jalan yang tampak macet. Seorang gadis cantik terlihat ke luar dari kendaraan itu dan berlari ke arah belakang. Tidak lama kemudian disusul oleh pria berbadan besar dan berpakaian rapi. "Tunggu, jangan pergi Non!" seru pria itu sambil mengejar.Gadis itu tampak ketakutan dan terus berlari sekencangnya. Sesekali ia berhenti di belakang kendaraan lain, sambil mengatur nafas dan berharap pria itu tidak mengejarnya lagi. Akan tetapi, doanya tidak terkabul. lelaki itu justru semakin dekat ke arahnya. Sehingga membuat gadis itu jadi kian panik."Pokoknya aku tidak mau kembali ke rumah," lirih gadis itu yang segera kembali berlari dengan nafas yang terengah. Namun, ketika di belakang mobil box Ia sudah tidak kuat lagi untuk melarikan diri. Kini dirinya hanya bisa pasrah akan apa yang terjadi. Alunan musik terdengar mengalun syahdu dari salah satu mobil sayur. Seorang pria bermata teduh tampak menikmati l
Lelaki sejati.Waktu terus bergulir, tidak terasa usiaku kian menua, raga ini juga mulai sakit-sakitan. Untung aku mempunyai seorang istri yang sangat perhatian sekali. Ia Seorang perempuan hebat yang Allah jodohkan dengan diriku ini yang jauh dari kata sempurna.Selama pernikahan kami tidak pernah sekalipun Sari mengeluh, ia selalu sabar dan ikhlas dalam mengurus dan merawatku anak-anak, dan ibuku. Sungguh aku sangat bersyukur karena semenjak kecelakaan 20 tahun yang lalu, seolah Allah memberikan aku kehidupan kedua untuk memperbaiki diri untuk menjadi lelaki sejati.Kini perkebunan sudah dipegang oleh Yusuf, sedangkan aku lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dan hanya sesekali ke kebun jika Yusuf sedang keteter atau pergi. Aku menjalani sisa hidupku dengan banyak beribadah dan sering ke masjid.Alhamdulillah … aku di percaya menjadi salah satu pengurus. Rasanya begitu damai hati ini banyak melakukan kegiatan di rumah Allah. Sungguh aku tidak pernah merasa hati ini begitu bahagia
Roda kehidupan telah berputar, kini Bayu semakin sukses sebagai pengusaha di bidang otomotif yang memiliki beberapa bengkel di kota tempat tinggalnya. Jika Allah telah berkehendak tidak ada yang tidak mungkin bagi-Nya. Apalagi Bayu adalah sosok yang sabar dan ikhlas dalam menjalani hidup ini.“Aku turut senang Ning, jika sekarang Bayu sudah sukses sebagai pengusaha,” ucap Sari atas keberhasilan adik iparnya itu.“Iya Teh, Alhamdulillah ….” Ningsih bersyukur atas keberhasilan suaminya.“Bayu memang pantas mendapatkan semuanya karena ia adalah lelaki yang baik,” puji Sari sambil mengingat kebaikan Bayu yang tiada terkira kepadanya.Ningsih tampak mengangguk seolah sependapat dengan kakaknya. Lalu ia pun bertanya, “Teteh sendiri bagaimana? Pasti senang sekali ternyata Kang Adam masih hidup dan bisa berkumpul lagi dengan Yusuf.”“Teteh sangat bahagai Ning, ternyata Alllah banyak memberikan rahmat-Nya yang melimpah,” ujar Sari akan karunia yang didapatkannya selama ini.Sementara itu, Ada
Dari kabar yang terdengar, ternyata mobil yang dikemudikan oleh Saba masuk ke jurang ketika dikejar oleh polisi dan suster gadungan itu juga sudah ditangkap. Sementara itu keluarga Al Razi seperti Fatimah dan putranya segera kembali ke Turki setelah menjual semua saham serta aset perusahaan yang berada di Indonesia, kecuali vila.Sebenarnya Adam bisa saja merebut harta warisannya kembali, tetapi tidak mau. Ia ingin hidup sederhana dan bahagia bersama dengan keluarga kecilnya. Setelah situasi sudah aman, Adam kemudian menjemput Yusuf untuk tinggal bersama kembali. “Ibu!” panggil Yusuf sambil berlari kecil ketika melihat Sari di depan teras yang sudah menunggu kepulangan putranya.“Yusuf,” balas Sari sambil melapangkan satu tangan memeluk putra sulungnya itu.“Yusuf kangen sama Ibu,” ungkap bocah itu sambil memeluk Sari dengan erat.Sari segera membalas pelukan Yusuf dan mencium kepala anak itu seraya berkata, “Ibu juga kangen sama kamu sayang.” “Ibu, ini adik siapa?” tanya Yusuf sa
Malam itu hujan turun dengan lebat. Udara pun jadi dingin seolah menggigit tulang. Aku segera menyelimuti tubuh ini rapat-rapat dan mencoba memejamkan mata, tetapi entah mengapa selalu gagal. Tiba-tiba jantungku berdetak sangat cepat. Aku segera menyibak tirai dan melihat hujan masih turun deras.Entah mengapa pikiranku tertuju ke sungai yang berada di bawah sana. Perasaan ini kian gelisah dan berpikir mungkin akan terjadi banjir bandang. Akan tetapi, itu tidak mungkin karena rumahku berada di atas tebing. Untuk menghilangkan kegelisahan hati aku melakukan zikir sampai pagi menjelang.Aku segera membuka pintu, ketika hujan masih turun gerimis. Diriku kemudian berjalan ke halaman rumah untuk melihat aliran sungai. Tiba-tiba pandanganku tertuju kepada sesosok tubuh yang tersangkut di bebatuan. Naluriku untuk menolong pun muncul dan dengan hati-hati menuruni anak tangga menuju ke tepian sungai.Ketika sampai di tempat tujuan, aku segera menarik tubuh itu dengan sekuat tenaga. Lalu memeri