“Sari!” panggil Al sambil mencari istrinya.“Abi, tolong!” sahut Sari yang berasal dari dalam kamar Yusuf.Tuan Adam melihat Sari yang terikat diatas tempat tidur dengan wajah yang ketakutan. lalu ia segera melepaskan Sari dan memeluk wanita itu dengan erat.“Kamu tidak apa-apa?” tanya Al dengan cemasnya, “jangan takut aku tidak akan meninggalkanmu.” Lelaki itu mencoba untuk menenangkan istrinya.Sari tampak mengangguk dan memeluk suaminya dengan erat. Setelah wanita itu lebih tenang, Sari kemudian menceritakan ketika pulang ke vila. Pengawal pribadi Tuan Ibrahim langsung menyekapnya sehabis memukul tungkuk Kang Asep hingga pingsan. Kemudian lelaki itu terus memaksa Sari untuk mengatakan di mana Yusuf berada.“Ayo kita lihat mana Kang Asep, security dan asistan! Mungkin mereka masih disekap,” ajak Al sambil keluar bersama Sari dari kamar itu.Benar saja para penjaga dan asistan rumahnya masih terikat di dapur. Al segera melepaskan mereka."Maaf Tuan, saya tidak bisa melindungi Nyonya,
Malam mulai merambat jauh ketika Al dan Sari sedang mempersiapkan untuk acara esok hari. Sovia telah memilih hari dan tanggal yang sama dengan pernikahan Bayu. Sehingga membuat Adam jadi bimbang untuk bisa menghadiri undangan orang yang telah berjasa dalam hidup istrinya itu."Kalau ragu, Abi tidak usah datang ke pernikahan Bayu! Biar aku saja yang hadir,” saran Sari sambil mempersiapkan jas yang akan dipakai oleh suaminya untuk akad dengan Sovia besok.“Aku tidak enak dengan Bayu kalau tidak hadir, kalau bukan karena keihklasannya kita belum tentu dapat untuk bersatu lagi,” sahut Al memantapkan keputusannya.“Akan tetapi, Abi tidak bisa hadir di waktu yang bersamaan,” timpal Sari kembali.“Sovia sudah memberitahu lagi kalau acara akad kami akan dilaksanakan sore hari. Jadi pagi harinya kita bisa menghadiri pernikahan Bayu dan Ningsih.” Adam memberikan info yang baru didapatkan.“Ya sudah, nanti kita jangan lama-lama di rumah Kang Bayu,” usul Sari kemudian.Adam tampak mengangguk dan
Setelah isya Sari baru sampai di vila bersama Kang Asep. Tiba-tiba wanita itu merasakan jantungnya kembali berdetak sangat cepat. Seolah seperti sebuah pertanda, entah apa yang akan terjadi nanti. Sari tampak heran melihat pintu rumahnya terbuka lebar. Ia berpikir mungkin acaranya belum selesai. Dengan perlahan Sari melangkah masuk ke vila sambil berucap, “Assalamualaikum ....” Semua orang yang ada di sana menoleh ke arah Sari. Ia melihat Tuan Ibrahim, Sovia menatap tajam kepadanya dan beberapa orang yang entah siapa.Sovia yang sedang duduk di sofa dan masih mengenakan kebaya pengantin segera berdiri. Lalu ia menghampiri Sari dengan penuh kemarahan seraya bertanya dengan ketus, “Mana Al?” Sari yang tidak mengerti maksud dari pertanyaan Sovia menjawab dengan jujur, “Al sudah pulang ke vila sejak tadi siang.” “Bohong! Dia pasti bersembunyi karena tidak mau rujuk denganku lagi kan? Sekarang cepat katakan di mana Al atau aku akan suruh penjaga untuk membuka mulutmu!” bentak Sovia ya
Sudah hampir seminggu, Sari dan Bayu masih bolak-balik dan menunggu kabar di posko penyelamatan. Namun, tim SAR belum juga menemukan jasad Tuan Adam. Mereka hanya mendapatkan sebuah jas yang sudah terkoyak.Sari segera mengenali jika pakaian itu milik suaminya yang terkahir dikenakan. Ia masih berharap orang yang dicintainya itu selamat atau jazadnya ditemukan. Akan tetapi, sampai saat ini belum ada titik terang mengenai keberadaan Al."Ya Allah, semoga suami hamba selamat, tetapi jika tidak tolong tunjukkan di mana jasadnya berada," pinta Sari dengan penuh harap.Sementara itu, Bayu dan Kang Asep terus mencari keberadaan Al yang telah menjadi korban kecelakaan. Namun, mereka tidak menemukannya juga. Padahal aliran sungai sudah disisir berkali-kali.“Apakah jenazah saudara Adam sudah ditemukan Pak?” tanya Bayu ingin tahu kepada Tim SAR.“Sepertinya kami pesimis untuk dapat menemukan jasad korban yang hilang karena sungai itu dihuni oleh buaya,” jawab Pak Polisi yang membuat Bayu jadi
Pagi harinya Sari tampak terkejut dan menyadari telah bangun kesiangan. Ia mencari suaminya yang semalam pulang. Akan tetapi, kenyataan segera menyadarkannya, ternyata semua hanyalah mimpi. Sari bergegas untuk menunaikan kewajibannya. Setelah selesai, sayup-sayup wanita itu mendengar percakapan dari luar rumah.Sari melihat dari jendela dua orang polisi meninggalkan vila. Ia kemudian bergegas keluar kamar untuk mencari tahu kabar apa yang sampai dengan setitik harapan.Bayu dan Ningsih sengaja merahasiakan berita ini dari Sari agar wanita itu tidak semakin terpuruk. Mereka berencana memberitahunya jika Sari sudah terlihat lebih kuat dan tegar."Katakan kepadaku! Ada kabar terbaru apa tentang Kang Adam?" seru Sari sambil yang tiba-tiba datang sambil menatap Ningsih dan Bayu secara bergantian."Belum ada kabar lagi teh, Kang Adam masih terus dicari," sahut Ningsih sambil melirik ke arah suaminya."Nanti kalau ada berita terbaru pasti aku akan kasih tahu," timpal Bayu kembali."Kalian bo
Tidak terasa satu purnama telah berlalu, Adam meninggalkan Sari seorang diri. Wanita itu menatap nanar malam yang tampak gelap tanpa bulan dan bintang yang menerangi, sekelam kehidupannya saat ini. Kini mata itu tidak lagi terlihat indah, hanya memancarkan kesedihan dan kehilangan yang begitu dalam. Sari menjalani hari dengan sangat berat, tanpa kehadiran orang-orang yang dicintainya. Ia mencoba untuk bangkit dengan memegang segumpal hati yang masih selalu menyimpan asa. Berusaha dengan ikhlas menerima takdir yang telah merenggut kebahagian dari hidupnya.Namun, Sari selalu jatuh dan terjatuh lagi dalam kesedihan yang tiada bertepi. Ia rapuh dan terpuruk dalam nestapa yang entah kapan berakhirnya. Sari selalu berdoa dan berzikir di setiap malam, dengan terus menyebut Asma Allah tanpa lelah. Hanya dengan melakukan itu dirinya mampu bertahan hingga kini. Sari yakin pasti ada hikmah di balik semua cobaan dan ujian di dalam hidupnya.Semakin hari kondisi Sari kian memprihatinkan. Ia sema
Tuan Ibrahim tampak terkejut ketika mendengar perusahaan miliknya yang berada di Indonesia diambang kebangkrutan. Sehingga membuat keluarga Al Razi yang lain datang untuk mengganti kedudukannya sebagai ahli waris."Kami akan mengambil alih kekuasaan. Kakak telah gagal menjalani perusahaan dengan baik," ujar Fatimah adik Tun Ibrahim dengan serius."Tidak akan! Kamu tidak berhak atas warisan itu," tolak Tuan Ibrahim dengan tegas."Lalu siapa yang lebih berhak? Adam sudah tidak ada. Jadi penerus keluarga Al Razi jatuh ke tanganku," sahut Fatimah dengan yakinnya."Aku masih berhak karena istri Adam sedang mengandung," bantah Tuan Ibrahim kembali yang tidak mau menyerahkan posisinya sebagai ahli waris."Siapa yang kakak maksud, Sovia? Itu bukan putra Adam atau dari istri Adam yang baru, mana anaknya?" tanya Fatimah yang seolah sudah merasa di atas angin."Pokoknya keturunanmu tidak berhak mewarisi apa pun dan cepat pergi dari kantorku!" usir Tuan Ibrahim dengan kasar."Aku tidak akan pergi
Di kala rindu itu datang, Sari hanya bisa memandangi foto Yusuf dan pernikahannya dengan Adam. Selain itu gambar diri kedua orang tuanya. Ia tampak tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca sambil mengelus lembaran kenangan itu.Ketika air matanya akan tumpah, seketika bayi dalam kandungannya menendang. Seolah anak itu memberitahu jika masih ada dia yang akan selalu menemani. Sari tampak mengelus perutnya dan mendapat kekuatan serta semangat hidup lagi.Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk, Sari segera menutup foto kenangan itu dan segera keluar dari kamar untuk melihat siapa gerangan yang datang.Ternyata Ibu Nilam datang lagi ke rumah Sari, setelah beberapa minggu yang lalu. Wanita itu terlihat membawa sebuah kantong plastik sebagai buah tangan. Sari segera mempersilahkan perempuan paruh baya itu untuk masuk ke ruang tamu."Silakan masuk Bu," ucap Sari kepada Bu Nilam.“Terima kasih,” ucap Ibu Nilam sambil duduk berhadapan dengan Sari, “Ini buatmu, hasil petik dari kebun sendiri,”
"Memakai hijab itu adalah salah satu kewajiban muslimah demi menjaga auratnya. Tapi mengenakan kerudung itu harus berdasarkan keimanan bukan karena sesuatu hal. Misalnya untuk menarik perhatian orang agar terlihat lebih baik," ujar Azza menjelaskan setelah mendengar keinginan Jelita yang mau memakai hijab. Jelita kemudian menegaskan,"Oh seperti itu, jadi kalau hati kita belum mantap sebaiknya jangan berhijab dulu?" "Boleh-boleh saja untuk belajar. Tapi amat disayangkan, kalau kita sudah memakai hijab karena alasan tertentu lalu melepasnya kembali, miris melihatnya," ujar Azza yang juga memberitahu bagaimana sikap seorang muslimah terutama dalam menjaga aurat dan pandangannya. "Ya sudah kalau begitu aku mau belajar sekarang," ujar Jelita dengan antusiasnya. Mendengar itu Azza tampak senang sekali dan mengajak, "Boleh, ayo sini aku ajarkan memakai hijab!" Azza kemudian memilah koleksi hijabnya dan mulai mengajarkan Jelita cara memakainya. "Masya Allah, kamu cantik sekal
"Jelita mana Tante?" tanya Fatih sambil mencari gadis itu dengan kedua mata elangnya. Dengan tetap tenang Tante Windi menjawab, "Ada di kamar sedang istirahat. Duduklah Fatih, sepertinya kita harus bicara!" Fatih segera duduk di sofa berhadapan dengan Tante Windi."Menurut Tante, kamu fokus saja urus perusahaan. Soal Jelita biar Tante yang tangani. Dia sudah dewasa Fatih, jadi sudah berani membangkang dan bisa melakukan perbuatan lebih nekat lagi, kalau terlalu dikekang!" ujar Tante Windi memberikan masukan ketika Fatih datang untuk menjemput Jelita.Fatih tampak berpikir sesaat dan menurut saran dari Tante Windi ada benarnya juga. Dengan tinggal di rumah ini, ia bisa bekerja dengan tenang dan tidak perlu khawatir lagi. "Baiklah, aku setuju Jelita tinggal bersama Tante. Tapi aku akan menambah beberapa orang keamanan lagi," ujar Fatih menyetujui."Oke, demi Jelita kamu boleh memperketat keamanan untuknya!" ujar Tante Windi sambil mengangguk kecil. "Sebelum pulang, aku mau bicara e
"Kamu harus pulang Nak, agar keluarga Jelita tidak cemas!" saran Sari setelah mendengar cerita Jelita.Jelita langsung terlihat sedih dan memohon, "Tolong Bu, izinkan aku menginap beberapa hari lagi!"Sari segera membelai kepala Jelita seraya berkata, "Maaf Nak, ibu dan abi bukan tidak suka kamu menginap di rumah kami. Tapi tanpa izin dari orang tua, kamu akan dianggap hilang. Jadi sebelum mereka lapor polisi sebaiknya kamu pulang dulu. Nanti boleh menginap lagi di sini kapan pun."Jelita tampak menghela napas panjang. Ia mana mungkin diizinkan menginap di rumah orang lain. Keluar dari pintu gerbang rumah saja dilarang. Gadis itu terus berpikir agar bisa tinggal lebih lama lagi di rumah ini. "Ya sudah, boleh aku pinjam telepon, untuk menghubungi mami di rumah?" pinta Jelita yang dijawab anggukan oleh Sari. Setelah dipinjami telepon, Jelita segera menjauh untuk menghubungi keluarganya. Jelita tentu tidak mau merepotkan Yusuf dan keluarganya yang begitu baik. Ia akan pulang dan kemba
Mentari tampak bersinar di ufuk timur. Bunga dan dedaunan terlihat segar dibalur sisa air hujan. Jelita sudah bangun dengan tubuh yang lebih bugar, meskipun kakinya masih terasa pegal akibat lari kemarin. Ia segera membasuh tubuhnya yang terasa lengket, meskipun air cukup dingin. Setelah itu segera memakai celana panjang dan sweater yang dibawakan Azza semalam. Setelah selesai, Azza datang lagi menemui Jelita. Tidak lama kemudian kedua gadis itu segera ke luar dari kamar dan menuju ke ruang makan. Di mana keluarga Tuan Adam terlihat sedang sarapan bersama. "Jelita kenalkan ini, Ibu, Abi dan Kang Yusuf," ujar Azza memperkenalkan keluarganya. Jelita segera menyalami Sari, sedangkan Tuan Adam dan Yusuf hanya mengatupkan tangan. "Nama yang cantik sesuai dengan orangnya. Bagaimana keadaan kamu Nak?" tanya Sari sambil tersenyum ramah. "Aku baik-baik saja Bu. Terima kasih, sudah memberikan izin untuk menginap di sini," ucap Jelita yang merasa disambut dengan hangat, padahal mereka baru
Hujan masih mengguyur kawasan puncak. Ketika sebuah mobil mewah tiba-tiba berhenti di jalan yang tampak macet. Seorang gadis cantik terlihat ke luar dari kendaraan itu dan berlari ke arah belakang. Tidak lama kemudian disusul oleh pria berbadan besar dan berpakaian rapi. "Tunggu, jangan pergi Non!" seru pria itu sambil mengejar.Gadis itu tampak ketakutan dan terus berlari sekencangnya. Sesekali ia berhenti di belakang kendaraan lain, sambil mengatur nafas dan berharap pria itu tidak mengejarnya lagi. Akan tetapi, doanya tidak terkabul. lelaki itu justru semakin dekat ke arahnya. Sehingga membuat gadis itu jadi kian panik."Pokoknya aku tidak mau kembali ke rumah," lirih gadis itu yang segera kembali berlari dengan nafas yang terengah. Namun, ketika di belakang mobil box Ia sudah tidak kuat lagi untuk melarikan diri. Kini dirinya hanya bisa pasrah akan apa yang terjadi. Alunan musik terdengar mengalun syahdu dari salah satu mobil sayur. Seorang pria bermata teduh tampak menikmati l
Lelaki sejati.Waktu terus bergulir, tidak terasa usiaku kian menua, raga ini juga mulai sakit-sakitan. Untung aku mempunyai seorang istri yang sangat perhatian sekali. Ia Seorang perempuan hebat yang Allah jodohkan dengan diriku ini yang jauh dari kata sempurna.Selama pernikahan kami tidak pernah sekalipun Sari mengeluh, ia selalu sabar dan ikhlas dalam mengurus dan merawatku anak-anak, dan ibuku. Sungguh aku sangat bersyukur karena semenjak kecelakaan 20 tahun yang lalu, seolah Allah memberikan aku kehidupan kedua untuk memperbaiki diri untuk menjadi lelaki sejati.Kini perkebunan sudah dipegang oleh Yusuf, sedangkan aku lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dan hanya sesekali ke kebun jika Yusuf sedang keteter atau pergi. Aku menjalani sisa hidupku dengan banyak beribadah dan sering ke masjid.Alhamdulillah … aku di percaya menjadi salah satu pengurus. Rasanya begitu damai hati ini banyak melakukan kegiatan di rumah Allah. Sungguh aku tidak pernah merasa hati ini begitu bahagia
Roda kehidupan telah berputar, kini Bayu semakin sukses sebagai pengusaha di bidang otomotif yang memiliki beberapa bengkel di kota tempat tinggalnya. Jika Allah telah berkehendak tidak ada yang tidak mungkin bagi-Nya. Apalagi Bayu adalah sosok yang sabar dan ikhlas dalam menjalani hidup ini.“Aku turut senang Ning, jika sekarang Bayu sudah sukses sebagai pengusaha,” ucap Sari atas keberhasilan adik iparnya itu.“Iya Teh, Alhamdulillah ….” Ningsih bersyukur atas keberhasilan suaminya.“Bayu memang pantas mendapatkan semuanya karena ia adalah lelaki yang baik,” puji Sari sambil mengingat kebaikan Bayu yang tiada terkira kepadanya.Ningsih tampak mengangguk seolah sependapat dengan kakaknya. Lalu ia pun bertanya, “Teteh sendiri bagaimana? Pasti senang sekali ternyata Kang Adam masih hidup dan bisa berkumpul lagi dengan Yusuf.”“Teteh sangat bahagai Ning, ternyata Alllah banyak memberikan rahmat-Nya yang melimpah,” ujar Sari akan karunia yang didapatkannya selama ini.Sementara itu, Ada
Dari kabar yang terdengar, ternyata mobil yang dikemudikan oleh Saba masuk ke jurang ketika dikejar oleh polisi dan suster gadungan itu juga sudah ditangkap. Sementara itu keluarga Al Razi seperti Fatimah dan putranya segera kembali ke Turki setelah menjual semua saham serta aset perusahaan yang berada di Indonesia, kecuali vila.Sebenarnya Adam bisa saja merebut harta warisannya kembali, tetapi tidak mau. Ia ingin hidup sederhana dan bahagia bersama dengan keluarga kecilnya. Setelah situasi sudah aman, Adam kemudian menjemput Yusuf untuk tinggal bersama kembali. “Ibu!” panggil Yusuf sambil berlari kecil ketika melihat Sari di depan teras yang sudah menunggu kepulangan putranya.“Yusuf,” balas Sari sambil melapangkan satu tangan memeluk putra sulungnya itu.“Yusuf kangen sama Ibu,” ungkap bocah itu sambil memeluk Sari dengan erat.Sari segera membalas pelukan Yusuf dan mencium kepala anak itu seraya berkata, “Ibu juga kangen sama kamu sayang.” “Ibu, ini adik siapa?” tanya Yusuf sa
Malam itu hujan turun dengan lebat. Udara pun jadi dingin seolah menggigit tulang. Aku segera menyelimuti tubuh ini rapat-rapat dan mencoba memejamkan mata, tetapi entah mengapa selalu gagal. Tiba-tiba jantungku berdetak sangat cepat. Aku segera menyibak tirai dan melihat hujan masih turun deras.Entah mengapa pikiranku tertuju ke sungai yang berada di bawah sana. Perasaan ini kian gelisah dan berpikir mungkin akan terjadi banjir bandang. Akan tetapi, itu tidak mungkin karena rumahku berada di atas tebing. Untuk menghilangkan kegelisahan hati aku melakukan zikir sampai pagi menjelang.Aku segera membuka pintu, ketika hujan masih turun gerimis. Diriku kemudian berjalan ke halaman rumah untuk melihat aliran sungai. Tiba-tiba pandanganku tertuju kepada sesosok tubuh yang tersangkut di bebatuan. Naluriku untuk menolong pun muncul dan dengan hati-hati menuruni anak tangga menuju ke tepian sungai.Ketika sampai di tempat tujuan, aku segera menarik tubuh itu dengan sekuat tenaga. Lalu memeri