Ting! Tong!Anna telah menyelesaikan sarapannya, dan saat ini sedang mengobrol ringan dengan Jane. Sedangkan pelayan hotel lainnya pelayan hotel telah pergi dari ruangan itu.Suara bel pintu sekali lagi ditekan dari luar, membuat Anna dan Jane menoleh ke arah pintu secara bersamaan, namun berbeda ekspresi. Jane terlihat lega, sedangkan Anna terlihat penasaran.“Apakah Keith akan memberikan kejutan lain lagi?” pikir Anna.“Ah, sepertinya sudah sampai,” kata Jane. Dia buru-buru berdiri dan bergegas membukakan pintu. Ketika sosok di balik pintu terlihat, dia segera memberi salam, “selamat datang, Tuan Wilson.”“Keith?! Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Anna terkejut. Keith sudah menduga kalau Anna pasti akan terkejut dengan kedatangannya. Namun dia tidak mengatakan apapun. Dia hanya berjalan masuk ke dalam ruangan dengan wajah datar. Jane membungkuk kepada Keith dan Anna, setelah itu dia berpamitan pergi, tidak ingin mengganggu privasi kedua tamu terhormatnya. Tanpa dikatakanpun, di
“Bayar aku dengan tubuhmu,” ucap Keith dengan santainya.Mata Anna terbelalak, bahkan mulutnya terbuka lebar tanpa sadar. Apakah ini benar-benar Keith, laki-laki yang terkenal berdarah dingin? Mengapa saat ini dia terdengar seperti seorang pria mesum? Tidak. Tidak. Sepertinya dia tadi salah dengar.Anna menenangkan dirinya dan menggeleng pelan. Setelah beberapa saat, dia bertanya kepada Keith, “apakah kamu tadi mengatakan sesuatu?”Kedua alis Keith terangkat. Dia merasa Anna sedikit lucu, “ya. Aku bilang, bayar aku dengan tubuhmu.”Kali ini, Anna sangat yakin dengan apa yang didengarnya, “mengapa kamu begitu mesum?” Anna terlalu terkejut hingga tanpa sengaja mengucapkan apa yang ada di dalam pikirannya. Dia buru-buru menutupi mulutnya dengan kedua tangannya, matanya yang indah, melirik ke arah Keith dengan takut-takut. Takut kata-katanya akan membuat pria itu kembali marah. Setelah beberapa saat melihat wajah Keith yang tidak mengubah ekspresinya sama sekali, Anna akhirnya bisa kemba
Anna merasa hatinya berdenyut ketika melihat Keith hanya menatap lurus ke arahnya tanpa berniat untuk menjawab. Dia menyerah, buru-buru berdiri, mengenakan jubah tidurnya dan berlalu menuju kamar mandi, tidak ingin menanyakan apapun lagi kepada Keith.Satu jam kemudian, keduanya sudah rapi. Anna menggunakan gaun casual selutut berwarna salem dan Keith mengenakan kemeja berwarna hitam. Kemeja itu berukuran pas di tubuh lelaki itu, mencetak tubuh proporsionalnya dengan jelas.“Aku sudah memesan tempat untuk makan malam kita,” kata Keith tiba-tiba memecah keheningan.“Oh, oke,” jawab Anna sedikit acuh tak acuh. Dia tidak peduli dengan apa yang dikatakan Keith. Seperti apa yang dikatakan Keith tadi, selama itu tidak membahayakan nyawanya dan Archer, dia hanya perlu menurutinya.“Archer sudah pulang ke rumah,” kata Keith lagi. Dia bisa merasakan sikap Anna yang acuh tak acuh, jadi dia memancingnya dengan menyebutkan nama anak mereka . Benar saja, ketika dia menyebutkan Archer, raut wajah A
“Masa lalu,” jawab Keith, yang justru membuat Anna semakin bingung.“Apa maksudmu kamu pernah datang kemari bersama mantan kekasihmu?” tanya Anna muram. Suasana hatinya yang semula baik, tiba-tiba menurun drastis. Dia bahkan mengomel di dalam hatinya, “apa-apaan dia? Apakah dia sengaja mengajakku ke sini untuk pamer?! Memamerkan kisah cinta masa lalunya untuk membuatku sedih? Cih! Siapa yang peduli?”Keith masih menatap lurus ke arah pantai, namun dia bisa sedikit merasakan perubahan suasana hati Anna dari nada suaranya. Sudut bibirnya sedikit terangkat, dan raut wajah Keith sedikit melembut. Dia mengambil gelas berisi anggur dari atas meja, menggoyangkan gelas itu perlahan, lalu menyesapnya ringan, “ya, hanya sebuah kisah cinta masa kecil.”Anna menggembungkan pipinya tanpa sadar, merasa tidak ingin mendengar apa yang disebut kisah cinta masa kecil Keith lebih jauh.“Dia … gadis kecil itu dulu mengajakku untuk menikah, dan aku setuju untuk menikahinya,” lanjut Keith dengan suara lemb
“Mama, lihat! Tunasnya sudah keluar!” Mata Archer berbinar terang ketika melihat daun-daun kecil yang menyembul keluar dari tanah. “Bagus, bukan?” tanya Anna. Dia ikut menatap tunas-tunas kecil yang tumbuh dengan perasaan senang.Archer menoleh dan bertanya kepada Anna dengan nada penuh harap, “bisakah kita memasaknya sekarang?”Anna tertawa ketika mendengar pertanyaan Archer, “tentu saja belum. Kita harus menunggu sayur-sayur itu tumbuh besar.”Archer langsung terlihat kecewa ketika mendengar jawaban Anna. Melihat raut wajah Archer, Anna mengusap ringan rambutnya, “jangan sedih, sayuran tidak akan memakan waktu lama untuk tumbuh besar.”“Baiklah!” jawab Archer.Anna melihat sekeliling kebun kecilnya. Beberapa kotak taman bedengan tersusun rapi, siap untuk menunggu bibit-bibit sayuran dipindahkan. Ada juga pohon buah seperti cherry, plum, blueberry, aprikot, peach, dan lain sebagainya tersusun rapi di sisi-sisi kebun. Anna sengaja membeli pohon buah-buahan yang berukuran besar, agar
“Tuan, Mari kita ke ruang makan. Tuan Besar dan Nyonya Besar sudah menunggu sedari tadi,” kata Waren mengingatkan lagi."ya," jawab Keith. Dia mengambil Archer dan menggendongnya dengan satu tangan. Tangan kirinya meraih telapak tangan Anna dan menggenggamnya lalu kembali membawa mereka berdua tanpa mengatakan apapun.Sebuah pintu besar berwarna putih terlihat. Waren berjalan mendekati pintu terlebih dahulu, dan membukakan pintu itu, agar Keith dan keluarganya bisa masuk.Jantung Anna berdebar lebih keras. Dia tanpa sadar menggenggam telapak tangan Keith lebih kencang. Di sisi lain, ketika menyadari Anna kembali gugup, Keith menggosokkan jempolnya telapak tangan Anna, membuat Anna sedikit tertegun.“Apakah dia bermaksud untuk menenangkanku?” tanya Anna tidak percaya di dalam hatinya. Belum sempat dia berpikir lebih jauh lagi, dia bisa melihat kedua mertuanya sedang duduk menanti kedatangan mereka.Wanita di meja makan, seharusnya adalah Ibu Keith, Marry Wilson. Dia memiliki rambut pen
Anna tertegun ketika mendengar perkataan Marry. Dia menoleh ke arah Keith, seolah-olah bertanya dengan ekspresi wajahnya, “apa ada hal seperti ini?”Keith hanya meliriknya sekilas lalu berkata dengan nada penuh peringatan kepada Marry, “jangan berbicara omong kosong!”“Hah! Berbicara omong kosong?” Marry mendengus seraya tertawa mengejek ketika mendengar sanggahan Keith. “Aku sudah menyuruhmu untuk menikahi Mia! Dia jauh lebih cantik dan berwawasan luas! Tapi kamu malah memilih seorang pengecut! Lihat, apa yang dia lakukan selain membuat masalah untuk kita?!”Anna masih berpikir dalam diam, “Anna? Anna Brooke?”“Kenapa tidak kamu saja yang menikahi Nona Brooke? Kenapa harus aku?” ejek Keith santai. Dia lalu segera menambahkan, “saat itu, Ibu tidak bisa menikahi Tuan Brooke dan harus menerima perjodohan dengan Ayah. Jangan memaksaku untuk menjalani ambisi lamamu yang tidak tercapai.”“Kamu!” Marry meraung marah seraya menunjuk ke arah Keith. Perkataan Keith menusuk tepat di titik tersa
“Keith, apa kita bisa bicara sebentar?” Anna menghampiri Keith yang sedang duduk bersantai di beranda kamar. Keith menoleh, lalu mengangguk seraya bergumam pelan, mempersilahkan Anna untuk bergabung bersamanya.Dua minggu telah berlalu semenjak mereka datang ke rumah utama keluarga Wilson. Keith menolak untuk berbicara dengan Marry, namun dia masih bersedia sesekali berkomunikasi dengan Eric.Anna duduk di kursi di samping Keith. Untuk sementara, tidak ada seorangpun yang berbicara. Keduanya sama-sama menikmati pemandangan malam itu.Setelah beberapa saat, Anna akhirnya membuka suara, “Keith, bisakah kamu … sedikit melonggarkan peraturan untukku?”Keith mengerutkan alisnya, merasa sedikit waspada dengan apa yang ingin dikatakan Anna, “peraturan apa?”“Emm … begini. Bisakah aku pergi keluar untuk menemui temanku?” tanya Anna.“Teman?” Keith menoleh, memicingkan matanya penuh selidik ketika dia melihat ke arah Anna. “Siapa?” Berdasarkan hasil penyelidikan yang Keith dapatkan ketika An