Angelina yang masih terus dipukuli oleh Ethan itu tidak dapat membuka mulutnya, tapi matanya yang melihat seluruh kejadian di depannya itu mulai memerah.'Wanita ini sungguh tidak mudah!'Dia baru datang ke Bandung, tapi sudah mampu menarik hati Angkasa, bahkan dia dihukum karena dirinya.'Sebenarnya apa strateginya?' Angelina merasa seluruh wajahnya sudah mati rasa.Dia menatap Tasya dengan penuh benci, ingin rasanya menghancurkan dia melalui sorot matanya!Tasya memandang ke sekitar sekilas, kebetulan matanya bertemu pandang dengan Angelina. Dia tersenyum, senyumnya mengandung ejekan, mengandung kepuasan, dan masih ada satu hal lagi yang tak dimengerti Angelina.Angelina tiba-tiba merasa Tasya sangat berbahaya. 'Apakah dia sengaja?''Bagaimana mungkin? Siapa dia?'Timbul bermacam-macam pikiran dalam benak Angelina. Namun, dia tak menemukan jawabannya.Dia sama sekali tak punya gambaran akan wajah yang asing itu. Angelina melihat dirinya sendiri yang terus mengejar Angkasa selama ena
Tasya terkejut. "Kamu melakukan ini hanya agar aku tetap tinggal?""Tentu saja," Angkasa begitu yakin dengan ucapannya."Mengapa?" Begitu pertanyaan ini keluar, barulah Tasya sadar rasanya sedikit tidak tepat, namun dia tak keburu menarik pertanyaannya kembali.Angkasa menggenggam tangannya, lalu berkata. "Kurasa kamu tahu alasannya."Tasya seperti tersengat listrik, rasanya ingin dia menarik kembali tangannya, namun dia tak dapat melakukannya. Tangan Angkasa menggenggamnya begitu erat.Sorot matanya begitu tajam. "Tasya, kamu benar-benar tak ingin mengatakannya padaku?"Matanya begitu menawan, membuatTasya tak berani menatapnya. "Apa yang sedang kamu katakan? Aku tak mengerti. Tuan Angkasa, diantara kita tidak ada apa-apa, kamu yang mengatakan ingin melampiaskannya menggantikanku, saat ini kamu mengatakan hal yang tak jelas asalnya ini, jangan sampai orang lain yang mendengarnya salah paham!""Siapa yang salah paham? Siapa orang itu? Khiar? Diantara kalian ada hubungan apa?" Angkasa
Ketika dia telah meninggalkan ruangan barulah Tasya membuka matanya.Matanya mengandung tatapan yang tak dimengerti. Angkasa membuka pintu kamar, didapatinya Ethan sedang berdiri di koridor menunggunya. "Ada masalah?"Ethan buru-buru mengikutinya, lalu berkata pelan. "Tuan Angkasa, aku telah memeriksanya, di hari ketika data perusahaan tersebar, Zayn sepertinya benar-benar ke kantor. Di dalam rekaman kamera pengawas, dan lagi ada orang yang melihatnya, sepertinya ada seorang anak kecil yang masuk ke kantormu, tapi apakah itu Zayn, mereka tidak yakin."Mata Angkasa memicing, sekilas terlihat sinar di dalam matanya. "Antar aku kembali ke rumah.""Ya." Tanpa berkata dua kali, Ethan mengikuti Angkasa kembali ke rumah. ***David sedang sibuk bermain game di kamarnya. Game itu buatan Zayn, dikiranya dirinya tak terlalu bodoh sehingga game itu tidak akan terlalu susah baginya, namun sampai saat ini dia sudah memainkannya dalam waktu yang cukup lama dan belum berhasil juga."Ahhh! Kenapa bis
Mendengar nada bicara Angkasa yang seakan-akan tak peduli, Ethan diam-diam berkeringat dingin. Kalau benar Zayn adalah anak Angkasa, melihat sikap Angkasa yang memanjakan dan mentoleransinya ini, sampai berapa lama keluarga Angkasa dapat bertahan?Tentu saja, Ethan tidak berani menanyakannya, dia buru-buru mundur dan keluar untuk mengurus semua yang diperintahkan Angkasa.Setelah Ethan pergi, Angkasa cukup panik, ingin rasanya dia segera mengetahui hasil tentang hubungannya dengan Zayn. Tanpa pikir panjang, pria itu berlari ke kamar, melihat kembali hasil pemeriksaan kandungan Tasya saat itu, dan entah mengapa dia merasa senang.Tasya sama sekali tidak tahu apa yang dipikirkan Angkasa saat itu, dia tengah duduk di atas ranjang bersama Zayn dan Adelia, mereka sedang makan bersama dengan senang. "Mama, kamu harus cepat sembuh!" Zayn mengambilkan sekotak makanan lalu menatap Tasya lekat-lekat. "Makan yang banyak, Ma ..."Tasya mengelus kepalanya, lalu berkata dengan terharu. "Anakku mema
Dokter Steve sama sekali tak menyangka Angkasa akan datang sendiri untuk mengambilnya, raut wajahnya terlihat sedikit gugup. "Tuan Angkasa, aku baru menyelesaikannya, tadinya aku ingin meminta orang untuk mengantarkannya padamu, mengapa kamu datang untuk mengambilnya sendiri?""Tidak perlu, berikan saja padaku." Mata Angkasa yang begitu tergesa-gesa menatap Dokter Steve.Dokter Steve pun memberikan laporannya pada Angkasa. Tiba-tiba Angkasa begitu berkecamuk, bahkan untuk membukanya saja dia tak bisa.'Benar atau tidak? Kalau bukan ….'Tapi ia tetap ingin segera mengetahui hasilnya."Tuan Angkasa?" Melihat dirinya yang seperti orang bodoh berdiri di sana, Dokter Steve pun memanggilnya. Angkasa seperti terbangun dari mimpi."Oh, aku pergi dulu." Dia pun mengambil laporan itu dan berbalik, tangannya berkeringat dingin.Sekembalinya Angkasa ke mobil, dia melihat dokumen hasil pemeriksaan, buru-buru dinyalakannya sebatang rokok. Saat ini dirinya sangat membutuhkan nikotin untuk menenangka
Awalnya, dengan seperti itu dia dapat meluluhkan hatinya. Namun sayangnya, dia tetaplah sebuah gunung batu es, apapun yang dilakukannya, seramahapapun dia, sekeras apapun dia berkorban dan berusaha, akhirnya dia pun hampir mati di tangannya. Situasi yang sama persis seperti saat ini begitu menusuk hati Tasya, tiba-tiba dia begitu membenci Angkasa yang begitu menawan ini.Kalau saja dia tidak setampan ini, kalau saja dia buruk walau hanya sedikit, apakah dia akan sampai pada tahap ini? Sayangnya itu semua hanya sebuah khayalan!Tasya sekuat tenaga menekan perasaannya, tapi dia tetap tidak dapat mengontrol sorot matanya yang dingin dan penuh kebencian.Angkasa yang sedang berbahagia itu seperti diguyur air dingin ketika melihat matanya yang penuh kebencian itu, seluruh tubuhnya dingin. "Ada apa? Tidak suka kedatanganku?"Angkasa berjalan maju selangkah, meletakkan mangga yang dibawanya di atas meja. Bau harum mangga itu menusuk hidung Tasya, sekali lagi mau tak mau dia merasa sedih. Ya
Enam tahun dia tidak makan buah ini, sekarang memakannya lagi dia masih dapat merasakan rasa manisnya, sayangnya suasana hatinya tidak sama lagi.Dia makan sepotong demi sepotong, tiba-tiba dia menyadari tangan Angkasa sudah tidak seperti sebuah telapak tangan lagi. Telapak tangan yang tadinya hanya ada beberapa bintik merah saja kini telah merah dan membengkak semuanya. Bahkan lehernya, wajahnya juga mulai merah."Angkasa, ka—" Tasya buru-buru meletakkan mangga di tangannya, dia ingin mengatakan sesuatu, namun terhenti.Dia tidak seharusnya memperhatikannya!Tapi kalau dia alergi sampai mati, bagaimana dengan Putri?Benar!Dia memperhatikan pria brengsek ini demi Putri!Tasya diam-diam berperang melawan dirinya sendiri, baru setelah dia dapat menata kembali nada bicaranya, dia menekan bel pemanggil perawat di sisi ranjangnya.Melihat Tasya yang begitu mengkhawatirkan dirinya, Angkasa tertawa getir."Dalam kondisi begini pun kamu masih tertawa? Otakmu tidak waras ya?" Tasya merasa taw
"Aku manusia, bukan dewa, aku sudah sakit seperti ini, kamu masih menyuruhku untuk pergi ke perusahaan? Bukankah Itu terlalu kejam? Lagipula, siapa yang membuatku menjadi seperti ini? Bukankah hanya untuk mengupaskan mangga untukmu?" Angkasa sangat pandai berkata-kata. lakukan.Tasya melihat tampang Angkasa saat ini, dan berkata dengan sedikit marah. "Kamu hanya alergi, tidak perlu dirawat di rumah sakit, kan?""Nyawaku sangat berharga, dan aku ingin pergi setelah benar-benar sembuh total, apakah tidak boleh?" Angkasa memerankan maksimal karakteristikTasya terdiam. "Aku tidak meminta kamu untuk mengupas mangganya. Angkasa, kamu benar-benar bajingan!""Aku tidak peduli, aku alergi karena mengupas mangga untukmu, Sekarang kondisiku sangat lemah dan kesulitan untuk bernapas, aku mungkin saja mengalami shock kapan saja, jadi aku perlu dirawat di rumah sakit. Dokter, cepat, saya perlu ventilator." Angkasa tiba-tiba sesak setelah berbicara, seolah-olah dia benar-benar kehabisan napas.Tasy
"Tuan Angkasa!" Ethan menerobos pintu kamar dengan terburu-buru. "Tuan, aku mendapatkannya!"Ethan berlari mendekati Angkasa sembari memberikan secarik kertas kepada Angkasa. Melihat kertas itu, raut wajah Angkasa berubah, dia terlihat sangat gembira dan berkata. "Bagus! Bagus sekali! Tapi, kenapa orang ini tidak menginginkan imbalan sama sekali? Siapa dia?!"Pertanyaan itu membuat Ethan tertegun, dia menarik nafas dalam-dalam kemudian berkata. "Aku tidak tahu, Tuan, pria itu tidak ingin memberikan identitasnya, dia hanya menelpon dan ingin memberikan ginjalnya kepada Putri, namun, siapakah Putri?""Nanti aku jelaskan, untuk sekarang jangan banyak bertanya!" Angkasa mengerutkan keningnya, dia terus berpikir namun tidak menemukan jawaban apapun. Kemudian dia berkata, "Apakah dia mau datang ke rumah sakit?"Ethan terkejut, dia tidak berani bertanya lebih banyak lagi dan berkata. "Ya, tapi dia tidak ingin bertemu denganmu, dia hanya berkata 'Jika menginginkan Putri selamat, jangan mencari
Melihat ibu dan putranya yang sama-sama menangis, membuat Ethan merasa sedih. Da melangkahkan kakinya dan berkata, "Nyonya, Tuan Muda, Tuan Angkasa telah memperhatikan kalian selama ini. Enam tahun yang lalu, saat tubuh Nyonya tidak ditemukan, Tuan Angkasa tidak mengizinkan siapa pun untuk membangun makam untuk Anda. Dia bersikeras mengatakan bahwa jika tubuh istrinya tidak ditemukan, itu berarti istrinya masih hidup. Selama enam tahun terakhir, Tuan Angkasa telah mengubah dirinya menjadi sebuah mesin yang bekerja tanpa henti seperti robot," Ethan menghela nafas panjang. "Tak ada kesedihan, kegembiraan, maupun kebahagiaan. Meskipun dia membawa Nona Angelina ke rumah Keluarga Wijaya, dia juga merawat dan memperhatikan Tuan Muda Kedua dan ibunya. Meskipun demi mengembalikan identitas dan perkembangan Tuan Muda Kedua, tapi Tuan Angkasa sama sekali tak ada perasaan khusus kepada Nona Angelina."Ethan terdiam beberapa saat, kemudian melanjutkan. "Tuan Angkasa bahkan tidak membiarkan Nona A
Tasya menepis keraguannya, kemudian mendengar rekaman itu.[Angkasa, kamu sungguh keji! Tasya, kamu brengsek! Apakah kamu tidak melihatku di matamu, selama wanita ini ada? Aku kembali enam tahun yang lalu untuk mendapat status sebagai Nyonya Wijaya?! Angkasa, apakah kamusungguh-sungguh tak tahu? Aku melahirkan David untuk bisa bersamamu. Tapi, mengapa hanya ada Tasya di hatimu? Itu kejadian enam tahun yang lalu, dan enam tahun kemudian juga masih seperti itu! Kamu yang memaksaku, Angkasa, kamu memaksaku!][Enam tahun lalu, aku menyuruh seseorang membakar Tasya hingga mati. Enam tahun kemudian, bahkan aku juga membuat hidup Tasya jauh lebih buruk!]Saat dia mendengar apa yang dikatakan Angelina, ekspresi wajahnya mendadak berubah. Ternyata kebakaran enam tahun lalu diatur oleh Angelina! Dengan kata lain, Angkasa benar-benar tidak tahu apa-apa pada saat itu.Apakah justru dia yang selalu menyalahkan Angkasa? Meskipun Tasya sudah mulai percaya kepada Angkasa, tapi ketika bukti sudah ada
Zayn rasanya ingin sekali menghajar Decky, tapi Ethan lebih cepat darinya. Saat Angkasa melangkah mundur, dia langsung meninju mata pria itu. Decky merasa kepalanya pusing. Ethan memelintir lengannya tepat di belakangnya dan mengambil alih kembali.Ethan menendang tempurung lutut Decky dan berkata dengan dingin, "Decky, siapa yang mengajarimu keahlian ini? Kamu sungguh tak tahu berterima kasih karena hari ini kamu berurusan dengan Tuan Angkasa. Apakah kamu tidak punya hati?"Decky tahu bahwa dia sudah kalah, dia tidak bisa berjuang lebih jauh lagi. Namun, dia berpikir, 'Apakah Kokom sudah membuangku saat ini?'Decky tidak tahu dan tidak berani bertanya, dia hanya berharap Kokom bisa melarikan diri dari dunia ini. Meskipun kemungkinannya sangat rendah, memiliki harapan masih lebih baik daripada tak punya harapan.Dimas yang berada di luar juga bergerak cepat. Dia sudah berurusan dengan tim di bagian depan dan segera berkumpul menuju ke tempat Angkasa berada."Angkasa, Zayn!" Tasya berl
Saat Kokom melihat Angkasa, mereka berdua bingung. Dia menarik Decky, kemudian berbalik dan pergi. Namun dia mendengar Angkasa berkata dengan nada dingin, "Kalian kira kalian bisa pergi ke mana? Salon ini dikepung oleh orang-orangku. Apa kalian yakin kalian bisa kabur?"Decky langsung menghentikan langkahnya saat itu juga. Sebenarnya, Angkasa bisa dianggap sebagai penyelamatnya. Dalam Keluarga Wijaya, selama ini Angkasa sangat baik kepadanya, tapi ... Decky menghentikan langkahnya dan memandang Angkasa.Dia merendahkan suaranya dan berkata, "Tuan Angkasa ... Kupikir Anda meninggal dalam kebakaran enam tahun yang lalu. Ternyata aku sangat naif. Anda melewati hidup Anda dengan baik saat ini. Tapi Tasya telah berubah karena kebakaran itu. Dapatkah Anda memberi tahu saya apa yang terjadi kemudian?"Wajah Angkasa berubah menjadi dingin, raut wajahnya tak sebaik sebelumnya.Decky tahu bahwa persahabatannya dengan Tuannya, Angkasa dan asisten rumah tangganya, telah memburuk sejak enam tahun
Decky buru-buru kembali. Saat dia melihat seseorang membuat keributan, dia merasa sedikit gugup. Namun, dia tak berani tinggal di situ dan segera berbaur dengan kerumunan orang yang berjalan ke arahnya.Sebelum Angelina keluar, Decky ditarik seseorang begitu dia melalui pintu."Siapa?" Decky sangat waspada."Ini aku, Kokom." Mata Kokom hanya dibalut secara sederhana, tapi luka itu masih terasa sakit.Melihat kondisi Kokom, Decky menjadi makin khawatir. "Bagaimana kamu bisa jadi seperti ini?""Bocah ingusan itu! Kami semua membenci anak itu. Decky, dengarkan aku. Zayn kabur. Meskipun aku tahu dia masih di salon kecantikan ini, tapi aku sangat kesal dan tidak tenang. Bukan suatu kebetulan jika seseorang membuat masalah di luar tanpa alasan. Kemungkinan kita semua akan terlibat!" Ujarnya dengan panik. "Dengarkan aku. Jangan menemui Angelina sekarang. Ayo kita pergi. Aku khawatir orang-orang Angkasa ada di luar sekarang. Ketika kita ingin lari, kita sudah tidak bisa lari lagi." Kokom berk
Tangan Angkasa gemetar. Ketika Tasya mendengarnya, fia dengan cepat mendekati Angkasa. Ketika dia melihat deretan kode di ponsel Angkasa, dia bertanya dengan bingung, "Di mana ini? Mengapa semuanya begitu acak?"Angkasa dengan bangga berkata, "Anak kita sungguh genius! Ini adalah kode jaringan antara dia dan aku. Zayn telah memberi tahu aku lokasi tepatnya. Ethan, beri aku alat pelacak lokasi."Karena Ethan tahu teknologi komputer Zayn, sehingga dia tidak meragukannya lagi. Ethan menyerahkan alat pelacak lokasi kepada Angkasa. Angkasa mencari sesuai dengan posisi yang diberikan oleh Zayn, dan akhirnya lokasinya terlacak di sebuah kamar di lantai pertama barat laut sebuah salon kecantikan."Di sana! Zayn ada di salon itu! Tunjukkan padaku bagaimana cara masuk ke lubang ventilasi. Yang lain bekerja sama dengan Tasya. Ethan, suruh Agung untuk menutup jaringan internet. Semua orang yang berada di luar, hari ini, tak peduli siapa yang ada di dalam sana, aku tak akan membiarkannya kabur!""
Setelah Zayn bersembunyi di bawah tempat tidur di ruang VIP, dia tiba-tiba melihat sebuah lubang kecil yang didalamnya terdapat kamera. Dia tidak mengerti mengapa benda itu ada di sana, tetapi baginya, itu merupakan kesempatan.Zayn tersenyum tipis. Dengan cepat, dia melihat ke arah kamera, dan menemukan bahwa ini hanyalah mesin yang terhubung, dan ada mesin kontrol utama di luar untuk mengendalikannya.'Bagaimana aku bisa melewati semuanya di sini?' Zayn merasa bahwa ini agak merepotkan.Jika dia mematikan kamera ini, pasti akan menarik perhatian semua orang, sekaligus memberitahu semua orang bahwa dia ada di sini. Zayn menjulurkan kepalanya dan melihat ke arah kamar mandi. Orang di dalamnya masih mandi dan bahkan tidak memperhatikan dia masuk.Zayn pelan-pelan merangkak ke luar, mencari saklar listrik, tapi dia tidak bisa menemukannya. Dia tiba-tiba menyadari bahwa saklar biasanya ada di luar, dan dia akan tertangkap jika dia keluar.'Bagaimana aku bisa mematikan listrik untuk semen
Tasya menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan nada marah, "Salon kecantikan macam apa ini? Kalian mengintimidasiku seperti orang asing? Baiklah! Di seluruh Bandung, tak hanya ada salon kecantikan ini saja. Kamu benar-benar menganggap dirimu sampah. Aku tak perlu membuang waktuku di sini."Setelah berkata demikian, Tasya menendang kursi, mengambil tas miliknya, dan meninggalkan salon kecantikan itu. Pelayan itu tidak menahan kepergian Tasya, tapi dia merasa lega."Pergi dan periksalah. Apakah orang-orang di belakang sudah menemukan si kecil brengsek itu? Sekarang, pasanglah tanda di luar untuk menutup toko. Jangan biarkan seorang pun masuk lagi, atau sesuatu akan terjadi." Seorang Manajer salon kecantikan itu berkata dengan tenang.Para pelayan lainnya melakukan titahnya dengan cepat.Tasya memperhatikan bahwa saat dia keluar, para pelayan salon kecantikan itu tiba-tiba menggantung tanda 'TUTUP'.Tiba-tiba, dia merasa dugaannya semakin kuat. Saat Angkasa melihat Tasya keluar, di