Enam tahun kemudian ....
"Tuan Angkasa, ini adalah dokumen yang kita terima dari Star Company, Prancis. Dan, kebetulan orangnya telah sampai di Bandung," Ethan menatap Angkasa yang sedang menatap ke arah jendela dengan tatapan kosong. "Tuan, apakah kita mau menyuruh orang untuk menjemputnya?"Seorang pria duduk di atas kursi kerjanya dengan tatapan kosong memandangi ke arah jendela luar kantor. Dari belakangnya, seorang pria berjalan menghampiri dengan membawa beberapa dokumen di tangannya. Ethan Daniel, asistennya memberikan sebuah dokumen berisi data pribadi seseorang kepada Angkasa.Angkasa sama sekali tidak menghiraukan Ethan. Melihat tuannya yang terdiam tanpa jawaban, Ethan kembali berkata dengan raut wajah yang bingung. "Kudengar, desainer ini sangat terkenal di luar negeri, hasil rancangan fashionnya sangat sulit didapatkan. Kalau bukan karena mereka bekerjasama dengan Star Company kali ini, mereka pasti tidak akan meminta desainer itu ke tempat kita untuk mengadakan pelatihan."Mendengar perkataan Ethan, tatapan mata Angkasa menyipit. "Helen?""Ya, Helen Flanagan," Ethan buru-buru mengangguk mendengar ucapan Angkasa.Helen Flanagan, seorang desainer Fashion yang baru saja naik daun tahun ini. Sepasang pakaian yang dirancang khusus olehnya meraih juara pertama dalam ajang Desain Internasional. Angel Wings, sebutan untuk desain yang Helen rancang secara khusus ini belum dipasarkan secara bebas, sehingga banyak sekali orang-orang yang bersaing untuk mendapatkannya.Untuk saat ini, Helen hanya merancang dua pasang dan dengan harga yang fantastis. Meskipun dengan harga yang melejit, tetap saja begitu banyak para konglomerat yang menginginkannya.Sampai saat ini karena kerjasama dengan Star Company, Helen langsung mengunjungi sendiri kota Bandung. Sementara itu, perusahaan yang dipimpin oleh Angkasa, Wijaya Company, kebetulan beroperasi dalam bidang fashion. Hal ini membuat Ethan, sang asisten memiliki ide untuk membuat Helen bergabung dengan Wijaya Company.Mendengar jawaban sang Asisten, mata Angkasa kembali menyipit. 'Helen Flanagan ….' gumamnya mengambil dokumen Helen dan melihatnya kembali, dan dia terhenyak ketika matanya tertuju pada kertas putih yang dipenuhi oleh rangkaian tinta hitam itu.'Tasya Ziudith?!' Tatapan mata Angkasa kosong. Saat melihat nama itu, tubuh Pria itu memaksanya untuk mengingat kejadian enam tahun yang lalu."Helen Flanagan …." Angkasa mengucap nama itu dengan dalam. "Apakah kamu memiliki foto wajahnya?""Tidak ada, Star Company sangat merahasiakan identitas Helen, aku telah mencoba mencari fotonya dari sumber manapun, tapi tak menemukannya," ucap Ethan kebingungan melihat tatapan mata Angkasa yang kosong. "Rumor mengatakan, dia merupakan seorang perempuan yang sangat cantik."'Tasya Ziudith? Apakah hanya namanya saja yang sama?' Angkasa terus menatap nama Tasya di kertas itu dengan waktu yang cukup lama."Tuan?" Ethan yang melihat Angkasa menatap kertas itu dengan fokus memanggilnya."Atur semuanya, aku akan pergi untuk menjemputnya," ujar Angkasa mengetuk-ngetuk meja.'Tasya …. Nama itu tidak buruk, namun apakah hanya kebetulan saja?'Enam tahun lalu tak seorangpun menemukan jasad Tasya di tengah-tengah kobaran api dan reruntuhan bangunan. Dan, pihak kepolisian mengatakan bahwa api terlalu besar dan jasad itu telah hangus terbakar menjadi abu. Namun, Angkasa tak pernah mempercayai bahwa Tasya sudah mati.Dan sekarang, Helen Flanagan memiliki nama asli Tasya Ziudith?!Dia tak sabar untuk segera bertemu dengan desainer ini.Ethan sedikit melongo, sudah Enam tahun ini tidak banyak orang yang Angkasa mau turun tangan untuk menjemputnya sendiri. Mendengar titah Angkasa, dia segera berbalik mengurus semuanya.***Ketika mobil tiba di bandara, pesawat yang ditumpangi Tasya baru mendarat. Sambil membawa sebotol minuman, Tasya menarik kopernya keluar dari pintu pemeriksaan. Rambutnya yang panjang berwarna merah terurai dengan indah, tubuhnya yang indah sempurna, sepatu kaca yang indah menarik mata semua orang yang ada di sana."Siapa wanita itu?""Aku tidak pernah melihatnya.""Tunggu, aku mendengar bahwa ada seorang desainer terkenal yang akan datang hari ini, mungkinkah?"Langkah kakinya membuat orang-orang menerka siapa wanita itu.Sementara itu, di sisinya ada seorang anak lelaki berpakaian baju kasual berwarna putih, kulit putih, bulu matanya yang panjang mengerjap-ngerjap, membuat orang memperhatikannya. Anak kecil itu mengenakan topi yang terbalik, di mulutnya tersumpal sebatang lollipop, langkahnya yang kecil terus mengikuti Tasya. Orang-orang yang melihatnya mengeluarkan tatapan gemas dan imut, namun matanya yang bulat indah itu membuat orang tanpa sadar tidak berani mendekat."Zayn, di sini adalah Bandung, bukan Prancis, jangan memberikan tatapan yang sombong seperti itu, dan jangan pergi kemana-mana," Tasya kewalahan dengan ekspresi anaknya itu, namun disisi lain dia juga menyukainya.Di saat Zayn Ziudith mengacungkan tangannya, dia semakin melihat bayang-bayang Angkasa di dalam dirinya. Terkadang mau tak mau dia harus mengakui kekuatan genetik, namun dia lebih berharap semoga Zayn lebih mirip dengannya."Mom, memangnya apa yang telah kulakukan? Apakah aku salah?" Zayn mengangkat bahu tanpa rasa bersalah dengan wajah yang nakal.Tasya hanya menggeleng sambil tertawa kecil, dia mengulurkan tangannya dan mengusap kepala anaknya sejenak. "Jangan tunjukkan wajah yang membohongi seluruh dunia itu untuk merengek padaku, you're my son, apa aku tak tahu sifat aslimu? Listen, kali ini kita kembali ke Bandung, kamu harus bersikap baik, jangan membuat onar, oke?""Ah, kamu kembali untuk bekerja, aku kembali untuk melihat tempat Mama dibesarkan, aku tidak akan melakukan apapun. Mom, i'm your son! Bagaimana bisa kamu melarangku seperti melarang musuh?" Mulut Zayn yang kecil itu mengerucut tanda tak puas.Tasya mengelus kepalanya dengan lembut, "Dasar, kamu memang pintar berbicara, aku hanya mengingatkanmu berapa kalimat saja. Lets go, kita keluar dari bandara dulu, nanti aku akan menelepon Tante Adelia, kita akan tinggal di rumahnya beberapa hari.""Oke, Mom," Zayn tertawa bak malaikat, dia menggandeng tangan Tasya dan berjalan keluar.Tiba-tiba, Zayn merasakan ada sebuah bayangan yang terasa familier di matanya. Orang terlihat sangat mirip dengannya, segurat bayangan yang dingin yang membuat orang bisa merasakannya dari kejauhan.'Orang ini …. Kenapa dia mirip denganku?'Zayn diam-diam mengangkat kepalanya dan melihat kepada Tasya sekilas, dia melihat Tasya yang sedang mencari nomor telepon itu, tiba-tiba dia memeluk perutnya. "Omg, Mom, perutku sakit, aku ingin ke toilet!"Mendengar anaknya memanggil, Tasya memalingkan kepalanya dan melihat Zayn tengah meringkuk sambil memeluk perutnya, wajahnya memerah, kakinya yang kecil itu tidak berhenti bergerak, sepertinya dia sudah tak tahan lagi."Mama akan pergi denganmu," sambil berkata demikian, Tasya hendak menggendong Zayn, namun tiba-tiba Zayn berlari pergi."Tidak perlu, Mom, aku sudah tak tahan lagi, kamu tunggu aku saja diluar, i will be right back!" Zayn berlari secepat kilat.Melihat tingkahnya itu, Tasya hanya bisa menggeleng-geleng lembut, sambil kembali mulai menelepon. "Adelia, aku Tasya, aku telah kembali."Tasya menelepon Adelia Putri sahabat baiknya itu, selama Enam tahun ini mereka tetap berhubungan. Wanita jtu begitu senang ketika mendengar kabar bahwa Tasya telah kembali."Kapan kamu kembali? Aku akan izin di kantor untuk menjemputmu, kamu di bandara?" Adelia kegirangan setengah mati."Tidak perlu menjemputku, aku membawa Zayn pulang, aku akan naik taksi saja dan langsung ke rumahmu," sambil berjalan, Tasya sambil terus berbicara, dia tak melihat orang di depannya, akibatnya dia menabrak orang tersebut. "Ahh!"Telpon genggamnya terjatuh akibat tabrakan itu, dengan refleks Tasya menunduk mengambil ponselnya. "Maaf, aku tidak …." saat Tasya mengangkat kepalanya dan seketika itu juga terdiam.'A-angkasa!?'Apakah ini takdir?!Tidak mungkin bagi Tasya untuk memikirkan hal itu bukan? Lelaki yang pernah menyia-nyiakan dirinya! Dulu, saat kejadian di rumah sakit, Angkasa lebih memilih Angelina dan meninggalkan wanita itu sendirian, dan selama enam tahun ini pria itu tidak pernah mencarinya. Apakah pantas bagi Tasya mengharapkannya kembali?Ketika Angkasa melihat Tasya dari kejauhan, sekujur tubuhnya bergetar. Bayangan itu, siluet yang sedang berjalan itu benar-benar mirip dengan Tasya! Tanpa bisa menguasai dirinya, dia berjalan mendekat.Ethan sendiri ternganga melihatnya, dia tidak pernah melihat Angkasa berinisiatif mendekati wanita manapun, terlebih lagi setelah terjadi hal tak terduga pada istrinya Enam tahun lalu. Angkasa semakin menjadi seperti gunung es saja, membuat orang mau tak mau menghindarinya, baru kali ini dilihatnya dia sengaja mendekati seorang wanita.Tanpa sadar, dia kembali melihat Tasya beberapa kali, namun dalam sekejap dia terpaku oleh paras Tasya yang menakjubkan. Paras yang begitu sempurna, bak dewi yang baru saja turun dari langit.Itu juga dirasakan oleh Angkasa, hanya saja Angkasa segera tersadar, dia mengernyitkan alisnya, kakinya tanpa sadar melangkah mundur, lalu berkata dengan dingin. "Apa kamu buta, hah? Kalau jalan tuh pakai mata!"Dalam hati Tasya tertawa dingin. Saat ini wajahnya dengan yang dulu jauh berbeda. Dia masih ingat rasa sakit yang tak tertahankan ketika api membakar kulitnya, masih ingat bagaimana dia harus menahan sakit selama sembilan bulan demi menjaga anak dalam kandungannya, dan setelah melahirkannya barulah dia menjalankan operasi plastik.Siang dan malam, dia selalu dihantui mimpi buruk, dan setiap mengungat itu, air matanya membasahi bantalnya. Saat ini dalang dari kecelakaan yang menimpanya ada di depan matanya. Wanita itu tak tahan lagi ingin mencabik-cabik wajahnya, merobek hatinya dan melihat sebenarnya apa isi hatinya itu, dan yang lebih ingin dia tanyakan adalah, apakah dia punya hati?Tangan Tasya menggenggam ponsel sambil sedikit gemetar. Dia menatap raut wajah Angkasa yang dingin, berkata sambil tersenyum. "Maaf, barusan aku sungguh tidak melihatmu," Tasya sedikit menundukkan kepalanya. "Jas milikmu jadi kotor karena minuman yang aku bawa. Lebih baik aku ganti yang baru, bisakah aku
Mata Zayn bersinar kegirangan, namun dia tetap berkata sambil berpura-pura menangis. "P-paman, aku akan keluar, tapi jangan pukul aku ya?" suaranya bergetar seakan-akan dia ketakutan. "Anggap saja kamu sedang dipipisi oleh anakmu sendiri. Aku benar-benar tidak sengaja. Juga jangan beritahu Mama, ya? Dia akan menghajarku!" Zayn terus berkata sambil mengeluarkan nada tangis pura-puranya itu.Angkasa kembali terdiam membeku dan menghentikan apa yang sedang dilakukannya. 'A-anak sendiri?''Jika Tasya tidak meninggal, mungkin anakku juga sebesar ini sekarang?' Angkasa menatap pantulan dirinya sendiri di cermin.Pria itu tidak pernah terlihat begitu menyedihkan, rambutnya basah dan menempel di dahinya, kedua matanya yang menekuk ke atas memancarkan kemarahan.'Mata bocah itu ….' Mendadak Angkasa sadar bahwa anak itu juga memiliki sepasang lipatan mata yang sama persis dengan miliknya.Pantas saja, dia merasa anak itu tidak asing, ternyata karena kedua matanya. Di seluruh Bandung, orang yang
'A-Apa maksudnya ini?'Mata indah Zayn memerah, ingin rasanya dia membakar wajah Angkasa yang muncul di layar komputer itu.Tampaknya, dia memberi pelajaran terlalu kecil di bandara tadi. Zayn mengeluarkan sebuah kamera dari saku bajunya, lalu memasukan SDCard ke komputer. Anak kecil itu segera mengupload video berisi Angkasa yang dipipisi olehnya tadi.Setelah selesai, Zayn tersenyum, dia kembali menyelidiki sejenak tentang David, didapatinya ternyata dia bersekolah di TK Semesta."Sepertinya Taman Kanak-kanak di Bandung cukup bagus."Zayn tersenyum getir, setelah dia menghapus jejak di komputer itu dengan bersih, anak kecil itu mematikan komputer lalu bangkit berdiri dan mulai membantu Tasya membereskan kopernya. Tubuh yang kecil itu membuatnya sedikit kesulitan untuk menggantungkan baju di lemari.Zayn melihat kaki kecilnya itu dengan kesal. "Aku akan makan yang banyak! Dan segera tumbuh besar, dengan begitu aku bisa melindungi Momy," dengusnya menggerutu.Sadar dirinya kesusahan,
Tasya dan Adelia mengobrol tanpa henti melepas rindu mereka sambil memasak bersama di dapur."Tasya, coba lihat ini!" sahut Adelia menyodorkan ponsel miliknya sambil tertawa. "Ini lucu sekali! Memang, orang jahat harus mendapatkan balasan yang setimpal!"Zayn yang mendengar suara tawa itu mengerutkan keningnya. "Tante, kenapa tawamu begitu cempreng?" ujarnya dengan nada kesal. "Pantas saja kamu masih melajang setua itu!"Mendengar itu Adelia terkejut bukan main. "Hei bocah, apa katamu? Sekali lagi bilang, aku akan menciumu tanpa henti."Zayn menatapnya dengan nyinyir dan segera berjalan ke tempat Tasya, namun raut mukanya berubah dalam sekejap. "Mama, biar aku saja yang bereskan, kamu duduk dan istirahat saja di ruang tamu."Melihat Zayn yang begitu lugu dan juga baik terhadap ibunya, emosi Adelia mereda. "Bocah, untung saja kamu sangat baik terhadap ibumu, jika tidak, aku akan mencabik mulutmu!""Berisik!" gerutu Zayn dengan kesal. "Wanita tua yang bahkan tidak mengerti bagaimana mem
Tasya menarik napas dalam-dalam, lalu berkata datar. "Zayn bukan anak yang akan membiarkan dirinya ditindas, tenang saja.""Ya, untuk satu hal ini aku mengakuinya." Adelia dan Tasya terus mengobrol tanpa henti.Sementara Angkasa, pria itu sedang mengamuk hebat di dalam kantornya."Siapa yang menyebarkannya di internet?!""Apakah orang-orang yang dibayar untuk menjaga privasi terhadap publik itu hanya makan gaji buta, tidak bisa melakukan apa-apa? Video seperti ini bisa beredar di internet, apa yang mereka lakukan?" Angkasa melemparkan ponsel di hadapannya itu ke arah Ethan.Ethan berkeringat dingin.Dia juga baru menemukan video itu, ketika ingin menghapusnya, video itu sudah terlanjur menyebar. "Tuan Angkasa, kami juga sedang berusaha membereskannya, tapi sepertinya pihak yang menyebarkan itu menambahkan virus di dalamnya. Sehingga komputer kami terjangkit virus, saat ini teknisi IT sedang memperbaikinya," jawab Ethan dengan gemetar.Melihat Angkasa yang hanya terdiam, Ethan kembali
Sudah begitu lama Angkasa tidak semarah itu, bahkan sudah lama dia tidak turun tangan untuk membereskan masalah seperti ini. Mau tak mau dia mengakui, ahli IT di pihak sana sangat hebat, namun dia dapat melihatnya, pihak lawannya ini kurang berpengalaman.Melihat dirinya tidak bisa bergerak lagi di layar, Zayn tahu dirinya sudah dikunci. "Kacau!" dengusnya sembari terus menerus mengetik di laptop yang dia gunakan.Zayn ingin keluar dari database milik Wijaya Company, saat ini layarnya tidak bisa dikontrol olehnya sendiri. 'Bagaimana ini?' kebingungan terpancar di wajah Zayn.'Ini berbahaya! Pria bajingan itu bisa mengetahui posisiku!' Zayn segera bergerak, secepat kilat menghubungkan alat lain ke komputer.Tiba-tiba laptop di hadapan Zayn berkedip tanpa henti, layar biru bergaris hitam memenuhi laptop itu. Virus itu telah didobrak semuanya, dan mereka telah berhasil mengunci alamat IP nya.Angkasa semakin bingung melihat alamat IP yang tertera di depan matanya. "Ethan!"Mendengar Angk
Keesokan harinya ….Ketika Tasya bangun di pagi hari, dia melihat Zayn baru dari luar membelikannya sarapan, dan meletakkannya di atas meja."Morning, Mom," Zayn tersenyum lebar pada Tasya.Meskipun raut wajahnya mirip dengan Angkasa, tapi Angkasa tidak pernah tersenyum seperti itu padanya. Sementara itu Zayn adalah malaikat baginya, malaikatnya seorang."Morning too, baby …." Tasya mengusap kepalanya dengan senang.Adelia yang mendengar suara itu segera keluar dari kamar, ketika dilihatnya sarapan yang tertata di atas meja, dia segera berkata dengan gembira, "Tasya, kamu benar-benar pengertian!" Ucapnya dengan wajah penuh kegembiraan. "Kamu bahkan telah membelikan sarapan! Hebat sekali, akhirnya hari ini aku kembali sarapan sebelum ke sekolah.""Zayn yang membelinya, aku juga baru bangun," Tasya merasa sikap Adelia telah kembali seperti biasa, tapi Zayn justru membuatnya pusing."Mama, apa aku benar-benar harus ikut Tante Adelia pergi ke sekolah?" suaranya terdengar malas.Seketika A
Perkataan Angelina membuat wanita yang berada di meja resepsionis itu kewalahan, belum sempat dia menjelaskan identitas Tasya pada Angelina, Tasya justru tertawa.Sebuah tawa yang membuat orang bergidik."Dan siapa kamu? Kamu bagian apa dari Wijaya Company? Kamu yakin ingin mengusirku?" Tak ada kegentaran dalam kata-kata Tasya, bahkan sorot matanya seperti merendahkan dan mengejeknya.Sebuah ekspresi yang menusuk Angelina secara langsung, membuatnya tiba-tiba merasa Tasya sedang mengejeknya!"Apakah aku salah mendengar?" Angel menatap Tasya dengan heran. "Aku adalah calon istri dari CEO Wijaya Company! Kuperingatkan kamu, jauhi Angkasa. Nona resepsionis, segera panggil satpam, bawa wanita jalang ini pergi dari hadapanku!" ucap Angel dengan nada yang tinggi."Calon istri? Berarti sekarang masih belum? Aku harus memberitahumu, bagi Angkasa, aku adalah orang yang sangat penting. Kalau kamu sekarang mengusirku pergi, takutnya aku akan kembali diundang ke sini," Tasya masih tetap berkata d
"Tuan Angkasa!" Ethan menerobos pintu kamar dengan terburu-buru. "Tuan, aku mendapatkannya!"Ethan berlari mendekati Angkasa sembari memberikan secarik kertas kepada Angkasa. Melihat kertas itu, raut wajah Angkasa berubah, dia terlihat sangat gembira dan berkata. "Bagus! Bagus sekali! Tapi, kenapa orang ini tidak menginginkan imbalan sama sekali? Siapa dia?!"Pertanyaan itu membuat Ethan tertegun, dia menarik nafas dalam-dalam kemudian berkata. "Aku tidak tahu, Tuan, pria itu tidak ingin memberikan identitasnya, dia hanya menelpon dan ingin memberikan ginjalnya kepada Putri, namun, siapakah Putri?""Nanti aku jelaskan, untuk sekarang jangan banyak bertanya!" Angkasa mengerutkan keningnya, dia terus berpikir namun tidak menemukan jawaban apapun. Kemudian dia berkata, "Apakah dia mau datang ke rumah sakit?"Ethan terkejut, dia tidak berani bertanya lebih banyak lagi dan berkata. "Ya, tapi dia tidak ingin bertemu denganmu, dia hanya berkata 'Jika menginginkan Putri selamat, jangan mencari
Melihat ibu dan putranya yang sama-sama menangis, membuat Ethan merasa sedih. Da melangkahkan kakinya dan berkata, "Nyonya, Tuan Muda, Tuan Angkasa telah memperhatikan kalian selama ini. Enam tahun yang lalu, saat tubuh Nyonya tidak ditemukan, Tuan Angkasa tidak mengizinkan siapa pun untuk membangun makam untuk Anda. Dia bersikeras mengatakan bahwa jika tubuh istrinya tidak ditemukan, itu berarti istrinya masih hidup. Selama enam tahun terakhir, Tuan Angkasa telah mengubah dirinya menjadi sebuah mesin yang bekerja tanpa henti seperti robot," Ethan menghela nafas panjang. "Tak ada kesedihan, kegembiraan, maupun kebahagiaan. Meskipun dia membawa Nona Angelina ke rumah Keluarga Wijaya, dia juga merawat dan memperhatikan Tuan Muda Kedua dan ibunya. Meskipun demi mengembalikan identitas dan perkembangan Tuan Muda Kedua, tapi Tuan Angkasa sama sekali tak ada perasaan khusus kepada Nona Angelina."Ethan terdiam beberapa saat, kemudian melanjutkan. "Tuan Angkasa bahkan tidak membiarkan Nona A
Tasya menepis keraguannya, kemudian mendengar rekaman itu.[Angkasa, kamu sungguh keji! Tasya, kamu brengsek! Apakah kamu tidak melihatku di matamu, selama wanita ini ada? Aku kembali enam tahun yang lalu untuk mendapat status sebagai Nyonya Wijaya?! Angkasa, apakah kamusungguh-sungguh tak tahu? Aku melahirkan David untuk bisa bersamamu. Tapi, mengapa hanya ada Tasya di hatimu? Itu kejadian enam tahun yang lalu, dan enam tahun kemudian juga masih seperti itu! Kamu yang memaksaku, Angkasa, kamu memaksaku!][Enam tahun lalu, aku menyuruh seseorang membakar Tasya hingga mati. Enam tahun kemudian, bahkan aku juga membuat hidup Tasya jauh lebih buruk!]Saat dia mendengar apa yang dikatakan Angelina, ekspresi wajahnya mendadak berubah. Ternyata kebakaran enam tahun lalu diatur oleh Angelina! Dengan kata lain, Angkasa benar-benar tidak tahu apa-apa pada saat itu.Apakah justru dia yang selalu menyalahkan Angkasa? Meskipun Tasya sudah mulai percaya kepada Angkasa, tapi ketika bukti sudah ada
Zayn rasanya ingin sekali menghajar Decky, tapi Ethan lebih cepat darinya. Saat Angkasa melangkah mundur, dia langsung meninju mata pria itu. Decky merasa kepalanya pusing. Ethan memelintir lengannya tepat di belakangnya dan mengambil alih kembali.Ethan menendang tempurung lutut Decky dan berkata dengan dingin, "Decky, siapa yang mengajarimu keahlian ini? Kamu sungguh tak tahu berterima kasih karena hari ini kamu berurusan dengan Tuan Angkasa. Apakah kamu tidak punya hati?"Decky tahu bahwa dia sudah kalah, dia tidak bisa berjuang lebih jauh lagi. Namun, dia berpikir, 'Apakah Kokom sudah membuangku saat ini?'Decky tidak tahu dan tidak berani bertanya, dia hanya berharap Kokom bisa melarikan diri dari dunia ini. Meskipun kemungkinannya sangat rendah, memiliki harapan masih lebih baik daripada tak punya harapan.Dimas yang berada di luar juga bergerak cepat. Dia sudah berurusan dengan tim di bagian depan dan segera berkumpul menuju ke tempat Angkasa berada."Angkasa, Zayn!" Tasya berl
Saat Kokom melihat Angkasa, mereka berdua bingung. Dia menarik Decky, kemudian berbalik dan pergi. Namun dia mendengar Angkasa berkata dengan nada dingin, "Kalian kira kalian bisa pergi ke mana? Salon ini dikepung oleh orang-orangku. Apa kalian yakin kalian bisa kabur?"Decky langsung menghentikan langkahnya saat itu juga. Sebenarnya, Angkasa bisa dianggap sebagai penyelamatnya. Dalam Keluarga Wijaya, selama ini Angkasa sangat baik kepadanya, tapi ... Decky menghentikan langkahnya dan memandang Angkasa.Dia merendahkan suaranya dan berkata, "Tuan Angkasa ... Kupikir Anda meninggal dalam kebakaran enam tahun yang lalu. Ternyata aku sangat naif. Anda melewati hidup Anda dengan baik saat ini. Tapi Tasya telah berubah karena kebakaran itu. Dapatkah Anda memberi tahu saya apa yang terjadi kemudian?"Wajah Angkasa berubah menjadi dingin, raut wajahnya tak sebaik sebelumnya.Decky tahu bahwa persahabatannya dengan Tuannya, Angkasa dan asisten rumah tangganya, telah memburuk sejak enam tahun
Decky buru-buru kembali. Saat dia melihat seseorang membuat keributan, dia merasa sedikit gugup. Namun, dia tak berani tinggal di situ dan segera berbaur dengan kerumunan orang yang berjalan ke arahnya.Sebelum Angelina keluar, Decky ditarik seseorang begitu dia melalui pintu."Siapa?" Decky sangat waspada."Ini aku, Kokom." Mata Kokom hanya dibalut secara sederhana, tapi luka itu masih terasa sakit.Melihat kondisi Kokom, Decky menjadi makin khawatir. "Bagaimana kamu bisa jadi seperti ini?""Bocah ingusan itu! Kami semua membenci anak itu. Decky, dengarkan aku. Zayn kabur. Meskipun aku tahu dia masih di salon kecantikan ini, tapi aku sangat kesal dan tidak tenang. Bukan suatu kebetulan jika seseorang membuat masalah di luar tanpa alasan. Kemungkinan kita semua akan terlibat!" Ujarnya dengan panik. "Dengarkan aku. Jangan menemui Angelina sekarang. Ayo kita pergi. Aku khawatir orang-orang Angkasa ada di luar sekarang. Ketika kita ingin lari, kita sudah tidak bisa lari lagi." Kokom berk
Tangan Angkasa gemetar. Ketika Tasya mendengarnya, fia dengan cepat mendekati Angkasa. Ketika dia melihat deretan kode di ponsel Angkasa, dia bertanya dengan bingung, "Di mana ini? Mengapa semuanya begitu acak?"Angkasa dengan bangga berkata, "Anak kita sungguh genius! Ini adalah kode jaringan antara dia dan aku. Zayn telah memberi tahu aku lokasi tepatnya. Ethan, beri aku alat pelacak lokasi."Karena Ethan tahu teknologi komputer Zayn, sehingga dia tidak meragukannya lagi. Ethan menyerahkan alat pelacak lokasi kepada Angkasa. Angkasa mencari sesuai dengan posisi yang diberikan oleh Zayn, dan akhirnya lokasinya terlacak di sebuah kamar di lantai pertama barat laut sebuah salon kecantikan."Di sana! Zayn ada di salon itu! Tunjukkan padaku bagaimana cara masuk ke lubang ventilasi. Yang lain bekerja sama dengan Tasya. Ethan, suruh Agung untuk menutup jaringan internet. Semua orang yang berada di luar, hari ini, tak peduli siapa yang ada di dalam sana, aku tak akan membiarkannya kabur!""
Setelah Zayn bersembunyi di bawah tempat tidur di ruang VIP, dia tiba-tiba melihat sebuah lubang kecil yang didalamnya terdapat kamera. Dia tidak mengerti mengapa benda itu ada di sana, tetapi baginya, itu merupakan kesempatan.Zayn tersenyum tipis. Dengan cepat, dia melihat ke arah kamera, dan menemukan bahwa ini hanyalah mesin yang terhubung, dan ada mesin kontrol utama di luar untuk mengendalikannya.'Bagaimana aku bisa melewati semuanya di sini?' Zayn merasa bahwa ini agak merepotkan.Jika dia mematikan kamera ini, pasti akan menarik perhatian semua orang, sekaligus memberitahu semua orang bahwa dia ada di sini. Zayn menjulurkan kepalanya dan melihat ke arah kamar mandi. Orang di dalamnya masih mandi dan bahkan tidak memperhatikan dia masuk.Zayn pelan-pelan merangkak ke luar, mencari saklar listrik, tapi dia tidak bisa menemukannya. Dia tiba-tiba menyadari bahwa saklar biasanya ada di luar, dan dia akan tertangkap jika dia keluar.'Bagaimana aku bisa mematikan listrik untuk semen
Tasya menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan nada marah, "Salon kecantikan macam apa ini? Kalian mengintimidasiku seperti orang asing? Baiklah! Di seluruh Bandung, tak hanya ada salon kecantikan ini saja. Kamu benar-benar menganggap dirimu sampah. Aku tak perlu membuang waktuku di sini."Setelah berkata demikian, Tasya menendang kursi, mengambil tas miliknya, dan meninggalkan salon kecantikan itu. Pelayan itu tidak menahan kepergian Tasya, tapi dia merasa lega."Pergi dan periksalah. Apakah orang-orang di belakang sudah menemukan si kecil brengsek itu? Sekarang, pasanglah tanda di luar untuk menutup toko. Jangan biarkan seorang pun masuk lagi, atau sesuatu akan terjadi." Seorang Manajer salon kecantikan itu berkata dengan tenang.Para pelayan lainnya melakukan titahnya dengan cepat.Tasya memperhatikan bahwa saat dia keluar, para pelayan salon kecantikan itu tiba-tiba menggantung tanda 'TUTUP'.Tiba-tiba, dia merasa dugaannya semakin kuat. Saat Angkasa melihat Tasya keluar, di