Setelah kepergian Viona, Liliana menghampiri Jaxon. "Tuan muda Jaxon kau harus berhati-hati dengan Viona." "Kenapa?" Tanya Jaxon sambil menoleh. "Mommy sangat baik. Apanya yang perlu hati-hati?" Tanya Jaxon bingung.Liliana mencari alasan. Dia tidak mungkin mengatakan kalau ia tidak menyukai Viona, Jaxon pasti akan menjauhinya. "Bukan seperti itu Tuan muda Jaxon, kau kan tau sendiri. Viona dulu menyukai Arel." Dia harus meyakinkan Jaxon bahwa Viona bukan ibu yang baik untuknya. "Kau pasti tidak melupakannya."Jaxon mengangguk, dia memang ingat, bahkan saat Viona menolongnya. "Kalau mommy bukan orang baik, tidak mungkin mommy mencari ku saat aku di culik bahkan mommy Viona mengorbankan dirinya hingga om Arel meninggal."Perkataan Jaxon membuat Liliana bungkam. Tentu saja dia ingat, justru ia bersyukur hari itu. Lalu apa yang harus ia lakukan membuat tuan mudanya ini mengerti."Apa Lili tidak suka mommy?" Tanya Jaxon. Jika begitu, ia tidak akan menyukai Liliana. "Mommy begitu baik pada
Viona dan Frank serta Jaxon menikmati keindahan malam. Langit bertaburan bintang di tambah gerlap-gerlip lampu di jalan dan gedung-gedung pencakar langit."Mommy kita harus sering-sering makan malam di luar," ucap Jaxon. Rasanya berbeda lebih tenang. "Kita juga harus mengajak kakek."Viona mengelus pucuk kepala Jaxon. "Tentu sayang, kita harus banyak meluangkan waktu bersama.""Daddy akan sering meluangkan waktu dengan Jaxon. O iya sayang bagaimana kalau kita liburan bersama?""Aku mau Dad, aku mau." Jaxon sangat antusias, ia tidak sabar liburan bersama dengan kedua orang tuanya. Melihat wajah Jaxon yang begitu menggemaskan, Viona dan Frank langsung tertawa bersama.…."Viona, biarkan aku saja yang menggendong Jaxon," ucap Frank. Dia melihat putranya tidur di pangkuan Viona."Hati-hati Frank."Frank mengambil alih tubuh Jaxon dan menggendongnya. Viona menutup pintu mobil dan berjalan beriringan di samping Frank dan membuat seorang wanita merasakan cemburu, dia yang sejak tadi berdiri
Keesokan harinya.Viona mulai membuka kedua matanya dan langsung melebar. Ia meneguk air ludahnya dengan susah payah melihat tubuh kekar itu sangat jelas di depannya."Frank." Viona beranjak hingga membangunkan pria itu."Viona kau sudah bangun?" Frank tersenyum dan kemudian mencium keningnya. "Selamat pagi honey."Melihat keterdiaman Viona membuat Frank merasa gemas. Dia mencubit gemas sebelah pipi Viona dan mencium bibirnya dengan lembut. Setelah mencium Viona, Frank langsung turun dan kemudian berlalu ke kamar mandi. Sedangkan Viona ia masih membeku karena serangan yang mendadak itu. Ia menunduk, rasa hangat itu menjalar. Sekalipun ia di perlakukan baik, tapi ia tidak lupa dengan kejadian dulu. "Sadarlah Viona."Viona turun dan seperti biasa dia akan melupakannya. Dia membasuh wajahnya dan kemudian mengambil setelan kantor milik Frank dan menaruhnya di atas ranjangnya. Ia berlalu ke kamar Jaxon, namun ia mendengarkan suara seseorang yang ia kenal. Ia menuju ke asal suara itu dan
Viona mengepalkan kedua tangannya, beraninya Beliana mempermainkan kakeknya. Kali ini ia tidak akan tinggal diam pada Beliana dan Liliana."Apa di area sini ada CCTV?" tanya Anya.Viona menggelengkan kepalanya. Ia mulai curiga tentang penculikan Jaxon. "Aku mulai curiga waktu dia bersama dengan dua orang dan orang itu, orang yang menculik Jaxon."Anya kini bisa menarik kesimpulan. "Apa jangan-jangan Beliana merencanakannya? Dia ingin menjado seorang pahlawan yang menyelamatkan Jaxon. Akan tetapi rencana mereka gagal karena kita." Tebaknya. Viona dan Anya saling tatap. "Jika begitu, kita belum mempunyai bukti," ucap mereka dengan nada serempak. "Apa yang harus kita lakukan? kau sudah menyelidiki penculikan itu.""Sudah tapi aku tak memiliki bukti." "Kita harus mencari bukti," ucap Viona. "Bagaimana kalau kita teror saja dia. Kita harus membuatnya mengaku." Anya setuju dengan perkataan Viona. "Apa kau tidak berniat merebut Frank? kau harus melawannya melalui Frank," ucap Anya.Viona
"Viona kenapa kau memperpanjang masalahnya? Maksud ku yang terpenting kakek mu tidak apa-apa kan? Tidak terjadi sesuatu padanya." Viona menahan bibirnya yang gemetar agar tidak memaki wanita di depannya. "Apa aku salah? Bagaimana kalau preman itu datang dan melukai kakek? Aku tau, kakek ku pasti tidak penting di mata nyonya Beliana, tetapi kakek ku begitu penting bagi ku."Frank menatap tajam ke arah Beliana. Bisa-bisanya wanita di depannya ini malah memperkeruh keadaan. Dia bersusah payah menenangkan istrinya, tapi wanita di depannya. "Kau diam saja dan jangan memperkeruh hati istri ku."Beliana mengangguk, hatinya sangat sakit mendapatkan kemarahan dari mantan suaminya. "Iya aku minta maaf."Dia pun bangkit dan tanpa mengucapkan pamit langsung pergi begitu saja. Frank mengusap bahu Viona. Ia tidak bisa melihat kesedihan di wajahnya. Rasanya sangat sakit melihat Viona bersedih. Ia pasti akan membuat para preman itu membayar harganya.Viona mengusap air matanya dan menatap ke arah F
Setelah memuaskan pria botak itu, Beliana menutupu tubuhnya dengan selimut. Pria botak itu pun memberi sebuah cek. "Aku akan selalu menantikan mu manis," ucapnya dengan tersenyum genit.Setelah pria botak itu menutup pintu kamarnya. Ia langsung berlari ke arah kamar mandi dan memuntahkan cairan bening. Ia penasaran siap yang mencoba menerornya itu. "Aku harus bertemu dengannya."Beliana menggeram kesal dan ia pun bergegas mandi dan menyelesaikan urusannya itu. Di dalam cek itu masih kurang, entah berapa pria lagi yang harus ia layani. Ia pun bergegas pergi dan menghubungi nomor yang tak di kenal itu, namun sayang nomor itu malah tidak aktif."Apa yang harus aku lakukan? siapa sebenarnya dia?"Keesokan harinya.Viona sengaja bangun lebih pagi, ia langsung menuju ke lemari memberikan pelayan terbaiknya pada suaminya itu. Ia mengambil beberapa setelan kantor. Kemudian menaruhnya di atas ranjang tempatnya tidur tadi. Ia memutari ranjangnya dan menepuk pelan pipi Frank. "Frank bangun, a
Viona menggunakan dress berwarna hitam dan sebuah aksesoris bros bunga mawar merah muda di kerah dressnya dan sebuah topi kecil di bagian rambut kenannya, ia menaruh sebuket bunga mawar merah muda sebagai ucapan terima kasihnya kepada Arel semasa hidupnya. Arel terima kasih karena telah membuat ku bahagia. Kau pria yang terbaik dalam hidup ku dan maafkan aku yang mengecewakan mu. Aku begitu menyayangi dan mencintai mu. Cinta ku pada mu tak akan pernah pudar dan memiliki sebuah tempat yang tak bisa di singgahi oleh siapa pun. Arel kau tau, aku memiliki kehidupan kedua. Di kehidupan ku yang dulu kau tidak meninggal. Justru kau hidup dengan bahagia, tapi aku merusak semuannya. Maafkan aku Arel, maafkan aku, masih pantas aku mendapatkan kata maaf pada mu. Seandainya aku bisa mengulang lagi, aku tidak ingin kau meninggalkan aku secepat ini.Daddy Ardey menatap batu nisan Arel dan foto pria itu. Dia tersenyum dan terlihat tampan.Terima kasih Arel kau menjaga menantu ku dan cucu ku. Aku
Beliana langsung mengambil sebuah gelas dan melemparkannya ke lantai. Tepat beberapa langkah dari Viona. Viona pun berbalik dan tersenyum senang. "Hati-hati, aku tidak bisa memperlihatkan bagaimana marahnya Frank jika kau melukai ku." Cairan merah itu mengalir saat sebuah ujung kuku menancap di telapak tangannya. Dadanya naik turun menahan amarah dan rasa sesak yang membuncah di hatinya. Ia tidak pernah di rendahkan oleh siapa pun, namun kini ia di rendahkan hingga ingin menjungkir balikkan dunia. "Aku akan membuat mu menangis di kaki ku, bahkan saat itu kau akan menyesali karena telah melawan ku dan mempermainkan aku.""Sudah, sebaiknya kau bantu aku menyiapkannya." Liliana menyudahi, ia memang kesal dan ingin mencakar Viona, tapi ia yakin suatu saat nanti ia akan mencakar wajah Viona.Viona menutup pintu kamarnya dengan pelan. Tangannya menggenggam erat pakaiannya di depan kedua bukit kembarnya itu. Nafasnya terasa panas, hari ini pasti akan di lalui menghadapi Liliana dan Beliana.