15 Ceraikan Aku Mas!
Mbak Riana kini yang memeluk tubuhku erat. Mendadak aku merasakan kepalaku pusing dan perlahan pandanganku mulai kabur.
"Dik, Dik Ane! Bangun Dik!"
Samar- samar kudengar suara Mbak Riana memanggil namaku, aku hanya bisa mendengar tanpa bisa memberikan reaksi.-
--Aku merasakan bau aroma terapi menyengat hidungku dan juga pijatan lembut di kakiku."Alhamdulilah Dik, kamu sudah sadar," ujar lembut Mbak Riana begitu aku membuka mata.
Ibu Mbak Riana datang membawa segelas teh di nampan lalu memberikanya pada Mbak Riana.
"Ayo minum Dik," ujar Mbak Riana membantuku untuk minum."Terima kasih Mbak," ucapku lemah, kepalaku sedikit pusing dan mual. Sepertinya akibat tadi aku lupa sarapan."Apa perlu aku telpon Mas Farel Dik?"
"Gak usah Mbak." jawabku lembut.
"Tapi kamu masih lemah Dik, atau kamu tidur saja di sini dulu."
Ya Allah, hatiku makin hanc
Apa bedanya Rin? Saat sehat Mas Farel juga baik dan melayani Mbak Riana dengan baik. Namun, begitu Mbak Riana sakit, Dia juga dengan entengnya mendua tanpa memperdulikan perasaan wanita yang Dia tinggalkan. Entah manusia jenis apa Dia itu, punya hati apa enggak."Arin mengusap lembut pundakku."Maaf ya, aku juga gak tahu kalau bakal seperti ini ceritanya.""Iya, aku juga gak menyalahkan kamu."Setelah mengobrol cukup lama, aku memutuskan untuk pulang dan menunggu Mas Farel di rumah.Aku merasa kepalaku sedikit pusing dan perutku juga sedikit mual.***Aku menunggu dengan gelisah kepulangan Mas Farel, rasanya hatiku sudah campur aduk.Sekitar jam 9 malam aku mendengar suara mobil Mas Farel."Asalamualaikum, Sayang! mas pulang ni."Aku segera menuju ke ruang depan dimana Mas Farel selalu duduk melepas lelah saat pulang kerja."Tumben sudah tidur?" ujar Mas Farel dengan senyum tersu
ab16 Pov FarelAku segera menangkap tubuh Ane yang tiba-tiba saja limbung setelah pertengkaran kami.Entah apa yang dikatakan wanita itu pada Ane, kata-kata apa yang telah dia goreng dan dimasak olehnya hingga membuat istriku Ane begitu membenciku.Ane yang selama ini lembut dan sabar padaku, berubah menjadi dingin, dia bahkan menolak napkah batin yang aku ingin berikan padanya, sesuatu yang tak pernah dia lakkukan sebelumnya.Ah, Riana! Wanita sialan, gara-gara kamu hidupku hancur!Kuliahku berantakan, Ibuku hampir mati karena serangan jantung dan bahkan aku hampir saja di deportasi dari kampus gara-gara wanita sialan itu.Dan kini wanita tak tahu diri yang penyakitan itu ingin merusak kebahagianku dengan Ane.Tak akan aku biarkan dia merusak Rumah Tanggaku kali ini."Sayang! Ane, bangun sayang!"Aku berusaha membangungkan Ane namun gagal, matanya tertutup rapat,
" Tadi Riana nyari Lo," kata Ali beberapa hari setelah kejadian itu."Nyari Gue?""Iya, katanya penting.""Lo gak tanya masalah apa?""Ya gaklah, ngapain Gue nanya-nanya."Beberapa setelah itu, Riana sering mencariku namun aku sengaja menghindar, aku malas ketemu wanita itu karena aku yakin perempuan itu pasti niatan tertentu denganku."Lo gak bisa menghindar terus Rel, jangan jadi pengecut," ujar Ali pada suatu hari."Gue gak mau bertanggung jawab atas apa yang bukan Gue perbuat, aku yakin anak itu bukan anak Gue," ujarku bersikeras karena saat itu aku sudah tahu Riana hamil."Ya lo mau ngelak kek manapun gak bakalan bisa, Riana itu pandai bahkan Dia sudah mempersiakan semuanya dari awal, sudah ada bukti visum dari Dokter," ujar Ali."Aku semakin yakin aku dijebak Li, aku sudah cukup lama kenal Dia, aku tahu bagaimana Riana dan Fadil dulu saat berpacaran, bisa jadi Riana sudah melakukannya
Pov Ane" Pergi kamu dari sini Mas! Aku tak ingin melihat wajahmu. Pergi!" ujarku penuh emosi pada Mas Farel. Ku tarik paksa tangan yang dia genggam.Ya Allah, sakitnya hati ini, sungguh sebenarnya aku tak tega membentaknya seperti ini.Mas Farel terdiam menatapku. Aku segera memalingkan muka saat kedua netra Mas Farel mulai sembab.Jujur aku gak kuat melihatnya, tapi aku tak boleh lemah.Cukup sudah aku dibodohi olehnya selama ini."Baiklah, Mas akan pergi. Kamu mau makan apa?"Senyap, mulutku serasa terkunci dan aku enggan untuk menjawab pertanyaan Mas Farel. Ku palingkan wajah demi menghindari tatapan mata Mas Farel.Dengan langkah yang terkesan dipaksakan, Mas Farel pergi meninggalkan ruangan. Hatiku kembali perih melihat punggung lebar Mas Farel yang menghilang di balik pintu.Aku harus bagaimana Ya Allah.Jika aku ingat Mbak Riana, penderitaannya dan wajah tak berdosa Tasya yang begitu mendambakan Papanya, aku
Ya Allah, tak terbayang sakitnya dan hancurnya hati Mbak Riana saat ini, tak terbayang kalau aku jadi Dia saat ini.Sesampainya di parkiran mobil dan saat aku membuka pintu mobil, kepalaku tiba-tiba pusing, aku melihat benda di hadapanku berputar.Aku berpegangan pada pintu mobil, kepalaku kian berat, pandanganku mulai berkunang- kunang dan perlahan mulai kabur.Beberapa saat kemudian semua menjadi gelap dan aku tak tahu apa-apa lagi setelah itu.***Beberapa saat kemudianAku perlahan membuka mata saat merasakan sebuah tangan membelai pipiku dengan lembut lalu menggenggam tanganku. Ada air yang menetes dan membasahi tanganku yang di genggam dengan erat olehnya."Sayang, bangun dong! Maafkan Mas, yang gak bisa menjagamu."Samar-samar kudengar suara Mas Farel berbicara padaku, suara bergetar sepertinya menahan tangis.Ku buka mataku walau terasa berat."Sayang, alhamdulilah kamu sudah sadar. M
Bab33Gak Mas, kalau Mas gak mau bersikap adil, lebih baik aku mundur. Ceraikan aku!'Ku tatap Mas Farel yang tampak terkejut, pundaknya berjengkit, mulutnya sedikitterbuka. Namun, segera menutup kembali."Baiklah kalau itu maumu, aku akan ceraikan kamu sekarang juga,"Jujur aku terkejut saat Mas Farel dengan entengnya bilang soal perceraian padaku seolah tanpa beban. Seperti benar kata orang, lelaki itu hanya manis di bibir saja."Aku akan ceraikan kamu tapi langkahi dulu mayatku, lebih baik aku mati dari pada aku harus pisah dari kamu!" ujar Mas farel menatap nanar ke arahku.Aku hanya diam dan tak menunjukkan reaksi apapun dengan kata-kata Mas Farel itu, mungkin harusnya aku merasa teruja dengan ungkapannya tapi tidak untuk saat ini, hatiku sudah terlanjur hambar untuk merasakannya.Luka akibat kebohongan Mas Farel sudah menggores hatiku sangat dalam yang bahkan tak kan mungkin bisa hilang bekasnya&nbs
Bab 34"Ini Rumah Sakit tau gak! Banyak orang sakit ! Kenapa teriak seperti itu," ujar Mas Farel dengan mata yang masih mendelik menatap Tasya, bocah itu sembunyi di balik tubuh Mbak Riana, bibirnya gemetar, sepertinya dia ketakutan dengan ulah Papanya.Keterlaluan!"Mas!" kataku menatap tajam Mas Farel, sungguh aku tak suka caranya menegur Tasya. " Kok kamu kasar begitu sama anak," ujarku kesal."Gak papa dik, memang Tasya yang salah kok. Tasya minta maaf sama Papa!" seru Mbak Riana bernada perintah pada Tasya putrinya.Tasya tampak takut-takut mendekati Mas Farel " Tasya minta maap Pa," ujarnya dengan suara bergetar dan sedikit terbata."Lain kali jangan di ulang lagi!" kata Mas Farel dengan nada dingin. Bahkan dia juga seperti enggan menatap Tasya anknya._____________Beberapa saat kemudian,Mbak Riana akhirnya pamit pulang setelah beberapa lama menemaniku, kami cerita banyak hal, selama itu pula aku lihat sikap Mas Farel
Bab 19"Riana sakit kanker hati akibat komplikasi dari sakit hepatitis. Dan kamu tahu sistem penularanya lewat apa? Lewat sperma, tahu gak kamu!" ujar Mas Farel dengan nada tinggi, matanya tajam menatap kearahku."Maksudnya, Mas?""Coba pikir kalau aku sehat, lalu bagaimana dia bisa tertular?""Maksud Mas, Mbak Riana melakukan hubungan sexsu*l dengan pria lain?""Iya, Dia menjebakku, Dia sudah hamil saat aku melakukannya padanya, Dia juga memberiku obat perangsang di minumanku malam itu. Tujuan Dia adalah agar aku bisa dikambing hitamkan atas perbuatanya.""Kejam!""Iya, sekarang kamu tahu kan, Riana itu cuma manis di mulut, kelihatan baik tapi hatinya busuk, itu kenapa aku melarang kamu memakan makanan dari Dia. Bisa saja Dia memasukkan obat tertentu yang membaha