Share

29. MA-MI

Penulis: A mum to be
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-18 18:56:26

“Aku harus jawab apa, Mas? Haikal terus nanyain tentang papanya.”

[“Kau kasih dia pengertian. Bilang kalau aku sibuk kerja atau apalah. Sudahlah, Feb. Masalah ini saja kau mengeluh padaku?”]

Feby berdecak sebal. “Kau pikir ini sepele, Mas? Haikal bukan lagi bayi. Umurnya sekarang sudah empat tahun. Sebentar lagi masuk TK. Asal kau tahu saja. Pikirannya melebih anak seusianya. Jelas aku kewalahan. Sampai kapan harus menutupi apa yang terjadnsi?”

[“Kita bicara lagi nanti. Aku sedang sibuk. Kevin akan menjalani terapi sebentar lagi.”]

“Kevin lagi Kevin lagi!!” sentak Feby yang sudah emosi. “Sampai kapan kau terus peduli pada anak penyakitan itu sih? Di sini kau punya anak secerdas Haikal, Mas. Jangan lupakan itu!”

[“Apa katamu? Kau sudah berani mengatai anakku, hah??”] Ares pun jadi berang.

Terlambat. Menyesal pun percuma. Feby yang gampang tersulut emosi sudah kadung mengeluarkan umpatannya. Wanita itu menjambak rambutnya sendiri karena tak tahu harus berbuat apa lagi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Istri Rahasia SANG BUPATI    30. CURHAT

    Wajar memang kalau Ares lebih terpaut hatinya pada Widya. Toh wanita anggun itu sudah menemani sejak lama. Jadi Feby sangat salah jika cemburu bukan?“Maaf, Feb. Aku enggak bermaksud untuk —““Enggak pa-pa, Mbak. Aku sadar diri kok,” cengir Feby memotong kalimat barusan. “Mbak memang berhak mendapatkan perhatian lebih dari Mas Ares.” Widya meresponnya dengan kuluman senyum. Dia kemudian menghela napas sebentar lalu menatap lekat kedua manik mata Feby.“Kau pernah bertanya bagaimana perasaanku waktu itu ‘kan?” tanyanya yang diangguki oleh Feby. “Bohong kalau aku tidak cemburu dan marah, Feb. Nyatanya aku ingin sekali menghancurkan kalian.”Seketika Feby terhenyak mendengar pengakuan tadi. Wajahnya pun memucat. “Mbak?&

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19
  • Istri Rahasia SANG BUPATI    31. MENGERTILAH

    “Jangan khawatir, Mas. Aku yakin kalau anak-anak mulai paham gimana papa mereka yang waktunya memang terbatas.” Feby tersenyum penuh percaya diri. Lantas menyandarkan kepalanya di bidang dada Ares. Suasana hening sejenak hingga pria tampan yang sudah lima tahun menjadi suaminya itu mendudukkan diri lalu mulai memunguti pakaian mereka yang berceceran di lantai.“Kali ini berbeda, Feb,” gumam Ares setelah keduanya sudah mengenakan pakaian kembali. “Akan ada banyak pihak tak terduga yang terus mengawasi langkahku. Jadi … kita tidak akan bisa bertemu hingga pilkada usai.”“Selama itu? Pilkada juga masih lama ‘kan?” tanya Feby yang lekas dibalas anggukan singkat oleh suaminya.“Aku tidak mau hubungan kita terendus oleh media. Mulai masa pencalonan diri, kampanye hingga pemilu selesai. Jadi selama itu pula aku akan me

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19
  • Istri Rahasia SANG BUPATI    32. WAKTU

    “Papa masih sibuk?” Lagi. Entah untuk yang ke berapa kalinya pertanyaan barusan dijawab dengan anggukan kepala. Bahkan tak jarang Feby mengiyakan dengan suara lembutnya.“Sabar ya, Sayang. Do’ain papa menang supaya dua bulan lagi kita bisa ketemuan,” ucap Feby dengan mata yang mulai berbinar.“Menang? Papa lomba apa, Ma? Makan kerupuk?” tanya Haikal dengan polosnya. “Balap karung?”Feby pun terkekeh sambil menggeleng cepat. “Enggak dong. Bukan lomba di acara tujuh belasan, tapi … lomba jadi orang paling keren.”“Haikal enggak ngerti, Ma.”“Nanti kalau sudah dewasa, Haikal bisa ngerti. Yang penting bantu do’a aja ya, Sayang.” Pada akhirnya anak sulung Feby itu mengangguk. Lantas

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • Istri Rahasia SANG BUPATI    33. TERTIPU

    “Enggak, Ma. Haikal masih ingat kok. Itu memang Mami Widya.” Ah. Feby tidak boleh lupa kalau sang anak sulung sangatlah sulit untuk dibohongi. Salahnya juga karena sempat mengenalkan Widya kala itu. Jadilah sekarang dia kesusahan sendiri untuk menjawab pertayaan barusan.“Mami Widya memang bekerja dengan papa, Sayang. Makanya mereka dekat,” ucap Feby akhirnya.“Temenan?”Feby tersenyum kecut. Tak tahu lagi harus menyembunyikan kebenaran yang rasanya mulai sulit untuk ditutupi lagi. Wanita itu menghela napas berat lalu menggeleng lemah setelahnya.“Mami Widya sama kayak mama.” Feby berpikir keras untuk menjelaskan apa yang hendak ia utarakan nanti. Kali ini dia tak ingin mengelak dari kenyataan lagi. “Hmmm, ini mungkin agak rumit bagi anak kecil seperti Haikal. Masih ingat Dek Kevin ‘kan? Mami Widya pernah cerita

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • Istri Rahasia SANG BUPATI    34. TERJEPIT

    Kalau saja Feby lebih bijak mengelola keuangan, mungkin dia masih bisa bertahan untuk mempersiapkan diri. Kalau sedari awal dirinya memiliki simpanan, bisa jadi sekarang keadaaan bisa dikendalikan. Kalau … ah. Terlalu banyak penyesalan yang menghantui wanita malang itu. Semua sudah terlambat. Waktu tidak akan bisa kembali lagi. Jadilah hanya menyisakan penyesalan mendalam di hati Feby yang saat ini kebingungan sendiri.TIIN!! TIN!! Bunyi klakson lekas menyentakkan lamunan Feby. Selang beberapa detik kemudian dia pun tersadar sedang berada di mana. Tampak kemacetan yang dibuat karena dirinya tengah menghalangi kendaraan di sekitar.“HEH! MASIH MAU HIDUP ENGGAK SIH??” Feby hanya mengangguk pelan tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Tak peduli dengan hardikan dari sang pengendara motor yang hampir menabrak tubuhnya barusan. Wanita itu berjalan cepat menuju mobilnya usai ke luar dari sebuah minimarket. Apa yang harus ia

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21
  • Istri Rahasia SANG BUPATI    35. PENYESALAN

    “Kenapa kondisi anak saya makin memburuk, Dok? Apa kalian salah kasih obat, hah??” Feby hendak meluapkan emosinya lagi. Namun, urung lantaran sang ibu sudah mencengkeram lembut kedua bahunya.“Maaf ya. Dia lagi cemas makanya bicara sembarangan,” ucap ibunya pada dua orang tenaga medis yang ada di ruang rawatan Kayla.“Kami paham, Buk. Sekarang kondisi pasien sedang dalam observasi sampai dua jam ke depan. Kalau begitu kami permisi dulu.” Dokter yang barusan menjawab, sedangkan perawat yang berdiri di sebelahnya hanya tersenyum kecut. Merasa geram dengan tingkah Feby barusan,“Kau harus tenangkan diri dulu, Feb. Serahkan sama Tuhan semuanya.”Feby menggeleng lemah karena merasa tak berdaya. “Tapi Kayla —““Kenapa lagi? Dia sudah ditangani sekarang,” potong ibunya cepat. “Kita udah u

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21
  • Istri Rahasia SANG BUPATI    36. ISTRI?

    Tidak ada jalan lain. Feby kembali memasang tekad kuat untuk menempuh jalur penyelesaian masalahnya. Ibu dari dua orang anak itu mengembuskan napas kasar usai menyimpan ponselnya ke dalam saku celana.“Kau mau ke mana?”Feby mengulum senyum lalu kemudian menjawab, “Aku mau ketemu Mas Ares. Titip anak-anak ya, Bu.” Jawaban barusan membuat ibunya menganga sembari menggeleng tak percaya. Seolah yang dikatakan Feby hanya bualan belaka.“Feb, kau—““Kenapa memangnya?” potong Feby sambil tergelak. “Mas Ares itu suamiku. Papanya Haikal dan Kayla. Jadi wajar dong kalau aku nemuin dia. Salahnya di mana?”“Kau sadar siapa Ares, hah?”Feby mengangguk-angguk. “Justru itu, Bu. Mas Ares harus tahu kalau dia eng

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-22
  • Istri Rahasia SANG BUPATI    37. RUNTUH

    “Makin edan aja nih si Ibu. Sudahlah, To! Usir saja secara paksa!” Feby menggeleng kuat. Matanya melirik ke arah Angga yang sama sekali tak bereaksi apapun sampai detik ini.“Kalau kalian enggak percaya, tanyakan saja sama dia!” sentak Feby saat lengannya mulai ditarik paksa oleh salah satu pengawal yang ada di sana.“Maaf. Dari tadi malam saya sudah peringatkan agar Anda segera pergi. Jadi jangan salahkan kami kalau bertindak kasar.” Itulah jawaban yang didengar Feby dari mulut Angga. Sungguh benar-benar mengecewakan.“Kalian akan menyesal nanti. Lepaskan saya!” Feby masih berusaha membela diri. Sayang, cekalan kedua orang pengawal yang sedang mengamankannya terlalu kuat. Membuat wanita malang tersebut tak bisa berbuat apa-apa lagi. 

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-22

Bab terbaru

  • Istri Rahasia SANG BUPATI    72. EXTRA BAB

    Empat tahun telah berlalu sejak malam penuh bintang itu. Kehidupan memang tak selalu mulus, tapi Feby dan Sandi telah membuktikan bahwa cinta dan kebersamaan adalah kunci untuk melewati segalanya.Pagi itu, rumah mereka dipenuhi aroma wangi kue yang baru dipanggang. Feby sedang menyiapkan sarapan di dapur sambil sesekali tertawa melihat tingkah Kayla yang kini sudah duduk di bangku SD dan sibuk membantu dengan celemek kebesaran. Haikal, yang kini mulai beranjak remaja, duduk di meja makan, menggambar sesuatu di bukunya."Haikal, kamu gambar apa, Nak?" tanya Feby sambil mengaduk adonan kue.Haikal mengangkat bukunya, memperlihatkan gambar sederhana keluarga mereka—Feby, Sandi, dirinya, dan Kayla berdiri di taman, dengan tulisan di bawahnya: Keluargaku adalah rumah terbaik.Feby tersenyum, hatinya meleleh."Bagus banget! Mama bangga sama kamu."Kayla langsung menyela, “Aku juga mau gambar, Ma! Tapi aku gambar rumah kita da

  • Istri Rahasia SANG BUPATI    71. AKHIRNYA

    “Rindu kami tidak berarti apapun jika dibandingkan kebahagian Kak Feby,” gumam Zaki dengan tulus.Feby menatap adik bungsunya dengan terkejut, tetapi juga tersentuh. "Zaki. Makasih ya. Kakak enggak akan bisa melewati semua ini tanpa dukungan kalian semua."Sandi yang duduk di sebelah Feby merangkul bahunya. "Benar. Kita sudah menjadi tim yang hebat."Malam itu, di bawah langit yang bertabur bintang, Feby merasakan kedamaian yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Semua konflik yang pernah mengusik hidupnya telah usai. Bella telah meminta maaf, dan mereka telah berdamai.Sementara Ares, mantan suaminya itu telah menghilang dari hidup mereka setelah terlibat kasus korupsi besar, namun Feby merasa kuat untuk membesarkan Haikal dan Kayla tanpa bantuan Ares. Kini, hanya ada cinta dan kebahagiaan di rumah mereka.Di dalam hatinya, Feby tahu bahwa hidup akan terus membawa tantangan. Tetapi, dengan keluarga yang mencintainya dan suami ya

  • Istri Rahasia SANG BUPATI    70. INDAH

    Tiga bulan kemudian …Feby berdiri di depan cermin, mengenakan gaun sederhana namun elegan. Kilauan gaun itu memantulkan cahaya lembut dari jendela, memberi kesan bahwa hari ini adalah hari yang spesial. Meskipun hari ini bukanlah hari besar untuk dirinya, Feby tetap merasakan kebahagiaan yang begitu dalam. Pernikahan Rania—anak tirinya, yang sudah seperti anak kandungnya sendiri—telah membuat segala ketegangan yang dulu menyelimuti mereka berubah menjadi ketenangan."Dulu, rasanya semua masalah tak ada habisnya," gumam Feby sambil tersenyum kecil kepada dirinya sendiri. Gaun itu sempurna, dan semua sudah siap untuk perayaan hari ini.Feby tersentak ketika mendengar suara langkah kaki mendekat dari belakang. Itu adalah Sandi, suaminya. "Kau sudah siap, Sayang?" tanyanya lembut, berdiri di ambang pintu.Feby berbalik dan tersenyum, menatap Sandi yang tampak gagah dengan setelan jasnya. "Siap, tapi aku masih merasa sedikit gugup," jawabny

  • Istri Rahasia SANG BUPATI    69. BERDAMAI

    “SURPRISE!!”Feby tertegun. Di hadapannya berdiri Sukma dan Zaki, adik-adik yang sudah lama tak ia jumpai. Sukma yang kini sibuk dengan pekerjaannya sebagai ASN dan Zaki terakhir kali ia dengar balik dari perantauan, tampak membawa tumpukan kado di tangan mereka. Namun, yang membuat Feby lebih terkejut adalah dua anak kecil yang berlari menghampirinya dengan tawa riang. Siapa lagi kalau bukan Haikal dan Kayla, buah hatinya yang sudah lama tinggal bersama Ares, mantan suaminya."Mama!" pekik Haikal. Tawa mereka menggema, dan seketika hati Feby mencair bersamaan dengan air bening yang menggenang di pelupuk matanya.Feby tersenyum penuh haru, matanya mulai memanas oleh air mata yang tak terbendung. "Kalian... kalian semua di sini?"Sukma mengangguk, menepuk bahu kakaknya. "Tentu saja, Kak. Hari ini ulang tahunmu. Kami enggak akan melewatkan kesempatan buat kasih kejutan."Zaki tersenyum jahil, menyerahkan sebuket bunga mawar merah. "Happy

  • Istri Rahasia SANG BUPATI    68. MIMPIKAH??

    “Sudahlah, Ran. Jangan dengerin ayahmu. Dia ngawur,” ucap Feby dengan begitu cepat. Rania yang tadinya menggerutu seketika terbahak. Terlebih setelah melihat wajah ibu tirinya yang bersemu merah itu. Dia pun paham maksud dari omongan sang papa.“Iya iya. Ya udah nih!” Rania menyerahkan kotak P3K yang ada di tangannya. “Mbak, hmm maksudku Mbak Feby, eh mama ya? Atau —““Panggil aku seperti biasanya aja, Ran,” potong Feby cepat. Tangannya mengusap lembut pundak Rania dengan penuh kasih sayang. “Kau hanya punya satu ibu di dunia ini dan aku enggak akan bisa menggantikannya. Jadi meskipun aku adalah istri ayahmu, kita masih bisa menjadi teman ‘kan?”“Feby, kenapa gitu?” protes Sandi yang merasa keberatan.Feby terbahak lalu berkata, “Apa s

  • Istri Rahasia SANG BUPATI    67. GETARAN

    Feby menelan ludahnya dengan gugup. Udara malam terasa semakin menyesakkan, meski angin dingin menyentuh kulitnya. Sandi menariknya semakin dekat, hingga wajah mereka hanya beberapa inci terpisah.Kini mata Feby bergetar, tidak yakin dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Dia bisa merasakan napas suaminya yang hangat menyapu pipinya.“Kenapa harus panggil Om, hmm?” bisik Sandi, matanya tajam namun lembut. “Aku ini suamimu, bukan ‘Om’.”Feby mencoba mengalihkan pandangannya, tetapi tidak bisa. Mata mereka saling terkunci, dan dia tahu jika Sandi sedang menantinya. Menunggu sesuatu yang lebih dari sekadar kata-kata. Perasaan pun menjadi campur aduk, antara rasa canggung, ragu, dan keinginan untuk menyerahkan diri pada momen ini.Dengan lembut, Sandi mengusap pipi Feby menggunakan ibu jarinya. Sentuhan barusan membuat jantung Feby berdegup kencang, begitu keras hingga rasanya bisa terdengar. Perlahan, Sandi menundukkan wajahnya lebih dekat lagi, bibirnya hampir menyentuh bibir Feby ya

  • Istri Rahasia SANG BUPATI    66. PENJELASAN

    Rania memutus panggilan telepon tadi begitu melihat seseorang berjalan ke arahnya. Gadis itu kemudian berdecak sebal.Dialah Feby yang menatapnya dengan mata lembut. "Rania, aku tahu kau marah. Kau kecewa. Kau berhak merasa seperti itu. Tapi aku mohon, beri aku kesempatan untuk bicara."Rania berdiri mematung sejenak, menatap Feby dengan pandangan tajam. "Kenapa Mbak harus menikah dengan ayahku? Mbak tahu aku sayang banget sama Ayah, tapi kenapa Mbak sembunyiin ini dariku?"Feby menelan ludah. Ia tahu ini bukan percakapan yang mudah. "Rania, aku tahu ini sangat berat buatmu. Dan aku... aku minta maaf kalau aku membuatmu merasa dikhianati. Percayalah, aku enggak pernah berniat buat menyakiti perasaanmu. Aku dan Ayahmu... tidak pernah ingin menyakitimu."Rania mengalihkan pandangannya, menendang kerikil di tanah dengan ujung sepatunya. "Ayah enggak pernah cerita. Semua ini tiba-tiba. Aku kir

  • Istri Rahasia SANG BUPATI    65. KECEWA

    "Rania sayang, dengerin Ayah dulu," kata Sandi dengan suara bergetar, mencoba meredam emosi yang jelas terpancar dari wajah putrinya.Namun, Rania hanya menatap ayahnya dengan tatapan penuh kemarahan dan kekecewaan yang mendalam."Jahat!" Rania membalas dengan nada yang meledak-ledak. Air matanya mulai mengalir, namun tak ada tanda-tanda ia akan berhenti. "Kalian semua bohong! Ayah bilang kita bisa kembali jadi keluarga, tapi ternyata Ayah malah menikahi orang lain di belakangku! Orang yang selama ini aku anggap teman!"Feby mundur satu langkah, hatinya seolah tertusuk setiap kali mendengar kata-kata Rania. Ia ingin menjelaskan, tetapi tenggorokannya terasa tersumbat. Kata-kata apa pun sepertinya tidak akan cukup untuk meredakan amarah Rania saat ini."Rania, ini enggak seperti yang kau pikirkan," Sandi mencoba menjelaskan, meskipun dirinya tahu itu tidak akan mudah. "Ayah dan ibumu sudah lama berpisah, dan Ayah menikah lagi karena Ayah mencintai Feby. Tapi itu enggak pernah mengubah

  • Istri Rahasia SANG BUPATI    64. SULIT

    Sandi terdiam lama menatap layar ponselnya. Panggilan dari mantan istrinya terus berdering, seolah menuntut jawaban. Suasana di antara Sandi dan Feby semakin tegang, dan Feby bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda kali ini. Ia menahan napas, menunggu apa yang akan dilakukan Sandi selanjutnya."Angkat saja." suara Feby terdengar pelan, hampir berbisik. Matanya menatap ponsel itu dengan ketakutan yang tak bisa disembunyikan. Jika Sandi menjawab panggilan itu, apa artinya hubungan mereka?Sandi ragu. Ia meremas ponselnya dengan tangan yang semakin gemetar. "Aku..." suaranya terdengar ragu, menatap layar sejenak sebelum akhirnya ia mengambil keputusan cepat. Dengan satu gerakan tegas, Sandi menekan tombol "tolak" dan mematikan teleponnya.Feby menghela napas lega, meskipun hatinya masih belum sepenuhnya tenang. "Om yakin tidak ingin bicara dengan dia?" tanya Feby hati-hati.Sandi menggelengkan kepalanya. "Aku enggak mau mengulang semuanya lagi, Feb. Aku suda

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status