Share

Istri Rahasia SANG BUPATI
Istri Rahasia SANG BUPATI
Author: A mum to be

1. MERINDU

Author: A mum to be
last update Last Updated: 2025-02-01 17:36:07

“Gimana?”

Pertanyaan barusan dijawab oleh Feby lewat gelengan kepala. Lantas dia tersenyum kecut sembari menatap layar ponsel yang sudah menggelap.

“Mas Ares mungkin …masih ada rapat. Jadi enggak bisa dihubungi dari tadi,” gumam Feby setelahnya.

“Kau yakin??” tanya perempuan yang ada di hadapannya itu sekarang. “Bisa jadi ‘kan dia lagi sibuk sama—“

“Bu!” potong Feby cepat.

Wanita paruh baya tersebut tak lagi melanjutkan kalimatnya. Terlebih begitu melihat Feby yang sudah memasang wajah masam.

“Ya sudahlah. Sekali lagi ibu ingatin, kalau kau jangan terlalu banyak berharap.”

Setelahnya suasana hening karena Feby memilih kabur ke kamar. Menumpahkan segala keresahan yang sedari tadi ia sembunyikan seorang diri.

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Itu artinya pria yang sejak lama dinantikan telah terbebas dari jadwal sibuknya. Membuat Feby yang masih terjaga lekas mendekat ke arah nakas.

TING!!

[Sudah tidur, Sayang?]

Feby mengulum senyum usai membaca pesan barusan. Tak lama setelah itu ponselnya pun berdering.

“Halo, Mas!” pekiknya kegirangan. “Ke mana aja sih? Satu harian aku nunggu kabar darimu.”

Rengekan manja ke luar dari bibir manis Feby begitu saja. Mengungkapkan segala keluh kesah sebagai pelampiasan karena dirinya diabaikan oleh orang di seberang sana.

Tidak lama. Hanya sekitar satu menit lantaran waktu mereka mengobrol memang cukup terbatas.

[“Iya, Sayang. Maaf ya. Tadi aku pikir acaranya selesai sampai sore. Eh ternyata kata si Angga dilanjut sampai makan malam.”]

Feby belum merespon penjelasan tersebut. Namun, dia mulai mengalihkan mode komunikasi mereka menjadi panggilan bervideo. Hingga dalam beberapa detik wajah tampan si pria muncul di layar gawainya.

“Oke. Aku maafin deh.”

[“Makasih. Oh ya. Ada kabar apa hari ini, hmm?”]

Alih-alih menjawab pertanyaan barusan, Feby malah cekikikan sendiri. Tak pelak tangannya mengelus perut yang semakin membuncit.

“Anak kita laki-laki, Mas.”

Mata Feby berbinar cerah. Seolah mewakili bagaimana rasa senangnya mengungkapkan pengumuman tadi. Berharap respon yang sama akan terlihat dari wajah pria di depan layar sana.

[“Oh ya??”]

Sesuai dugaan semula. Suaminya itu terkejut sembari menampakkan senyuman ceria. Feby pun kemudian mengangguk-anggukkan kepala. Bahkan dengan semangat yang menggebu dia memamerkan hasil cetak foto sang calon bayi yang terlampir di lembaran buku pemeriksaannya.

“Gimana? Mas senang?”

[“Iyalah, Sayang. Pasti ganteng kayak aku.”]

Feby pun menceritakan apa saja yang ia dengarkan dari dokter saat pemeriksaan sore tadi. Sementara suaminya masih setia menyimak sambil tersenyum.

“Aku kangen, Mas.” Feby mulai merengek lagi.

[“Iya. Sabar ya. Nanti kalau sudah ada jadwal yang cocok kita ketemuan. Kata Angga, Pak Gubernur mau ikut meresmikan proyek baru itu juga. Jadi kami masih sibuk.”]

Feby menghela napas pasrah. Tahu sekali bahwa dia tak bisa memaksakan diri. Pun dia juga tidaklah mungkin menyusul karena kondisi yang memang harus dimaklumi pula.

Pada akhirnya dia kembali mengalah entah untuk yang ke berapa kali. Lagi-lagi rasa rindu yang sudah menggunung harus dipendam seorang diri.

***

Berita kehamilan seorang artis di layar kaca membuat Feby mengerucutkan bibir. Ada perasaan cemburu karena dia menginginkan kehadiran sang suami di sisi. Terlebih setelah seminggu yang lalu pria yang dicintainya itu belum memberikan kabar. Jadilah wanita hamil tersebut tampak murung.

“Gimana rasanya, Feb? Hidup bergelimah harta tapi kesepian ‘kan?”

Suara barusan membuat Feby memutar malas bola mata. Bukannya menghibur, sang ibu malah menyindir pula.

“Ini pilihan aku, Bu,” kata Feby akhirya.

Ibunya mengangguk pelan. “Ibu tahu, Feb. Menyesal pun enggak akan berguna. Toh kau sudah hamil begini.”

Kalau terus dilanjutkan, bisa jadi obrolan mereka akan memanas. Feby yang tak mau terlibat adu mulut pun segera mengganti saluran televisi di depan mata. Sayangnya yang terpilih lagi-lagi berita serupa.

“Ibu mau nonton? Aku udah ngantuk. Kalau iya, aku biarin TV-nya nyala,” ucap Feby yang sudah bangkit dari posisi duduknya.

Sang ibu mengangguk. “Ngantuk apa …mau sembunyi di kamar?”

“Terserah aku. Ngobrol sama ibu buat sakit hati terus!” ketus Feby yang mulai kesal.

Beruntung pilihan tindakannya tadi berbuah manis. Tak berapa lama ponsel pun berdering. Layarnya menampilkan nama orang yang sangat dirindukan.

[“Maaf ya, Sayang. Hape sengaja aku nonaktifkan untuk jaga-jaga supaya aman.”]

“Hu um.” Feby yang masih sebal pun mengembuskan napas kasar.

Perubahan hormon selama kehamilan menjadikan wanita cantik itu harus pandai mengatur suasana hatinya. Pun karena sang suami tidak ada di sisinya saat ini.

[“Hei! Kenapa malah diam lagi?”]

“Menurutmu gimana coba, Mas? Aku kangen tapi enggak ada obatnya!!” rengek Feby hampir menangis.

[“Maaf ya. Kondisinya enggak memungkinkan, Sayang.”]

“Kapan pulang, Mas?”

Pada akhirnya pertanyaan yang tak pernah terpikirkan itu terlontar juga dari mulut Feby. Dia tak tahu entah mengapa tiba-tiba saja bisa mengucapkannya.

Suasana mendadak hening. Feby bahkan sudah menumpahkan air matanya karena perasaan yang sangat menyulitkan saat ini. Sementara di seberang sana pria tersebut juga kehilangan suara. Hingga kemudian …

[“Apa aku harus menjawab pertanyaanmu itu??”]

“Maaf, Mas.” Tangis Feby semakin tak terbendung. “A-aku hanya kangen.”

[“Seharusnya kau sadar diri, Feb!!”]

“Apa katamu, Mas??”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Istri Rahasia SANG BUPATI    2. BERTENGKAR

    “Kau suruh aku sadar diri, hah?? Aku sudah banyak bersabar, Mas!!” Feby semakin terisak. Tangan kanannya yang tidak mengupingi gawai mulai mengepal. Bahkan kini dadanya pun sudah bergerak naik-turun.[“Maaf. Kita tidak seharusnya bertengkar dalam keadaan begini, Feb. Terlebih lagi kau sedang hamil.”]“Mas, aku belum selesai ngomong,” rengek Feby tak terima.[“Sayang, ini sudah malam. Sebaiknya kau istirahat ya. Ingat calon anak kita di dalam sana.”] Percuma Feby mengiba. Panggilan via udara tadi pada akhirnya juga terputus begitu saja. Menyisakan kesakitan yang lagi-lagi harus dipendam seorang diri. *** Drama percintaan yang terlihat di layar ponsel benar-benar membuat Feby jengah. Wanita berbadan dua itu berdecak saat sang aktor tengah membuktikan cintanya pada si pujaan hati. Memuakkan. Begitu yang ada di dalam hati Feby. Namun, di relung kalbunya yang terdalam sungguh ingin diperlakukan demikian. Oh ya ampun!

    Last Updated : 2025-02-01
  • Istri Rahasia SANG BUPATI    3. SADARLAH!!

    Feby menggenggam erat gelas minumannya sembari menatap sendu pemandangan yang menyesakkan itu. Bagaimana tidak, pria yang ada di sana tengah duduk di samping seorang wanita cantik. Apa boleh dia cemburu?“Jangan terus dilihat kalau hanya akan membuatmu sakit hati.”Suara barusan membuat Feby menoleh cepat. Dia lantas bergumam pelan lalu bertanya, “Sudah berapa lama Mas Ares ada di kota ini?”“Kau tidak berhak bertanya, Feb,” tukas pria tersebut dengan nada dingin. “Pak Ares akan mengabarimu kalau memang sudah waktunya.”Feby pun berdecak pelan. “Kau itu hanya kacungnya Mas Ares. Jangan sok memerintahku!!”“Aku tahu diri. Kuharap kau pun sadar, Feb. Kau juga hanya wanita simpanan.”“Tutup mulumu, Angga! Aku juga istrinya,” sanggah Feby tak terima. “Walaupun … istri kedua.”Pria bernama Angga tersebut malah tersenyum miring. “Oh ya?? Orang bisa dikatakan sebagai istri kedua kalau diketahui yang pertama. Sementara kau? Statusmu dirahasikan. Dengan kata lain, hanya istri sim

    Last Updated : 2025-02-01
  • Istri Rahasia SANG BUPATI    4. BERBOHONG

    “Kau terkejut bukan??”“Mana Mas Ares??” Feby sontak menyilangkan kedua tangannya ke depan dada. Sungguh tak menyangka bahwa yang akan datang adalah pria itu.“Kenapa, hah??” Angga tersenyum miring sambil menatap jijik ke arah Feby. “Kau haus belaian ya? Mau bermain denganku?”“Jangan kurang ajar!!” Feby langsung membolakan matanya. Angga menggeram lalu memajukan tubuhnya hingga membuat Feby refleks mundur beberapa langkah. “Aku juga tak sudi menyentuh barang bekas sepertimu!”“Diam! Mau apa kau ke sini??” Angga tidak menjawab. Namun, pria itu segera mengeluarkan sebuah kotak beludru bewarna keemasan di balik saku kemejanya.“Dari Pak Ares untukmu. Hadiah karena kau sudah mengandung anak laki-laki,” gumam Angga begitu datar.Feby menggeleng lemah. Raut kecewa pun mulai muncul dari wajah cantiknya. “Mas Ares ke mana?” Kali ini suaranya terdengar lirih.“Kau masih bertanya juga?? Ck ck. Jelas Pak Ares sedang menikmati kehangatan bersama istrinya. Jangan lupa

    Last Updated : 2025-02-01
  • Istri Rahasia SANG BUPATI    5. SPESIAL

    Percakapan para wanita tadi ternyata masih mengusik pikiran Feby. Bahkan ketika ia sudah kembali ke rumahnya. Tidak. Ares bukanlah termasuk pria yang dibicarakan oleh kaum sosialita tersebut. Suaminya jelas berbeda karena sudah terbukti dengan bersedia terlibat dalam pernikahan walaupun secara siri. Itulah yang berusaha Feby tanamkan di dalam benaknya sekarang. Hingga dering ponsel berhasil membuyarkan lamunannya dalam hitungan detik.“Halo, Mas!” sapa Feby dengan senyum yang merekah. Seketika wajah tampan Ares mampu menghipnotis rasa galaunya.[“Maaf ya, Sayang. Kita tidak jadi bertemu lagi. Tadi malam anak-anakku merengek ingin dibacakan dongeng. Mana mungkin aku menolak bukan?”]Feby mengangguk-angguk. Berusaha mengerti walaupun saat ini tengah berperang dengan hatinya sendiri. “Aku ngerti kok. Lagian memang kalau kita ketemuan risikonya besar, tapi … lain kali jangan suruh Angga yang datang.”[“Iya, maaf ya. Aku takut mood-mu memburuk ka

    Last Updated : 2025-02-01
  • Istri Rahasia SANG BUPATI    6. NGIDAM

    “Mau apa dia?” Feby jelas kesal bukan main. Waktu berharganya bersama Ares terusik karena panggilan dari istri pertama pria itu. Barulah ia sadar siapa dirinya sekarang. Sementara kini Ares tengah mengupingi gawai sembari melirik ke arah Feby yang mulai manyun. Tak pelak dia mengusap kepala istri keduanya itu dengan lembut. Seolah memberikan kode bahwa keadaan masih bisa terkendali.[“Iya, Mi. Papi tahu.”][“…”][“Iya. Sudah ya. Papi sedang sibuk sekarang.”]KLIK! Panggilan selama kurang lebih dua menit tadi pun berakhir. Ares mengembuskan napas lega, sedangkan Feby masih saja kelihatan misuh-misuh.“Marah ya, hmm?” Ares menjiwil lembut ujung dagu Feby. Pria itu lantas mendaratkan bibirnya di tempat yang sama pula. Feby yang tak mau merusak suasana pun menggeleng lalu mengubah raut wajahnya menjadi ceria kembali. “Aku kangen. Tahu enggak sih, Mas?”“Iya, Sayang. Aku ‘kan di sini sekarang.” Masih banyak lagi kata-kata manis yang

    Last Updated : 2025-02-01
  • Istri Rahasia SANG BUPATI    7. MARAH

    Tidak ada gunanya larut dalam kesedihan. Feby harus sadar bahwa inilah jalan hidup yang ia pilih. Pernikahannya dengan Ares sebentar lagi akan menghadirkan buah cinta mereka. Jadi lebih baik fokus pada tujuan ke depan saja. Itulah yang ia pikirkan sekarang.“Masih memikirkan obrolan kita yang tadi?” tanya Ares yang sudah berada tepat di sampingnya.Feby menggeleng sambil tersenyum manis. “Enggak, Mas. Aku cuma masih kangen. Oh ya. Besok Mas jam berapa harus balik dari sini?”“Setelah menyuapimu sarapan tentunya.” Ares mengecup singkat bahu Feby yang terbuka itu lalu mendaratkan kepalanya di sana. Perlakuan lembut yang tentu saja mampu meredam rasa sedih di hati sang istri.“Masih ada waktu sekitar sembilan jam lagi sampai sarapan pagi. Boleh temani aku nonton?” tanya Feby kemudian. Anggukan cepat pria tampan tersebut membuat Feby bersemangat kembali. Dirinya pun bergegas menyambar remote TV lalu memilih saluran yang dianggap menarik.

    Last Updated : 2025-03-07
  • Istri Rahasia SANG BUPATI    8. SENDIRIAN

    “Saya yang bertanggung jawab untuk saya sendiri.” Feby menyerahkan KTP beserta kartu debet-nya kepada petugas administrasi rumah sakit. Berusaha tersenyum walaupun tengah ditatap penuh selidik oleh gadis muda di hadapannya itu.“Baik, Mbak. Sebentar ya,” ucap petugas tersebut yang kemudian segera melakukan entri data. Tak lama. Setelahnya Feby bergegas menuju kamar rawatan yang sudah dipesan sejak jauh hari. Di sanalah dia menantikan momen untuk menyambut kehadiran sang buah hati. Sekilas memang tidak ada yang perlu ia khawatirkan. Bahkan untuk biaya hidup sampai beberapa tahun ke depan bisa dipastikan sudah tercukupi. Namun, masalahnya masih sama. Feby harus menguatkan hati lantaran di masa yang akan datang ia akan tetap merasa sendirian. Suara derit pintu yang perlahan terbuka mengalihkan perhatian Feby. Seorang wanita paruh baya muncul dari sana dengan wajah pias.“Si Zaki ke mana? Katanya sudah di rumah sakit.”Feby menjawabn

    Last Updated : 2025-03-08
  • Istri Rahasia SANG BUPATI    9. HARAM

    [“Jadi beneran??”]Feby hampir lupa caranya bernapas. Apa istri pertama Ares itu sudah tahu tentang pernikahan siri mereka? Gawat kalau iya![“Apalagi sih, Mi? Enggak lihat papi lagi apa? Banyak agenda yang harus dibaca. Papi sibuk memang.”][“Ck. Anak-anak pengen liburan ke Bali, Pi. Udah lama kita enggak ngabisin waktu sama mereka loh.”] Barulah Feby bisa lega setelah mendengar lebih lanjut lagi. Tidak. Dunianya masih aman karena Tuhan belum mengungkap rahasia yang ia pendam bersama sang suami. Ya. Sepertinya tadi Ares hendak menjawab panggilan telepon, tetapi urung lantaran mendengar suara istri pertamanya. Entah sampai kapan memang dirinya akan menjadi istri simpanan yang tak diketahui oleh publik. Meskipun begitu, untuk saat ini dia tetap beruntung. Begitu yang bisa disyukuri sekarang. Alhasil Feby pun mengakhiri panggilan via udara tadi. Tahu bahwa kondisi tidak memungkinkan setelah mendengar pertengkaran pasangan suami ist

    Last Updated : 2025-03-08

Latest chapter

  • Istri Rahasia SANG BUPATI    66. PENJELASAN

    Rania memutus panggilan telepon tadi begitu melihat seseorang berjalan ke arahnya. Gadis itu kemudian berdecak sebal.Dialah Feby yang menatapnya dengan mata lembut. "Rania, aku tahu kau marah. Kau kecewa. Kau berhak merasa seperti itu. Tapi aku mohon, beri aku kesempatan untuk bicara."Rania berdiri mematung sejenak, menatap Feby dengan pandangan tajam. "Kenapa Mbak harus menikah dengan ayahku? Mbak tahu aku sayang banget sama Ayah, tapi kenapa Mbak sembunyiin ini dariku?"Feby menelan ludah. Ia tahu ini bukan percakapan yang mudah. "Rania, aku tahu ini sangat berat buatmu. Dan aku... aku minta maaf kalau aku membuatmu merasa dikhianati. Percayalah, aku enggak pernah berniat buat menyakiti perasaanmu. Aku dan Ayahmu... tidak pernah ingin menyakitimu."Rania mengalihkan pandangannya, menendang kerikil di tanah dengan ujung sepatunya. "Ayah enggak pernah cerita. Semua ini tiba-tiba. Aku kir

  • Istri Rahasia SANG BUPATI    65. KECEWA

    "Rania sayang, dengerin Ayah dulu," kata Sandi dengan suara bergetar, mencoba meredam emosi yang jelas terpancar dari wajah putrinya.Namun, Rania hanya menatap ayahnya dengan tatapan penuh kemarahan dan kekecewaan yang mendalam."Jahat!" Rania membalas dengan nada yang meledak-ledak. Air matanya mulai mengalir, namun tak ada tanda-tanda ia akan berhenti. "Kalian semua bohong! Ayah bilang kita bisa kembali jadi keluarga, tapi ternyata Ayah malah menikahi orang lain di belakangku! Orang yang selama ini aku anggap teman!"Feby mundur satu langkah, hatinya seolah tertusuk setiap kali mendengar kata-kata Rania. Ia ingin menjelaskan, tetapi tenggorokannya terasa tersumbat. Kata-kata apa pun sepertinya tidak akan cukup untuk meredakan amarah Rania saat ini."Rania, ini enggak seperti yang kau pikirkan," Sandi mencoba menjelaskan, meskipun dirinya tahu itu tidak akan mudah. "Ayah dan ibumu sudah lama berpisah, dan Ayah menikah lagi karena Ayah mencintai Feby. Tapi itu enggak pernah mengubah

  • Istri Rahasia SANG BUPATI    64. SULIT

    Sandi terdiam lama menatap layar ponselnya. Panggilan dari mantan istrinya terus berdering, seolah menuntut jawaban. Suasana di antara Sandi dan Feby semakin tegang, dan Feby bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda kali ini. Ia menahan napas, menunggu apa yang akan dilakukan Sandi selanjutnya."Angkat saja." suara Feby terdengar pelan, hampir berbisik. Matanya menatap ponsel itu dengan ketakutan yang tak bisa disembunyikan. Jika Sandi menjawab panggilan itu, apa artinya hubungan mereka?Sandi ragu. Ia meremas ponselnya dengan tangan yang semakin gemetar. "Aku..." suaranya terdengar ragu, menatap layar sejenak sebelum akhirnya ia mengambil keputusan cepat. Dengan satu gerakan tegas, Sandi menekan tombol "tolak" dan mematikan teleponnya.Feby menghela napas lega, meskipun hatinya masih belum sepenuhnya tenang. "Om yakin tidak ingin bicara dengan dia?" tanya Feby hati-hati.Sandi menggelengkan kepalanya. "Aku enggak mau mengulang semuanya lagi, Feb. Aku suda

  • Istri Rahasia SANG BUPATI    63. KESEMPATAN

    Feby masih berdiri terpaku, air mata terus mengalir deras di pipinya. Tatapan kosong Haikal menghantam hatinya lebih kuat dari apapun. Di depannya sang putra tampak ketakutan, enggan mendekat. Seolah-olah dia benar-benar hantu dari masa lalu yang tak lagi diinginkan.“Mas...” Feby bergumam, suaranya hampir tidak terdengar, tertahan oleh sesak di dadanya. “Bicara dengan anak kita sekarang. Perbaiki ini.”Ares menelan ludah, kemudian berjongkok di depan Haikal, memegang bahu kecil anaknya itu dengan sangat hati-hati. “Haikal, dengar, Papi salah,” katanya, suaranya lembut namun tegas. “Mama tidak pernah pergi selamanya. Mama tidak meninggalkanmu. Semua yang Papi katakan itu salah, Papi berbohong.”Haikal mengerutkan kening, tatapannya beralih dari Ares ke Feby, bingung. “Tapi... Papi bilang...”“Iya, Papi salah,” Ares memotong dengan cepat, suaranya mulai bergetar. “Papi hanya taku

  • Istri Rahasia SANG BUPATI    62. MEMPERBAIKI

    “Haikal!” teriak Feby penuh emosi. Sesuatu dalam dirinya berharap saat itu juga bisa memeluk anaknya erat-erat, berharap dapat membasuh semua kesalahpahaman dengan satu pelukan.Haikal, yang sedang berlari riang bersama seorang anak lelaki tadi mendadak berhenti. Tatapan bocah itu mengunci pada Feby. Mata hitam kecilnya membulat, namun bukan karena senang. Sebaliknya, ada ketakutan yang tak bisa disembunyikan di wajah mungilnya.“Bang Haikal, itu mama ya?” tanya teman bermainnya lagi yang segera menoleh pada Feby dengan senyum penuh penasaran.Haikal tidak menjawab. Tubuh kecilnya bergetar, mundur perlahan seperti hendak menjauh. Sementara itu, Feby berjalan mendekat, air mata sudah menggenang di pelupuk matanya.“Sayang...” bisik Feby dengan suara bergetar. “Mama di sini. Mama kangen sama kamu, Nak.”Namun, saat ia hendak mendekat, Haikal semakin mundur, wajahnya terlihat pucat. "Mama jangan datang lagi!" teriaknya tiba-tiba. "Mama sudah pergi selamanya! Papi bilang, mama jahat!"Kat

  • Istri Rahasia SANG BUPATI    61. KELIRU

    Feby menatap layar monitor yang menampilkan denyut jantung Kayla yang semakin lemah. Sementara Ares, meskipun hatinya diliputi amarah dan kebingungan, ia tak bisa menahan diri untuk tidak peduli. Bagaimanapun, Kayla adalah anak yang telah ia cintai dan besarkan sejak lahir. Tatapan cemasnya tak teralihkan dari jendela ICU, sementara perasaan bersalah mulai merayapi diri. Apakah tuduhannya terlalu jauh?Di tengah ketegangan yang menghantui, pintu ruangan terbuka dan seorang dokter berwajah serius masuk. Ada sesuatu yang berbeda sepertinya kali ini. Seolah-olah ada yang baru ditemukan."Pak Ares, Bu Feby..." dokter itu memulai, menarik napas dalam sebelum melanjutkan. "Kami telah memeriksa kembali data hasil tes DNA, dan kami menemukan sesuatu yang tidak biasa."Feby menoleh dengan lemah. "Apa maksud dokter?""Saya mohon maaf sebelumnya. Hasil tes yang pertama kami keluarkan mungkin tidak sepenuhnya akurat," jawab dokter itu, terlihat sedikit

  • Istri Rahasia SANG BUPATI    60. RUMIT

    "Jawab, Feby! Siapa saja yang sudah tidur denganmu, hah?!"Ares berteriak dengan penuh kemarahan, menghentak seluruh ruangan dengan suaranya yang lantang. Dia berdiri di hadapan Feby yang masih terduduk lemas, wajahnya pucat seakan seluruh dunia runtuh di sekelilingnya. Tubuh Feby sedikit gemetar, mencoba mengatur napas setelah baru saja siuman dari pingsannya yang terdahulu. Namun, mantan suaminya itu tidak memberinya waktu. Kemarahan dan kebingungan pria itu terus menghantamnya tanpa ampun."A-apa?" Feby tergagap, merasa seperti baru saja disambar petir. Pandangannya kabur, namun wajah Ares yang penuh kemarahan tampak jelas di hadapannya.“Jangan berlagak bodoh! Selama ini siapa saja yang kau layani di atas ranjang, hah?” sentak Ares lagi.Feby menatap Ares dengan mata berkaca-kaca, hatinya tertekan oleh tuduhan yang terus menerus menghujani dirinya. “Aku… aku tidak tahu apa yang kau bicarakan, Mas,” katanya dengan suara yang hampir tenggelam dalam tangisnya.Ares semakin frustrasi.

  • Istri Rahasia SANG BUPATI    59. TERNYATA

    "Ya. Saat ini pasien membutuhkan penanganan intensif. Namun, ada satu hal yang perlu kalian ketahui, hal ini berkaitan dengan hasil tes genetika yang kami lakukan sebagai bagian dari diagnosa lebih lanjut."Feby, yang tadinya masih terisak di pelukan Sandi, mendongak perlahan. "Tes genetika? Apa maksudnya, Dok?"Dokter itu menatap mereka satu per satu, lalu menarik napas dalam. "Kami mendeteksi sesuatu yang tidak biasa. Tes menunjukkan bahwa... Kayla bukanlah anak biologis dari Ares."Feby terpaku di tempatnya. Matanya membesar, dan wajahnya memucat. "Apa...?" suaranya bergetar.Ares langsung melangkah maju, wajahnya berubah menjadi merah padam. "Apa maksudmu, Dok? Bagaimana bisa Kayla bukan anakku?"Dokter mencoba menjelaskan dengan hati-hati. "Hasil tes DNA menunjukkan ketidakcocokan antara Anda, Pak Ares, dan Kayla. Ini sangat jelas dalam hasil kami."Feby merasa bumi seakan runtuh di sekelilingnya. Tangannya mencengkeram lengan Sandi leb

  • Istri Rahasia SANG BUPATI    58. TERTIPU

    Feby mengembuskan napas panjang, menyandarkan punggungnya ke kursi ruang tunggu di luar rumah sakit. Pandangannya tak lepas dari pintu ICU tempat Kayla dirawat. Namun, meski mereka sudah tiba di rumah sakit, mereka belum bisa bertemu dengan karena Ares menghalangi setiap upaya mereka.Sementara kini Sandi berdiri di dekat jendela, punggungnya tegang. Sudah beberapa kali dia mencoba berbicara dengan pihak rumah sakit, tetapi semuanya berakhir sia-sia. Feby dapat merasakan kegelisahan suaminya, dan itu membuatnya semakin resah."Sampai kapan kita harus menunggu seperti ini, Om?" tanya Feby, suaranya penuh frustrasi. "Aku tidak bisa hanya duduk di sini sementara Kayla ada di dalam. Dia butuh aku."Sandi menatapnya sejenak, lalu mendekat dan meraih tangannya. "Aku tahu, Feb. Tapi Ares punya kekuatan di sini. Kita tidak bisa melawan langsung, bukan tanpa rencana."Pada saat itulah Widya muncul dari ujung koridor. Wanita itu tampak anggun meskipun wajahnya menu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status