Rasanya Sulis ingin bersembunyi di balik gua. Ia merasa sangat malu pada Ali.
Pada saat Ali memasuki kamarnya kemudian pria itu mendekatinya, Sulis merása gugup hingga ia memejamkan matanya. Sulis mengira jika Ali akan mencium bibirnya seperti adegan romantis di drama.
Ternyata Ali hanya ingin meminta charger ponsel miliknya. Ali hanya bisa menahan tawa melihat ekspresi konyol Sulis terhadapnya. Ya bagaimana lagi, soal pacaran Sulis sudah lebih berpengalaman! Berbeda dengan Ali yang nol besar.
“Ali, stop memandangku seperti itu!” beo Sulis karena merasa Ali telah memandangnya penuh cemooh. Sulis malu sudah kegeeran.
“Kenapa? Memang salahku di mana?”
“Pak Aldino, mobil sudah siap!”Suara Elang mengusik Aldino dan Malati yang tengah bersiap-siap akan pergi ke Jogja.Aldino pun langsung meraih tangan istrinya dan memapahnya menuju mobil mewah yang sudah disiapkan oleh Elang untuk mereka.Semalam Aldino sempat panik mengira jika istrinya akan melahirkan. Namun ternyata Malati meringis hanya karena mendapat tendangan dari calon bayi mereka. Aldino junior sangat aktif di dalam perut ibunya. Kini sepasang suami istri itu akan pergi menuju salah satu destinasi wisata yang mereka tuju selama berada di sana. Mereka pergi bertiga. Elang bertugas mengemudikan kendaraan Aldino. Aldino dan Malati duduk di bangku ke dua. Tak seperti semalam, kini Malati tampak antusias akan berlibur. Aldino membujuknya dengan berbagai cara hingga Malati bersemangat hari itu. Mobil mewah berwarna hitam metalik meninggalkan hunian mewah Eyang Waluyo begitu saja. Mobil itu melaju dengan kecepatan sedang dan sangat hati-hati.Aldino yang super protektif pada ist
“Kau mau kemana?”Ali menatap Sulis dari ujung kepala hingga ujung kaki. Sulis sudah berpakaian rapi ala kantoran. Memang ia masih terdaftar sebagai salah satu karyawan penyedia jasa maintenance komputer.“Aku kerja, Ali. Memang aku mau clubbing,” jawab Sulis sembari membetulkan rok span yang dipakainya.Gadis itu tampak cantik dengan penampilannya yang segar pagi itu. Ia mengenakan kemeja berwarna putih dan rok span berwarna hitam selutut. Tak lupa ia menggerai rambut panjangnya yang berwarna brunette hingga terlihat berkelas. Kali ini ia tidak memakai sepatu boots namun sepatu pantofel dengan heels yang rendah mengingat kakinya masih sakit.Sebetulnya belum sepenuhnya sembuh, hanya saja ia tipikal gadis yang tak betah tinggal diam saja. Ia terbiasa memiliki kegiatan di lapangan.Ali mendesah pelan melihat Sulis yang baru saja sembuh namun akan pergi bekerja.“Gak boleh! Kau gak boleh bekerja di sana lagi!”Ali langsung melarang Sulis. Nada bicaranya tinggi dan terkesan otoriter. Su
Malam itu hanya terdengar suara mobil sirine ambulance yang berisik. Sebuah kecelakaan beruntun telah terjadi di salah satu ruas jalan Yogyakarta. Beberapa supir yang membawa kendaraan dan penumpang tewas di tempat. Adapula yang mengalami luka serius hingga langsung dilarikan ke ruang instalasi gawat darurat.Kepanikan terjadi di mana-mana. Antara suara sirine mobil polisi dan tangis pilu dari keluarga korban.Di sebuah rumah sakit yang berlokasi tak jauh dari tempat kejadian perkara, para dokter jaga tampak kewalahan menghadapi beberapa pasien yang datang berturut-turut akibat kecelakaan itu.Begitupula di ruang bersalin, salah seorang korban kecelakaan yang merupakan wanita hamil kini tengah berjuang untuk melahirkan. Meskipun usia kandunganya belum mencapai tiga puluh tujuh minggu, namun karena mengalami syok akhirnya ia mengalami kontraksi hebat hingga ingin segera melahirkan. Naasnya, sang suami mengalami luka serius. Sehingga mau tak mau wanita muda itu harus berjuang sendiri un
Seketika tubuh Putri Melati lemas kemudian tak sadarkan diri tatkala mendengar kabar buruk yang disampaikan salah satu perawat di sana. Beberapa pasien korban kecelakaan akibat tabrakan beruntun itu ada yang meninggal.Malati mengira jika suaminya adalah salah satunya.Beruntung bayinya sudah berada dalam gendongan perawat. 'Jika bayi mungil dan menggemaskan itu masih digendong ibunya maka bisa dipastikan bayi itu akan jatuh.Bayinya harus dirawat terpisah terlebih dahulu dari ibunya, mengingat kondisinya yang lahir dalam kondisi prematur meskipun dalam keadaan sempurna dan selamat.Tak berselang lama, Malati pun bangun setelah dibantu oleh seorang dokter kandungan tadi. Wanita yang kini telah resm
Sulis pun akhirnya memilih ikut Ali menuju kantornya. Daripada di rumah Ali, ia memilih menghabiskan waktu di kantor. Ia bisa berjalan-jalan hingga mengotak-atik komputer karena kegabutannya. Sulis memang suka mengoperasikan komputer, pemrograman hingga hacking.Oleh karena itu tak aneh jika ia dan Malati memiliki kemampuan dalam hacking security system sebuah perusahaan.Ketika mulai jenuh, gadis tomboi itu pun mulai menyuruh OB untuk membawakannya kopi hingga camilan, kecuali rokok. Mati-matian ia menahan diri, khawatir merusak imejnya sebagai calon menantu Basalamah.“Meeting kok lama banget sih!” beo Sulis dengan tubuh yang tak bisa diam. Ia berjalan mondar mandir tidak jelas. Terkadang ia mendekati jendela dan membuka tirainya untuk melihat lalu lalang peman
Hampir dua jam berlalu, namun tim dokter belum juga keluar dari ruangan operasi. Dengan bersabar, Malati terus melangitkan doa untuk keselamatan suami tercintanya.“Mas, kau harus kuat! Mas pasti belum tahu, kalau aku sudah melahirkan. Pasti kau akan senang melihat baby Al sudah lahir. Mas, dia tidak rewel. Aku dan baby Al berjuang untukmu. Kau juga harus berjuang ya Mas, kesayangan Putri.”Putri Melati kembali bercucuran air mata menunggu kabar suaminya. Ia sudah tidak memperdulikan rasa sakit akibat melahirkan. Ia hanya ingin memastikan kondisi suaminya yang selamat. Itu saja!Ada begitu banyak kekhawatiran yang menderanya. Ia takut suaminya mengalami luka serius yang mengakibatkannya amnesia atau luka serius lainnya misalnya cacad. Bukan tanpa alasan, ia masih menging
Tak hanya keluarga Waluyo yang tengah berduka, kini keluarga Basalamah pun mengalami hal serupa. Ana menghilang secara tiba-tiba.“Mama, kenapa bisa Ana menghilang? Bukankah Ana berada di dalam rumah terus?”Ali mencerca ibunya karena kesal mengetahui bahwa adik kesayangannya tiada.Sulis merasa cukup kaget mendengar Ali yang menaikan suaranya di depan ibunya. Ia bergidik ngeri melihat kemarahan Ali. Ternyata Ali kalau marah menakutkan.Sulis berinisiatif mendekati Hanum, memberikan support padanya. Ia memeluk Hanum dan berkata dengan nada lembut. “Bagaimana kejadiannya tadi Mama? Bukankah Ana tidak pernah keluar rumah. Ana juga sering ditemani perawat.”
Setelah menjalani operasi besar, Aldino Tama Waluyo akhirnya bisa selamat dan siuman. Malati ialah orang pertama yang memasuki ruangan di mana Aldino dirawat. Kini Aldino sudah dipindahkan di ruangan intensif rawat inap. Senyum tipis menyambut kedatangan Malati yang memasuki ruangan itu didorong oleh seorang perawat senior. Perawat itu lantas meninggalkan mereka berdua. Sementara itu para bude dan pakde tengah mengurus administrasi rumah sakit selama di sana. Mereka menunggu giliran berkunjung dengan Malati. Malati memakai seragam khusus saat memasuki ruangan di mana suaminya berada. Ke dua netra yang saling mendamba akhirnya bertemu. Mereka saling menyematkan senyuman hangat dan penuh kerinduan. Seakan-akan mereka lama tak bersua.Aldino tidak bisa banyak bicara untuk saat ini. Ia merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Namun pria itu memang bermental baja, ia bahkan selalu menampakkan dirinya yang tegar di hadapan istri tercinta.Malati memeluk lengan suaminya dan menangisinya. Hanya
Di tempat berbeda, kini pasangan lain pun tengah diberkati kebahagiaan yang luar biasa. Akhirnya setelah hampir setahun lamanya, Aldino kini bisa kembali berjalan. Setelah mengikuti terapi dan pengobatan hingga berbulan-bulan lamanya di Singapura, pria berwajah tampan dan bertubuh bak binaragawan itu akhirnya bisa berjalan normal kembali. Ia sangat bekerja keras selama berada di Singapura.Ia akan pulang dengan memberikan kejutan pada istri tercinta dan putra tampannya yang kini sudah berusia setahun.Hari itu, Malati tengah mengasuh Manggala bermain di ruang bermain yang dibuat khusus, di ruang keluarga kediaman Eyang Waluyo. Cicit tersayang selalu mendapat perhatian lebih dari Eyang buyutnya. Malati dan putra tampannya mendapatkan privilege luar biasa dari Eyang Waluyo hingga keluarga besar lainnya.“Gala! Sini Nak!”Kakek tua yang masih berdiri tegap itu memanggil cicitnya. Meskipun Manggala baru berusia setahun namun anak itu sangat cerdas. Ia sudah bisa berjalan dengan baik dan bi
Ali pun menarik handle pintu kamar pengàntin hingga terbuka. Sulis langsung antusias melihat untuk pertama kali kamar pengàntin yang sangat indah karena dihias sedemikian rupa. “Aa, bagus banget!” Sulis mengedarkan pandangannya ke segala penjuru kamar berukuran presidential suit tersebut. Kamarnya didominasi warna putih dan warna-warna pastel sesuai keinginannya. Matanya berbinar mengamati setiap detail hiasan bebungaan yang berada di atas ranjang. Seketika ia tertawa melihat ada dua ekor angsa yang tergolek di atas ranjang. Angsa yang dibentuk dari selimut berwarna putih. Tangannya terulur mengusap angsa tersebut. “Lucunya! Aku mau foto dulu,”Seketika Sulis mengambil ponselnya lalu memotret ranjang pengàntin yang begitu indah itu dengan senyum yang berseri-seri.“Sini, Aa yang fotoin!” imbuh Ali dari belakang tubuh gadis itu. Sulis mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia senang mendengar usulan Ali. Sulis pun duduk dengan posisi anggun di atas ranjang. Ali pun mengambil ponsel is
Ali berusaha menormalkan perasaannya dalam menyikapi Sulis. Sulis memàng sedang sakit, penyakitnya yang dideritanya juga tidak main-main. Oleh karena itu mungkin ia mulai merasa frustasi.Sulis tidak menyadari jika calon suaminya bertopeng dingin dari luar, padahal hatinya begitu hangat. Pada adiknya saja Ali begitu mengkhawatirkannya saat ia sakit. Tak jauh berbeda pada kekasih hatinya, ia merasakan kekhawatiran yang sama. “Sulis, stop overthinking! Kita akan tetap pada rencana awal kita. Kita akan menikah! Kau juga akan ikut pengobatan.”Ali berbicara tegas. Ia tidak suka sikap Sulis yang mendadak melankolis.Sulis terdiam dengan isak yang tertahan dan menggigit bibir bawahnya, “Ali, aku takut gak bisa hamil! Aku perokok berat. Argh, Shit! Aku mungkin tak subur!”Kini Sulis berkata hal lain yang malah memperkeruh suasana. Ali semakin jengkel mendengarnya, “Terus kau mau hubungan kita berakhir begitu saja? Kita batalkan tunangan begitu?”Sulis mengangguk dengan air mata yang bercucu
Ali tertegun saat mendengar kabar dari dokter bahwa kekasihnya harus menjalani beberapa tes kesehatan di antaranya tes darah dan rontgen. Sebelum jatuh pingsan Sulis sempat muntah darah penyebabnya. Kesimpulannya ada bagian organ dalamnya yang terluka dan membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut.Ali merasa bersalah, telah mengabaikan kekasihnya karena masalah sepele. Sederhananya, mungkin jika tidak ada drama cemburu tadi sore mungkin Sulis akan baik-baik saja. Sungguh, Ali menyesali sikapnya yang tidak dewasa. “Argh, maafkan aku Sulis. Aku kadang egois.”Ali bergumam dengan helaan nafas berat. Pria itu berjalan lesu dari ruangan dokter dan pergi menuju ruangan di mana kekasihnya dirawat malam itu. Perlahan Ali membuka pintu ruang rawat inap gadis itu. Tampak Sulis sedang tertidur pulas mungkin karena pengaruh obat. Untuk sementara ia dirawat karena kurang darah. Namun penyebab yang lebih serius belum diketahui. Ali berjalan mendekati kekasihnya. Ia berdiri di depan ranjang hidrolik s
Dua orang pemuda tampan tengah menahan kesal menunggu kekasih mereka yang sibuk memilih gaun. Sudah lebih dari dua jam lamanya mereka berusaha memanjangkan sumbu kesabaran. Rasa panas menjalari punggung mereka karena terlalu lama duduk di sofa.Meskipun pelayan butik itu melayani mereka dengan istimewa, memberikan minuman hingga camilan, tetap saja tak bisa mengusir rasa jenuh mereka. Mereka bahkan sudah memainkan ponsel masing-masing, men scroll media sosial tak jelas untuk membunuh waktu. Nihil! “Lama banget! Mereka ngapain aja sih?” ucap pemuda berhidung bangir yang tak lain Mustafa Ali Basalamah pada pemuda tampan bermata sipit yang tengah duduk di sampingnya, dr Zain. Ali beringsut berdiri lalu merenggangkan tubuhnya beberapa saat karena rasa pegal akibat duduk lumayan lama di sofa berbentuk letter U. Ia pun memutar lehernya hingga menimbulkan bunyi kretek yang membuat dr Zain meringis mendengarnya. dr Zain hanya mendesah pelan mendengar keluhan calon iparnya. Dokter muda itu
“Mala, sini Bude yang gendong Gala!”Bude Ratna menghampiri Malati yang baru saja menyusui bayi tampannya. Malati gegas mengancingkan kancing bajunya kemudian melepas apron menyusui saat Gala terlihat sudah kenyang menyusu. Biasanya bayi yang memiliki garis wajah mirip sekali ayahnya itu tertidur saat merasa perutnya penuh, namun kali ini ia terjaga seakan ingin bermain dengan neneknya.Malati pun menyerahkan Gala pada pangkuan Bude Ratna. Bayi itu tersenyum dan menatap neneknya dengan mata yang bening. Sungguh terlihat menggemaskan.Bude Ratna menyematkan senyuman yang lebar menatap cucunya itu dengan penuh haru. Bukan tanpa alasan, Gala terlahir saat ke dua orang tuanya mengalami kecelakaan yang mengerikan.Atas kehendakNya, mereka semua selamat kendati ayahnya kini harus menjalani pengobatan di luar negeri. Seminggu sudah kepergian Aldino ke Singapura. Terpaksa, Malati mengikhlaskan kepergian suaminya bersama Bude Gendhis, suaminya dan beberapa pengawal pribadi utusan Eyang Waluyo.
“Bulan depan!”Ali menjawab dengan penuh keyakinan pertanyaan ayah Sulis. Setelah acara lamaran selesai, Hendi-Ayah Sulis bertanya pada Ali tentang hubungan putrinya dan Ali sudah sampai sejauh mana. Hal tersebut bukan tanpa alasan, sebab Hendi mengira jika kedatangan keluarga Basalamah itu untuk acara pertunangan. Bukan lamaran menuju pernikahan.Nyatanya, sebelum mereka benar-benar pergi dari kediaman Sulis, Ali memberanikan dirinya, secara langsung ia mengungkapkan rencananya ingin menikahi Sulis sesegera mungkin. Ali berusaha bernegosiasi dengan calon ayah mertuanya, bahwasanya meskipun hubungan mereka belum lama, namun mereka sudah bisa saling memahami karakter masing-masing sehingga ingin segera melangsungkan hubungan mereka ke arah yang serius. Terlebih usia ke duanya telah matang. Sudah sama-sama dewasa.Hendi menatap Sulis sejenak kemudian kembali menggerakan bibirnya. “Nak Ali, Bapak sebagai orang tua sangat bahagia mendengar rencana baik Nak Ali dengan melamar Sulis untuk d
“Ali, kenapa kau belum datang juga? Kenapa juga kau tidak mengangkat telepon dariku? Argh, awas kalau kabur dari acara pertunangan! Aku tak segan memberi perhitungan padamu!” gumam Sulis dengan perasaan yang teramat gelisah. Saat ini Sulis berada di rumahnya di kota Bandung.Hari itu adalah hari bersejarah baginya. Akhirnya Sulis akan dilamar oleh pria tampan dan kaya raya seperti angan-angannya selama ini. Gadis bertubuh jangkung itu berdiri mematung di taman depan rumahnya, menunggu detik-detik kehadiran Ali bersama keluarga besarnya.Ternyata Ali tidak main-main dengan hubungan yang terjalin di antara mereka. Ia serius ingin meminang Sulis. Lamaran Ali sebetulnya ialah waktu yang tepat untuk menentukan kapan waktu pernikahan mereka akan berlangsung. Sebaliknya, Sulis hanya mengira jika lamaran Ali hanyalah pengikat atau tanda keseriusan Ali atas hubungan percintaan mereka. Atau pertunangan biasa.“Sulis, diam bisa gak?” Dari dalam rumah, sang Ibu memanggil putrinya itu dengan suar
Aldino hanya menghela nafas pelan. Ia sebetulnya tak tega jika harus meninggalkan istri dan bayi tampannya yang baru lahir. Namun niatnya sudah bulat. Ia ingin segera sembuh dan tak ingin merepotkan istrinya atau siapapun. Aldino yakin pengobatan medis di luar negeri lebih baik. Oleh karena itu ia menyetujui usulan Eyang Waluyo untuk berobat di Singapura. Aldino akan mengikuti prosedur operasi di sana dan mengikuti terapi hingga kakinya sembuh seperti sedia kala.“Sayang, udah dong! Ini demi kebaikan kita semua.”Aldino mengusap-usap punggung istrinya yang tenggelam di balik dada bidangnya. Mendengar Aldino akan pergi jauh, Putri Melati terlihat murung. Bahkan ia menangis tersedu sedan.Malati bukan tidak ingin suaminya mengikuti pengobatan di rumah sakit luar negeri. Namun ia ingin ikut bersamanya ke negeri yang terkenal dengan patung Merlionnya.Malati dan baby Gala belum bisa berangkat mengingat usia bayi mereka masih belum siap untuk berpergian jauh. Begitupula dengan Malati yang