Share

Bab 144

Author: Piemar
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sebelum Malati pulang ke rumahnya, ia tiba-tiba mengubah rencananya. Ia akan mengunjungi Mr Bon-sosok pria tua yang begitu dekat dengannya. Mungkin ada pekerjaan freelance sampingan untuknya.

Pikirannya sudah berkecamuk. Ia harus mencari pekerjaan untuk membayar hutangnya pada Aldino. Begitulah pikiran Malati saat ini. Ketika pernikahan itu terbongkar ia pasti menjadi sosok yang disalahkan. Mungkin hal terburuk yang akan ia alami ialah Aldino meminta uangnya kembali. Itulah yang berada dalam pemikiran gadis itu.

“Assalamu’alaikum!” sapa Malati di bibir pintu yang sedikit terbuka. Ia mengintip dengan memanjangkan lehernya, melihat sosok pria bertubuh tambun yang sedang asik telponan dengan seseorang.

Saat tatapan pria itu tertuju pada sosok gadis berjilbab hitam polos dihiasi tuspin berwarna silver, pria itu segera melambaikan tangannya mempersilakan gadis itu masuk.

Malati pun langsung menerobos masuk ke dalam ruangan itu dan duduk di salah satu sofa yang tersedia di sana. Tatapannya
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Sarah jasmine Salamah
mau dirapel sama penulis, biar langsung tamat.
goodnovel comment avatar
Nurul Habibatul Rosaini
Ya knp belum up thor?
goodnovel comment avatar
Sarah jasmine Salamah
kak..kok blm update, lagi liburan ta
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Rahasia Kepala Sekolah   Bab 145

    “Bapak, tolong! Jangan permainkan perasaanku! Bapak menyentuhku lalu mengatakan aku istri Bapak. Aku istri di atas kertas, Pak,” Malati memberanikan diri mengatakan itu karena sudah merasa tidak tahan dengan tekanan yang diperolehnya. Suaranya bergetar seiring dengan rintik hujan yang turun berdenting menimpa genting. Pundaknya berguncang dengan isak yang tertahan. Pria itu berhasil membuatnya melambung tinggi, merasakan apa itu kebahagiaan. Namun sekejap ia menjatuhkan dirinya pada jurang ngarai sedalam-dalamnya, merasakan kesedihan. Gadis malang itu jatuh hati lalu langsung patah hati sekaligus. Ia merasa dirinya yang menderita akan perasaan itu. Nyatanya, Aldino pun merasakan hal yang serupa di mana ia sendiri terjebak dalam perasaan pada gadis itu. Naasnya, ia harus melepaskan hubungannya dengan Ana yang sudah terjalin lama. Namun setelah ia menimang-nimang Ana mungkin bisa menjadi kekasihnya akan tetapi ia tidak bisa menjadi istrinya mengingat sikap manja, impulsif dan kekana

  • Istri Rahasia Kepala Sekolah   Bab 146

    Malati menggelengkan kepalanya, tak percaya dengan apa yang ia dengar. Tak mungkin Aldino semudah itu mengakhiri hubungannya dengan kekasihnya. Melihat reaksi Malati yang terbengong lama, Aldino meraih ke dua tangan gadis itu, menggenggamnya dengan erat. Mereka duduk berhadap-hadapan dengan ke dua netra bertumbur sembari menyelami perasaan masing-masing. “Saya sudah memutuskan. Saya ingin menjalani pernikahan denganmu, Putri Melati. Saya sudah mengakhiri hubungan saya dengan Ana. Kini, kita tak perlu lagi merahasiakan pernikahan kita. Saya sudah menikahimu sah baik secara agama maupun hukum.” Aldino memberikan sebuah penjelasan singkat dan padat. Berharap Malati menerima keputusannya. Namun ia tidak menceritakan bagaimana respon Ana-yang tentu saja tidak menerima keputusan Aldino. Ana butuh waktu menerimanya. Malati menggelengkan kepalanya lagi seraya menarik tangannya kendati tak berhasil karena Aldino menggenggam tangannya erat dan posesif. Ia bahkan mengecup punggung tangannya b

  • Istri Rahasia Kepala Sekolah   Bab 147

    Malati menarik sudut bibirnya saat mereka tiba di suatu tempat yang mungkin menurut Aldino ialah ‘tempat kencan’. Ingin sekali ia tertawa namun ia sebisa mungkin menahannya, mengingat Aldino seorang yang temparamen sehingga akan mudah tersinggung. Ia menghargai usaha pria itu yang tengah berusaha memikat hatinya.Gadis itu menatap Aldino dengan senyum yang mengembang dari samping. Senyuman yang paling lebar seperti saat ia mendapat nilai seratus pada ujian Matematika. Atau saat ia menerima gaji pertama sebagai tutor Matematika.“Suamiku ganteng ya,” imbuh Aldino narsis saat merasa memang dirinya tengah diperhatikan gadis itu.Malati tak merespon pria bertubuh besar itu. Ia memalingkan wajahnya pada sebuah batu besar dengan pahatan kuno di hadapannya.Saat ini mereka tengah berada di sebuah museum Pasir Angin yang terletak di daerah Cemplang, Cibungbulang. Bukan tanpa alasan Aldino mengajak istri kecilnya pergi ke sana. Ia berpikir secara matang bahwasanya tipikal gadis cerdas semacam

  • Istri Rahasia Kepala Sekolah   Bab 148

    Ali menatap kolam ikan di depannya dengan tatapan merana. Ia merasakan dadanya terasa panas. Sesuatu seakan membakarnya dari dalam. “Argh, sialan!” Ali ingin sekali melempar gelas kaca yang dipegangnya pada aquarium kesayangan ayahnya. Bisa-bisa ia dimutilasi jika berani melakukannya. Pria berwajah Arab itu benar-benar merasa muntab. Tak pernah menyangka jika Aldino bisa senekat itu. Saat Aldino menjemput Malati di kampus, ia melihat mereka bertepatan ia keluar dari gedung rektorat. “Apa benar Aldino sudah sejauh itu?” gumamnya dengan perasaan pedih hatinya. “Putri, apa kau juga memiliki perasaan yang sama pada pria brengsek itu? Rasanya tak mungkin kau menggoda Aldino. Aldino pasti sudah menekan dan mengancammu.” Ali mendengus kasar mengingat pemandangan yang menyesakkan dada tadi. “Ali, kau sudah pulang?” sapa Hanum yang baru saja tiba dari salon dengan Ana. “Tumben, Mustafa Ali nongkrong di depan aquarium. Biasanya nongkrong di perpustakaan.” Ana berkomentar lalu duduk dek

  • Istri Rahasia Kepala Sekolah   Bab 149

    Malati memakai stetoskop yang sudah dipersiapkan oleh Mr Bon untuknya. Beruntung Mr Bon sudah memikirkan hal sedetail itu untuk memudahkan misi gadis itu.Ia menempelkan bagian earpieces pada telinganya dan meletakan bell pada dinding dekat knop brankas. Beberapa tukang kunci profesional melakukan hal serupa untuk membongkar brankas yang macet. Hal itu dilakukan untuk bisa mendengar pergerakan dalam poros.Malati memulai aksinya. Ia mulai menekan angka kombinasi searah jarum jam. Sudah dua kali ia gagal. Tak menyerah, ia mencoba angka lainnya.Sesekali ia memutar angka berlawanan arah jarum jam dan mendengarkan dengan seksama sampai terdengar suara klik yang saling berdekatan. Ia memutar knop perlahan untuk mencatat posisi knop.“Mala, sudah belum?”Dari bibir pintu Sulis bertanya dengan harap-harap cemas. Jantungnya berdegup kencang sebab mendengar panggilan telepon dari Mr Bon bahwa target menuju ke sana.Malati mengabaikan Sulis. Ia fokus melakukan pekerjaannya. Ia masih memutar no

  • Istri Rahasia Kepala Sekolah   Bab 150

    Malati menggeliat dalam tidurnya. Semalam ia tidur nyenyak setelah menjalankan misinya kendati gagal.Ia merasa hangat memeluk guling yang begitu besar. Dalam mimpinya, gadis itu tengah tidur di atas kasur berukuran sangat luas-berukuran stadion sepak bola sembari memeluk bantal dan guling yang sangat empuk.“Hum, nyaman sekali,” gumam gadis itu sembari tersenyum. Tangannya begitu erat memeluk guling itu.“Mala, singkirkan tanganmu!” imbuh Aldino setengah sadar saat ia merasa ada tangan mungil yang meraba-raba dadanya. Pria itu merasa geli.“Hum, gulingnya besar sekali,” ucap gadis itu mengigau. Tangannya menjalar pada bongkahan dada yang liat dan menyentuh sesuatu yang tampak mungil. Saat itu Aldino mengenakan kaos tipis.“Shit! Mala! Apa yang kaulakukan?” Aldino membuka matanya dan segera menangkap tangan gadis itu yang sudah berada tepat di bagian pucuk dadanya. Tangan dan kaki gadis itu membelit pada tubuhnya bagai akar.“Ya ampun, gadis ini sepertinya tengah bermimpi.”Aldino me

  • Istri Rahasia Kepala Sekolah   Bab 151

    Ana menggeram pelan saat melihat pemandangan yang melukai hatinya. Tak jauh dari keberadaannya, ia melihat sosok Aldino bersama Putri Melati. Diam-diam Ana mendatangi rumah Aldino pagi itu. Ia merindukan kekasihnya.Setelah percakapan dengan Aldino terakhir kalinya, ia tidak pernah mengobrol lagi via telepon. Sekalipun Ana berusaha menghubunginya, namun Aldino selalu punya cara menghindarinya dengan seribu alasan.Mereka tengah berada di dalam kendaraan beroda empat. Rutinitas pagi Aldino mengantar istrinya kuliah. Ana baru menyadari satu hal.“Apa mereka tidur satu ruangan? Apa mereka melakukan aktifitas sebagaimana suami istri lakukan?” gumam Ana dengan air mata yang bercucuran.Mobil Aldino sudah melewatinya. Kaca jendelanya terbuka dan menampakkan ke dua sejoli itu tengah ngobrol seru. Aldino tampak ceria. Semua pemandangan itu tak luput dari tatapan Ana.Melihat raut sedih majikannya, Guntur merasa sedih dan iba.“Mbak Ana, lupakan saja pria seperti itu! Mbak Ana cantik dan pinta

  • Istri Rahasia Kepala Sekolah   Bab 152

    “Di mana housekeeping card kalian?” tanya Abhizar sembari tatapan penuh telisik pada gadis bertubuh mungil di hadapannya. Putri Melati dan Sulis mengenakan seragam housekeeper berwarna hijau. Ke duanya memakai masker Sensi Convex Mask dan mengalungkan ID card di dada masing-masing. Perbedaannya Malati mengenakan jilbab sedangkan Sulis tidak. Sulis membiarkan rambutnya dicepol tinggi dengan hair bun namun terlihat rapi. Mereka profesional melakukan penyamaran dengan halus. Karena beberapa kali mengalami insiden buruk, Abhizar selalu menaruh curiga pada siapapun yang ditemuinya. Ia harus waspada. Ia pun meminta ke dua housekeeper untuk menunjukan ID sekaligus wajahnya mereka. Mereka pun kompak memperlihatkan ID masing-masing yang sudah dimanipulasi. Pun, pria itu meminta mereka menunjukan wajah di balik masker. “Buka masker kalian!” titah Abhizar tanpa basa-basi. Deg, Malati merasa jantungnya berdegup kencang. Jika ia melepas maskernya, ia pasti dikenali. Gagal sudah misi ke dua

Latest chapter

  • Istri Rahasia Kepala Sekolah   Extra Bab 1

    Di tempat berbeda, kini pasangan lain pun tengah diberkati kebahagiaan yang luar biasa. Akhirnya setelah hampir setahun lamanya, Aldino kini bisa kembali berjalan. Setelah mengikuti terapi dan pengobatan hingga berbulan-bulan lamanya di Singapura, pria berwajah tampan dan bertubuh bak binaragawan itu akhirnya bisa berjalan normal kembali. Ia sangat bekerja keras selama berada di Singapura.Ia akan pulang dengan memberikan kejutan pada istri tercinta dan putra tampannya yang kini sudah berusia setahun.Hari itu, Malati tengah mengasuh Manggala bermain di ruang bermain yang dibuat khusus, di ruang keluarga kediaman Eyang Waluyo. Cicit tersayang selalu mendapat perhatian lebih dari Eyang buyutnya. Malati dan putra tampannya mendapatkan privilege luar biasa dari Eyang Waluyo hingga keluarga besar lainnya.“Gala! Sini Nak!”Kakek tua yang masih berdiri tegap itu memanggil cicitnya. Meskipun Manggala baru berusia setahun namun anak itu sangat cerdas. Ia sudah bisa berjalan dengan baik dan bi

  • Istri Rahasia Kepala Sekolah   Bab 300 (Happy Ending)

    Ali pun menarik handle pintu kamar pengàntin hingga terbuka. Sulis langsung antusias melihat untuk pertama kali kamar pengàntin yang sangat indah karena dihias sedemikian rupa. “Aa, bagus banget!” Sulis mengedarkan pandangannya ke segala penjuru kamar berukuran presidential suit tersebut. Kamarnya didominasi warna putih dan warna-warna pastel sesuai keinginannya. Matanya berbinar mengamati setiap detail hiasan bebungaan yang berada di atas ranjang. Seketika ia tertawa melihat ada dua ekor angsa yang tergolek di atas ranjang. Angsa yang dibentuk dari selimut berwarna putih. Tangannya terulur mengusap angsa tersebut. “Lucunya! Aku mau foto dulu,”Seketika Sulis mengambil ponselnya lalu memotret ranjang pengàntin yang begitu indah itu dengan senyum yang berseri-seri.“Sini, Aa yang fotoin!” imbuh Ali dari belakang tubuh gadis itu. Sulis mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia senang mendengar usulan Ali. Sulis pun duduk dengan posisi anggun di atas ranjang. Ali pun mengambil ponsel is

  • Istri Rahasia Kepala Sekolah   Bab 299

    Ali berusaha menormalkan perasaannya dalam menyikapi Sulis. Sulis memàng sedang sakit, penyakitnya yang dideritanya juga tidak main-main. Oleh karena itu mungkin ia mulai merasa frustasi.Sulis tidak menyadari jika calon suaminya bertopeng dingin dari luar, padahal hatinya begitu hangat. Pada adiknya saja Ali begitu mengkhawatirkannya saat ia sakit. Tak jauh berbeda pada kekasih hatinya, ia merasakan kekhawatiran yang sama. “Sulis, stop overthinking! Kita akan tetap pada rencana awal kita. Kita akan menikah! Kau juga akan ikut pengobatan.”Ali berbicara tegas. Ia tidak suka sikap Sulis yang mendadak melankolis.Sulis terdiam dengan isak yang tertahan dan menggigit bibir bawahnya, “Ali, aku takut gak bisa hamil! Aku perokok berat. Argh, Shit! Aku mungkin tak subur!”Kini Sulis berkata hal lain yang malah memperkeruh suasana. Ali semakin jengkel mendengarnya, “Terus kau mau hubungan kita berakhir begitu saja? Kita batalkan tunangan begitu?”Sulis mengangguk dengan air mata yang bercucu

  • Istri Rahasia Kepala Sekolah   Bab 298

    Ali tertegun saat mendengar kabar dari dokter bahwa kekasihnya harus menjalani beberapa tes kesehatan di antaranya tes darah dan rontgen. Sebelum jatuh pingsan Sulis sempat muntah darah penyebabnya. Kesimpulannya ada bagian organ dalamnya yang terluka dan membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut.Ali merasa bersalah, telah mengabaikan kekasihnya karena masalah sepele. Sederhananya, mungkin jika tidak ada drama cemburu tadi sore mungkin Sulis akan baik-baik saja. Sungguh, Ali menyesali sikapnya yang tidak dewasa. “Argh, maafkan aku Sulis. Aku kadang egois.”Ali bergumam dengan helaan nafas berat. Pria itu berjalan lesu dari ruangan dokter dan pergi menuju ruangan di mana kekasihnya dirawat malam itu. Perlahan Ali membuka pintu ruang rawat inap gadis itu. Tampak Sulis sedang tertidur pulas mungkin karena pengaruh obat. Untuk sementara ia dirawat karena kurang darah. Namun penyebab yang lebih serius belum diketahui. Ali berjalan mendekati kekasihnya. Ia berdiri di depan ranjang hidrolik s

  • Istri Rahasia Kepala Sekolah   Bab 297

    Dua orang pemuda tampan tengah menahan kesal menunggu kekasih mereka yang sibuk memilih gaun. Sudah lebih dari dua jam lamanya mereka berusaha memanjangkan sumbu kesabaran. Rasa panas menjalari punggung mereka karena terlalu lama duduk di sofa.Meskipun pelayan butik itu melayani mereka dengan istimewa, memberikan minuman hingga camilan, tetap saja tak bisa mengusir rasa jenuh mereka. Mereka bahkan sudah memainkan ponsel masing-masing, men scroll media sosial tak jelas untuk membunuh waktu. Nihil! “Lama banget! Mereka ngapain aja sih?” ucap pemuda berhidung bangir yang tak lain Mustafa Ali Basalamah pada pemuda tampan bermata sipit yang tengah duduk di sampingnya, dr Zain. Ali beringsut berdiri lalu merenggangkan tubuhnya beberapa saat karena rasa pegal akibat duduk lumayan lama di sofa berbentuk letter U. Ia pun memutar lehernya hingga menimbulkan bunyi kretek yang membuat dr Zain meringis mendengarnya. dr Zain hanya mendesah pelan mendengar keluhan calon iparnya. Dokter muda itu

  • Istri Rahasia Kepala Sekolah   Bab 296

    “Mala, sini Bude yang gendong Gala!”Bude Ratna menghampiri Malati yang baru saja menyusui bayi tampannya. Malati gegas mengancingkan kancing bajunya kemudian melepas apron menyusui saat Gala terlihat sudah kenyang menyusu. Biasanya bayi yang memiliki garis wajah mirip sekali ayahnya itu tertidur saat merasa perutnya penuh, namun kali ini ia terjaga seakan ingin bermain dengan neneknya.Malati pun menyerahkan Gala pada pangkuan Bude Ratna. Bayi itu tersenyum dan menatap neneknya dengan mata yang bening. Sungguh terlihat menggemaskan.Bude Ratna menyematkan senyuman yang lebar menatap cucunya itu dengan penuh haru. Bukan tanpa alasan, Gala terlahir saat ke dua orang tuanya mengalami kecelakaan yang mengerikan.Atas kehendakNya, mereka semua selamat kendati ayahnya kini harus menjalani pengobatan di luar negeri. Seminggu sudah kepergian Aldino ke Singapura. Terpaksa, Malati mengikhlaskan kepergian suaminya bersama Bude Gendhis, suaminya dan beberapa pengawal pribadi utusan Eyang Waluyo.

  • Istri Rahasia Kepala Sekolah   Bab 295

    “Bulan depan!”Ali menjawab dengan penuh keyakinan pertanyaan ayah Sulis. Setelah acara lamaran selesai, Hendi-Ayah Sulis bertanya pada Ali tentang hubungan putrinya dan Ali sudah sampai sejauh mana. Hal tersebut bukan tanpa alasan, sebab Hendi mengira jika kedatangan keluarga Basalamah itu untuk acara pertunangan. Bukan lamaran menuju pernikahan.Nyatanya, sebelum mereka benar-benar pergi dari kediaman Sulis, Ali memberanikan dirinya, secara langsung ia mengungkapkan rencananya ingin menikahi Sulis sesegera mungkin. Ali berusaha bernegosiasi dengan calon ayah mertuanya, bahwasanya meskipun hubungan mereka belum lama, namun mereka sudah bisa saling memahami karakter masing-masing sehingga ingin segera melangsungkan hubungan mereka ke arah yang serius. Terlebih usia ke duanya telah matang. Sudah sama-sama dewasa.Hendi menatap Sulis sejenak kemudian kembali menggerakan bibirnya. “Nak Ali, Bapak sebagai orang tua sangat bahagia mendengar rencana baik Nak Ali dengan melamar Sulis untuk d

  • Istri Rahasia Kepala Sekolah   Bab 294

    “Ali, kenapa kau belum datang juga? Kenapa juga kau tidak mengangkat telepon dariku? Argh, awas kalau kabur dari acara pertunangan! Aku tak segan memberi perhitungan padamu!” gumam Sulis dengan perasaan yang teramat gelisah. Saat ini Sulis berada di rumahnya di kota Bandung.Hari itu adalah hari bersejarah baginya. Akhirnya Sulis akan dilamar oleh pria tampan dan kaya raya seperti angan-angannya selama ini. Gadis bertubuh jangkung itu berdiri mematung di taman depan rumahnya, menunggu detik-detik kehadiran Ali bersama keluarga besarnya.Ternyata Ali tidak main-main dengan hubungan yang terjalin di antara mereka. Ia serius ingin meminang Sulis. Lamaran Ali sebetulnya ialah waktu yang tepat untuk menentukan kapan waktu pernikahan mereka akan berlangsung. Sebaliknya, Sulis hanya mengira jika lamaran Ali hanyalah pengikat atau tanda keseriusan Ali atas hubungan percintaan mereka. Atau pertunangan biasa.“Sulis, diam bisa gak?” Dari dalam rumah, sang Ibu memanggil putrinya itu dengan suar

  • Istri Rahasia Kepala Sekolah   Bab 293

    Aldino hanya menghela nafas pelan. Ia sebetulnya tak tega jika harus meninggalkan istri dan bayi tampannya yang baru lahir. Namun niatnya sudah bulat. Ia ingin segera sembuh dan tak ingin merepotkan istrinya atau siapapun. Aldino yakin pengobatan medis di luar negeri lebih baik. Oleh karena itu ia menyetujui usulan Eyang Waluyo untuk berobat di Singapura. Aldino akan mengikuti prosedur operasi di sana dan mengikuti terapi hingga kakinya sembuh seperti sedia kala.“Sayang, udah dong! Ini demi kebaikan kita semua.”Aldino mengusap-usap punggung istrinya yang tenggelam di balik dada bidangnya. Mendengar Aldino akan pergi jauh, Putri Melati terlihat murung. Bahkan ia menangis tersedu sedan.Malati bukan tidak ingin suaminya mengikuti pengobatan di rumah sakit luar negeri. Namun ia ingin ikut bersamanya ke negeri yang terkenal dengan patung Merlionnya.Malati dan baby Gala belum bisa berangkat mengingat usia bayi mereka masih belum siap untuk berpergian jauh. Begitupula dengan Malati yang

DMCA.com Protection Status