"Anak Anda sakit HIV AIDS. Dan dia harus dirawat dengan intens agar tidak bisa diobati dan dia juga harus di karantina, semuanya tidak boleh mendekati pasien," ucap Dokter mengatakan apa sakit dari Zanna. Seperti disambar petir, orang tua Zanna tidak percaya anaknya sakit dan tentu saja itu membuat mereka pingsan lebih tepatnya ibu kandung Zanna. Dirinya tidak menyangka kalau anaknya sakit yang menjadi momok menakutkan untuk semua orang. "Kenapa anakku bisa terjangkit HIV AIDS? Apa yang terjadi dokter? Apa dokter bisa mengobati anakku, maksudku dokter bisa sembuhkan dia kan? Aku mohon lakukan apapun untuk anakku, aku mohon," ucap Tuan Malik kepada Dokter meminta kepada sang Dokter untuk mengobati anaknya dan dia juga sama seperti Ibu Nisa yang tidak menyangka anak mereka bisa mendapatkan sakit yang mematikan seperti itu.Dan jika orang tahu maka hancur sudah kehidupan dari anaknya. "kami akan berusaha untuk mengobatinya, tapi balik lagi semua tergantung sistem imun dari anak Anda d
Dokter datang memeriksa Zanna. Dia terlihat khawatir dan wajahnya seperti orang ketakutan karena tidak biasanya Dokter atau Suster memakai pakaian seperti itu. Sedangkan kedua orang tua dari Zanna, melihat dari luar, mereka cemas dengan kondisi anaknya dan tentu saja saat ini mereka ingin segera bertemu dengan Zanna untuk memberikan semangat kepada anaknya tersebut dan juga menguatkan Zanna agar tidak sedih jika mendengar kenyataan kalau dia menderita penyakit yang bisa dikatakan mematikan. "Papa, lihat anak kita, dia sepertinya ketakutan dan dia terlihat membutuhkan kita, bagaimana kalau kita masuk saja ke dalam. Mama tidak peduli kalau terjangkit atau apapun itu, ayo kita masuk ke dalam. Mama memohon kepada Papa, biarkan kita masuk dulu, baru setelah itu kita bicarakan lagi dengan dokter. Ayo, Pa!" Mohon Nyonya Nisa suaminya agar dia bisa masuk dan bertemu dengan anaknya yang saat ini pasti tengah ketakutan dan mungkin nanti saat dokter memberitahukan sakitnya apa, Zanna akan hist
Dari hari ke hari, Zanna makin menderita dia terlihat sangat putus asa dan badanya juga semakin hari semakin kurus kering. Nyonya Nisa tidak menyangka anaknya bisa seperti itu dan dia merasa kasihan dan Zanna sudah resmi bercerai dari Barra. Dia sudah tidak lagi berstatus istri Barra. Zanna makin terpukul dan dia awalnya tidak terima dengan semua ini akan tetapi seorang datang saat dirinya duduk di taman. Memberikan sesuatu yang membuat Zanna terdiam dan merenungi semuanya. Zanna meminta suster mengajaknya ke taman. Zanna ingin menikmati pemandangan taman yang ada di rumah sakit tersebut. Dia benar-benar stres dan frustasi berada di dalam kamar. Dan akhirnya, dia diizinkan untuk pergi ke taman dan dirinya duduk memandang orang-orang yang mengidap penyakit yang sama dengan dirinya. "Apa mereka sama seperti diriku?" tanya Zanna pada dirinya sendiri saat dia memandang ke arah para pasien yang saat ini tengah duduk dan sama seperti dirinya menikmati hari yang belum tentu mereka akan bis
Zanna masih memandang ke arah Barra. Pria ini terlihat sangat tampan dan mempersona, jauh dari dulu. Dulu juga tampan sekarang makin tampan dan dia juga tidak takut bertemu dengan dirinya. Walaupun memakai pakaian yang sudah di sediakan oleh perawat Barra tetap menemui dia."Apa yang kamu ingin katakan? Katakan saja kepadaku, aku ingin dengar. Jika kamu masih belum bisa katakan, ya tidak apa-apa. Aku akan menunggu kamu. Istirahat saja, semoga kamu sembuh. Aku doakan yang terbaik untuk kamu," jawab Barra dengan tulus. Barra tulus katakan kalau dia mendoakan mantan istrinya yang dulu pernah dia cintai dengan sangat akan tetapi semuanya luntur bukan karena adanya orang ketiga akan tetapi sikap dan prilaku dari Zanna sendirilah yang membuatnya harus melepaskan Zanna. "Aku minta maaf karena kesalahan yang aku perbuat. Aku tidak pernah menjadi yang terbaik untukmu, aku juga tidak setia dan aku tidak bisa berikan keturunan yang selalu kamu impikan. Maafkan aku atas semua yang terjadi. Aku
Ayang terdiam saat mendengar suara seseorang yang bertanya dia mau kemana. Ayang tersenyum kepada orang tersebut. Kitty mendekati Ayang yang duduk sambil menatapnya. "Aku itu tidak mau kemana-mana, kamu dari mana?" tanya Ayang dengan wajah serius. "Aku dari rumah, kamu ada apa? Katakan padaku ada apa? Kenapa kamu seperti ini. Maksudnya, kamu banyak simpan rahasia. Waktu itu aku ke rumah kamu tidak ada katakanya kamu pergi. Pergi kemana? Periksa kandungan ya? Bukannya sudah bulan lalu dengan Barra," jawab Kitty balik. Ayang menganggukkan kepala dan tersenyum. Dua hari lalu dia pergi ke dokter untuk periksa sakitnya. Sampai dimana sakitnya itu dan ternyata sakitnya itu sudah meluas dan dokter menyarankan dia untuk memberitahukan kepada Barra akan tetapi dia tidak mau. Jika Barra tau dia akan kehilangan bayinya. Rahimnya akan diangkat dan secara tidak langsung dia akan kehilangan bayi. Lebih baik dia bertahan demi bayinya. "Tidak kemana-mana aku hanya beli makanan, biasa ngidam. Kamu
Barra benar-benar sedih dan dia kecewa dengan Ayang yang merahasiakan sakitnya. Dokter saat ini menunggu keputusan dari Barra. Nyonya Anjani menangis karena mendengar apa yang dikatakan oleh Dokter. "Pa, bagaimana dengan putriku. Dia sakit dan dia pasti menderita selama ini. Bagaimana dengan dia sekarang," ucap Nyonya Anjani menangis dalam pelukkan Tuan Bagaskara. Tuan Bagaskara hanya bisa diam dan dia pun tidak tau harus berkata apa. Karena dia juga bingung harus berbuat apa. Ini sudah kehendak Tuhan. Yang dia harapkan keduanya selamat. "Sudah stadium berapa?" tanya Barra dengan suara bergetar. Barra ingin tau sudah stadium berapa kanker yang diderita oleh istrinya. "Stadium akhir. Di awal saya sudah meminta dia untuk operasi resikonya yang seperti yang dikatakan tadi. Tapi, Nona tidak mau dia yakin semuanya akan baik dan akan selamat. Saya bisa apa, saya hanya mengikuti apa yang dikatakan oleh Nona Ayang," jawab Dokter lagi. Barra lemas, dia hampir jatuh beruntung Maya menahan
Barra panik karena Ayang menutup mata dan dokter yang keluar kembali masuk dan memeriksa Ayang dan ternyata Ayang sudah tiada. Dia sudah tidak kuat lagi. Dia rapuh dan dia tidak ingin bertahan dan Ayang sudah bahagia melihat bayinya dan nama putranya. Ayang pun pergi meninggalkan putranya dan Barra juga semua kenangan yang pernah dia rasakan. Ayang sudah tidak sabar untuk bertemu kedua orang tuanya di sana. "Maaf, Nona Ayang sudah tiada. Dia tidak mampu melawan sakitnya, dia sudah berpulang," jawab Dokter dengan suara sendu. Berita duka yang disampaikan oleh Dokter membuat Barra terdiam dan dia tidak bisa berkata-kata. Ayang meninggalkan dia. Dan apa yang harus dia lakukan sekarang, apa dia akan menangis? Xavier menangis dia menjerit. Xavier kehilangan ibunya dia menjerit dipelukkan Nyonya Anjani. Nyonya Anjani juga menangis dan dia juga berusaha menenangkan cucunya. "Cup cup, sudah ya. Jangan menangis, Sayang. Xavier anak baik kan? Jadi, Nenek harap kamu jangan bersedih lagi, ad
"Iya, di sini kata Kakak di sampingnya iti yang aku dengar dan dia katakan. Tidak mungkin aku salah," ungkap Kevin membuat Mike dan Maya juga sangat supir menganggukkan kepala mendengar perkataan dari Kevin. Kevin membuka pintu dan membawa masuk orang yang mereka tabrak tersebut. Xavier tidak tahu kalau ketiganya termasuk sang supir membawa orang yang ditabrak masuk. Dia berpikir mereka semua sudah masuk. "Sudah?" tanya Xavier dengan suara datar kepada mereka yang tadi dia perintahkan untuk menyingkirkan orang yang mereka tabrak. "Sudah!" seru mereka berempat. "Ya sudah masuk, aku mau istirahat di villa saja," ujarnya mengatakan ingin ke villa. Pulang terlalu jauh, jadi dia memutuskan untuk pergi ke villa baru besok dia ke kantor untuk metting. Mereka pun masuk dan tatapan keempat terlihat aneh. Mereka takut untuk mengatakannya tapi Maya melihat ketiganya panik dan ketakutan memberikan kode untuk masuk lebih dulu dengan gerakkan mulutnya. Melihat Paman Maya meminta mereka masuk,
Xavier menyiapkan keperluan pernikahan dan semuanya dia yang menanggung biaya. Karena dia ingin memberikan yang terbaik untuk istrinya. Pengawal Xavier membawa Puti ke butik atas perintah dirinya. Puti merasa seperti Cinderella yang mendapatkan pangeran berkuda putih dan tentu saja semua yang dia dapatkan itu tidaklah mudah. "Sudah datang, ayo ikut aku!" ajak Xavier kepada Puti yang baru saja masuk ke dalam butik ditemani dengan beberapa pengawal wanita yang khusus dia siapkan untuk Puti. "Sudah, kenapa harus beli baju yang mahal. Pakainya juga sebentar dan tidak terpakai lagi," jawab Puti. Puti merasa terlalu berlebihan baginya, dia tidaklah pantas memakai itu semua dan dia hanya ingin acara sederhana tapi dari yang ditunjukkan Kevin dan nenek Xavier serba mewah dan banyak wartawan yang meliput persiapan pernikahan mereka. "Sudah tidak apa, ini untuk seumur hidup. Kita tidak akan menikah lagi, jadi biarkan ini semua jadi kenangan kita untuk anak dan cucu kita," jawab Xavier. Xa
Saat ini, Xavier ada di depan kakek dan neneknya bersama Puti dan Mike, Kevin juga Paman Maya serta sepupu Ayang juga sahabatnya. Mereka memandang ke arah Xavier yang duduk dengan tenang tanpa ada sedikit pun rasa takut atau apapun itu. Dia terlihat tidak peduli dengan pandangan mereka semua. "Kapan ini terjadi?" tanya Nyonya Anjani ke Xavier dengan raut wajah yang serius. "Baru saja," jawab singkat Xavier. Nyonya Anjani memijit keningnya, tidak anaknya dulu sekarang nular ke cucunya. Menikah dengan wanita yang dia saja tidak tau siapa dan beruntung dia sudah menyelidikinya dan Nyonya Anjani setuju karena anaknya baik. Nyonya Anjani mengetahui semuanya ini saat diberitahu oleh salah satu temannya yang pergi ke catatan sipil dan melihat Xavier. Di situlah, teman dari Nyonya Anjani memberitahukan kalau Xavier di sana dan setelah di selidiki Xavier menikah, Nyonya Anjani mencari tau siapa istrinya dan ternyata istrinya Puti wanita yang mempunyai strata berbeda dengan mereka tapi dia
Ketiga orang pria benar-benar dibuat tidak bisa berkata-kata, mereka ingin sekali menghajar Xavier. "Mike, gedor sana kamar desek, i sudah muak menunggu, ikan i akan mati di kolam, menyebalkan sekali desek ini, lagi apa desek saat ini ya?" tanya Paman Maya ke Mike dan Kevin yang sudah merebahkan diri mereka di sofa. "Mana aku tau paman, jangan tanyakan aku. Tanyakan ikanmu di kolam masih mau menunggu kamu atau tidak. Jika tidak ya, mati berarti kalau nggak mati dia tunggu mati ditanganmu dan menjadi daging di perutmu, hahah!" tawa Mike. Kevin juga ikut tertawa karena apa yang dikatakan sahabatnya itu. "Benar itu, dan kalau paman mau gedor pintu ya sudah sana gedor jangan ajak kami, bahaya kalau kami gedor, bisa di nuklir kami dengan kakak," sahut Kevin. Paman Maya, hanya mendengus kesal dengan kelakuan anak muda yang satu ini. Mereka benar-benar tidak tau diri dan sekarang, mereka harus menerima kenyataan menunggu pengantin baru. Mereka paham, tidak ada cinta tapi balik lagi kalau
Xavier yang masuk ke dalam kamar melihat istrinya tidur di sofa dengan gaya yang sulit dia jabarkan. Xavier menghela napas melihat cara tidur dari istrinya ini. "Bagaimana bisa dia tidur seperti ini. Lihatlah, dia tidur seperti itu. Apakah ini sudah menjadi kebiasaannya atau memang dia begitu nyaman tidur di sofa, padahal ada ranjang tapi dia tetap tidur di situ. Aku tidak mengerti apa yang ada di pikirannya saat ini." Xavier mendekati Puti dan dia mengangkat tubuh wanita tersebut.Sangat ringan seperti kapas. "Apakah dia tidak makan selama ini dengan benar sehingga tubuhnya seperti ini ringan sekali." Xavier yang menggendong tubuh istrinya segera meletakkan di ranjang. Dan dia merapikan selimut istrinya, Xavier memandang lekat ke arah Puti, dia menjadi ragu untuk dekat dengan wanita tersebut. Tapi, saat di kantor dan melihat foto ibunya juga ayahnya, Xavier mulai tersentuh untuk memulai hubungan dengan wanita tersebut."Hah, aku akan memulai hubungan yang baru dengan wanita ini, mu
Mike masuk ke dalam ruangan Xavier dia tidak menyangka kalau kakaknya menangis. Bukan hanya kakaknya saja, tapi juga semuanya siapa lagi kalau bukan Kevin dan Paman Maya. "Kami agak melo hari ini, ayo kita pulang!" ajak Kevin menyudahi semuanya. Paman Maya juga ikut melepaskan pelukannya dan menghapus air matanya. Dia tidak suka jika Xavier terlalu larut dalam kesedihan. "You kenapa ke sini? Apa you tidak pulang ke rumah langsung ya?" tanya Paman Maya kepada keponakannya itu. Mike geleng kepala ke arah Paman Maya. "Tidak, aku mau pulang dengan kalian. Kebetulan, aku lewat di sini ya sudah mampir. Kalian mau kemana lagi? Kalian mau pulang?" tanya Mike. "Ngak, kami mau mancing. Ikut?" tanya Kevin ke Mike. Mike membolakan matanya, dia tau arti kata Kevin itu apa. Xavier berdiri dan dia mengikuti mereka untuk pulang. Tidak ada pembicaraan selama dijalan. Boni mengantar Mike, Kevin dan terakhir Paman Maya baru Xavier yang terakhir. "Tuan, besok weekend. Saya izin mau pergi dengan t
Xavier membawa Puti ke rumahnya, rumah yang harusnya dia siapkan untuk istrinya kelak bersama keluarga tapi kini dia membawa wanita yang sudah dia nikahi. Apakah dia disebut istri? Ya, dia istri dan tentu saja itu membuat Xavier harus membawanya ke sana. Untuk mempunyai anak? Apakah dia akan berhubungan dengan wanita yang sekarang sudah menjadi istrinya? Entahlah, dia tidak tau itu. "Kakak, kita sudah sampai. Kakak kenapa melamun? Apa kakak ingin kita cari tempat lain?" tanya Kevin menoleh ke arah kakaknya yang melamun. "Tidak, aku tidak melamun. Ayo, kita pergi sekarang, eh maksudnya ayo turun sekarang!" ajak Xavier kepada Kevin dan yang lainnya untuk ikut bersama dirinya. Kevin, Paman Maya dan Puti ikut turun. Boni juga ikut turun, dia membawa barang Nona Xavier. Ya, sekarang bosnya itu sudah mendapatkan kekasih dan dia akan menghormati wanita tersebut. "Ayo, kakak. Silahkan masuk, jangan sungkan. Ini rumahmu, bukan begitu, Kakak?" tanya Kevin melirik ke arah Xavier. Kevin tau
Xavier benar-benar malu dan setelah terjadi drama dirinya segera pergi berganti pakaian. Dia melakukan apa yang seharusnya dia lakukan dan sekarang dia berada dikantor catatan sipil bersama wanita yang akan dia nikahi. Siapa lagi, kalau bukan Puti. Puti saat ini, pasrah dan dia tidak tau harus kemana. Saat dia masih di rumah, para sepuh di kawasan rumahnya mengusirnya. Xavier sudah menjelaskan tapi tetap tidak mau begitu juga dengan yang lainnya. Akhirnya, Xavier memilih menikah dengan dia. "Kalian dengar baik-baik. Kalian sudah salah berurusan dengan kami. Termasuk, kakakku itu. Dia akan menghabisi kalian dan kau provokator akan hancur dilenyap tak bersisa," ancam Mike yang kesal karena menghina kakaknya juga wanita itu. Terlebih lagi, pria yang tadi ingin merampas uang Puti dia memanggil bala bantuan dan entah apa yang dia hasut ke pria tua yang katanya dia adalah tetua di wilayah ini. Sehingga saat ini, mereka semua terpojok. Xavier terlihat tampan, dia gagah dan berkarisma serta
"Jangan sentuh calon istriku! Jika sampai, kamu sentuh dia, maka aku akan buat kamu lenyap. Dan kalian, jika kalian hina dia, tempat ini aku hancurkan!" ancam Xavier dengan cukup tegas dan raut wajahnya datar terlihat jelas kearoganan di wajah Xavier. Mendengar perkataan Xavier, membuat mereka terdiam dan tidak ada yang berani mengeluarkan suara dan tentu saja itu membuat mereka mundur. Sedangkan, pria yang saat ini jatuh dibawah dengan mulut mengeluarkan cairan merah hanya bisa diam dan tidak berkutik. Dia takut melihat Xavier dan yang lainnya. "Kalian bubar sana, jika sampai kalian masih menganggu dia. Maka, Tuanku ini akan melakukan apa yang tadi dia katakan. Sekarang, bubar kalian dan kau juga. Jika sampai aku melihatmu di sini. Sana pergi!" usir Kevin dengan suara besar dan datar. Kevin mengusir mereka semuanya dari tempat ini dan mereka lari tunggang langgang. Xavier memandang wanita yang tadi dijadikan bahan cacian. Wanita tersebut menundukkan kepala ke bawah tentu saja yang
Saat ini mereka duduk dengan tenang dan tidak ada yang berbicara sama sekali. Mereka duduk dengan tenang dan tidak ada berani untuk protes. Hanya suara dentingan yang terdengar di telinga mereka. "Kalian antar dia, ke rumahnya. Aku yakin dia sudah sehat. Kamu ikut mereka, jangan membantah!" seru Xavier kepada wanita tersebut. "Kakak, kenapa kita tidak antar dia bersamaan, aku akan ke perusahaan hari ini. Ada rapat, Daddy marah padaku karena tidak pernah rapat, jadi kita pergi bersama saja, baru kakak antar aku ke perusahaan, bagaimana?" tanya Mike kepada Xavier. Xavier menghela napas, dia menatap ke arah wanita yang saat ini menundukkan kepala. Akhirnya, dia menganggukkan kepala ke arah Mike. Mike tersenyum karena Xavier akhirnya mau ikut dengan mereka. "Nona, bersiaplah, kita semua akan mengantar kamu pulang ke rumah," ucap Kevin kepada sang wanita yang saat ini menganggukkan kepala ke arah Kevin. Xavier segera berdiri, di susul dengan yang lainnya. Wanita yang ditabrak oleh Bon