"Kenapa kamu gugup, apa kalian mau bulan madu? Jangan dia masih hamil maksudnya masih muda kehamilannya, jangan macam-macam kamu ya, cukup satu macam saja," ucap Nyonya Anjani sedikit mengancam Barra untuk tidak menyentuh istrinya. Barra berdecih mendengar apa yang dikatakan oleh ibunya. "Aku tau, tidak perlu disampaikan. Ya sudah, ayo kita makan dulu, atau Mama dan Papa mau pergi ke apartemen untuk istirahat?" tanya Barra. "Ikut saja, sekalian kamu traktir kami. Ayang, selamat ya. Jaga diri dan kandungan kamu juga jangan biarkan dia memaksa kamu untuk melayani dia, bantah saja atau tolak, Mama tidak marah kalau dia marah kasih tau Mama ya, nak. Ya sudah, ayo kita pergi sekarang," ajak Nyonya Anjani kepada menantunya. Mendengar apa yang dikatakan oleh Nyonya Anjani, Ayang hanya menganggukkan kepala. Dia senang mertuanua baik kepada dirinya. Ayang berjalan bersama mertuanya, sedangkan Barra jalan bersama dengan ayahnya. "Tunggu, i mau ikut kalian. Kenapa meninggalkan i!" teriak May
Arya dan Kitty yang saling memandang satu sama lain tertawa bersama. Arya menarik Kitty dalam pelukkannya. Dirinya mengecup kening Kitty dengan lembut dan dirinya benar-benar ingin memberikan yang terbaik buat Kitty. "Kamu memang nakal, siapa yang mengajarkan kamu seperti ini, hmm? Ayo katakan, apa si pinky boy itu?" tanya Arya dengan lembut. Kitty menganggukkan kepala dan dirinya meletakkan kepalanya di kening Arya. Arya melihat bagaimana manjanya Kitty merasakan hangat yang belum pernah dia rasakan. Selama ini dirinya selalu kerja dan kerja sekarang dengan adanya Kitty dan manjanya Kitty membuat dirinya enggan untuk bekerja. "Kenapa denganmu? Apa kamu tidak suka aku manja? Maya katakan padaku, kalau aku harus menggodamu lebih dulu. Biar kamu tergoda dan aku akan lebih disayang, gitu katanya," ucap Kitty mengakui kalau dia diminta oleh Maya untuk menjadi wanita penggoda untuk suaminya. Mendengar perkataan Kitty membuat Arya geleng kepala. Dia tidak tau kenapa bisa Maya mengatakan
Kebersamaan Arya dan istrinya terjalin cukup mesra. Kitty mengatakan jika dia pun mencintai Arya. Pengakuan dari Kitty membuat Arya senang dan dia tidak menyangka kalau Kitty menyukai dirinya dan dia ingin Kitty selalu bersama dirinya. Di apartemen lain, Zanna masih duduk memandang ke arah jalanan yang ramai dengan kendaraan yang lalu lalang. Orang tua Zanna kasihan dengan anaknya. Mereka tidak menyangka jika Zanna diperlakukan seperti itu dengan Barra. "Pa, anak kita disiksa batinnya. Dia benar-benar terluka dan dia sepertinya stres, Pa. Mama tidak mau sampai Zanna anak kita dibuang atau ditinggalkan oleh Barra. Papa dengar yang dikatakan besan kita itu, mereka sudah tau dan mereka tidak marah malah merestuinya, Mama tidak mau itu terjadi, Mama nggak mau, Pa," ucap Ibu Zanna yang sedih melihat Zanna yang termenung. Mereka berdua tidak mau menganggu Zanna, mereka tau kalau Zanna butuh ketenangan dan mereka ingin Zanna mengambil keputusan yang tepat agar Zanna tidak dicampakkan oleh
Barra yang sudah sampai di tempat yang dijanjikan segera berjalan menuju pintu masuk bersama dengan Ayang. Jangan tanyakan bagaimana kondisi Ayang saat ini. Jantungnya degdegan dan dirinya benar-benar sangat takut jika terjadi sesuatu. Barra menoleh ke arah Ayang yang saat ini terlihat gugup dan takut. Wajar dia takut, toh dia selama ini dianggap jahat dan dia tidak mungkin bahagia dengan anggapan orang lain. "Jangan takut, semua akan baik-baik saja. Jangan pernah memikirkan apapun dan ingat, semuanya tidak seperti yang kamu pikirkan. Zanna orangnya baik, dia tidak akan memakimu dan marah. Ya, walaupun marah sedikit tapi tidak over marahnya. Dan yang terpenting ada aku yang selalu menjaga kamu," ucap Barra meyakinkan Ayang kalau dia akan baik. Mendengar apa yang dikatakan oleh Barra, Ayang tersenyum kecil. Dia hanya menganggukkan kepala dan tidak terlalu banyak protes dirinya hanya bisa tersenyum kecil. Saat di dalam, tidak ada siapapun yang mereka temui. Barra menunjuk ke arah mej
Mendengar apa Zanna katakan membuat Barra kesal dan dia menatap ke arah Ayang yang saat ini terlihat gugup dan menggelengkan kepala. Melihat situasi menguntungkan baginya, Zanna lagi-lagi mengatakan apa yang ingin dia katakan. Dia harus menghasut Barra karena saat ini Barra sudah terpancing sedikit. "Kamu kalau memang tidak menyukaiku tidak apa-apa, tapi jangan hina aku. Aku sudah ikhlas suamiku mendua dan memilihmu dan ikhlas mendapatkan bayi darimu, tapi tidak seperti ini, kamu memperlakukanku. Aku bisa kok mendapatkan bayi. Mungkin selama ini, Tuhan saja yang belum bisa memberikannya kepada aku dan Barra," ucap Zanna yang mulai berakting mengungkapkan kesedihannya.Barra memandang ke arah Zanna. Dia tidak menyangka kalau Zanna mengatakan itu. "Maafkan aku, Zanna. Karena aku menduakanmu, aku akan berlaku adil, kamu jangan khawatir. Ayo aku antar pulang dan kamu tunggu di sini, jangan kemana-mana, mengerti!" tegas Barra meminta kepada Ayang untuk tidak kemana-mana. Saat berbicara
Barra kembali pagi ke restoran dia tertahan karena menunggu Zanna tidur. Barra tidak bisa berbuat apa-apa, dia akhirnya mengikuti apa yang Zanna inginkan dan sekarang dia bingung mau cari Zanna. Akhirnya, dirinya kembali ke apartemen. Saat diperjalanan Barra baru ingat kalau dia belum menghubungi ponselnya. Saat mengambil ponsel, Barra terkejut ponselnya tidak aktif. Barra berpikir jika ini ulah dari Zanna dia sengaja melakukan ini agar tidak diganggu. "Keterlaluan, aku tidak akan maafkan dia. Ayang aku minta maaf," gumam Barra yang merasa bersalah karena tidak bisa berbuat apa-apa. Sedangkan Ayang dan kedua orang tua Barra sudah mengemasi barang dan mereka kembali ke Indonesia tanpa sepengetahuan Barra. Akan tetapi, Maya tahu dan dia ikut dengan kedua orang tua Barra karena diminta oleh keduanya. Asisten Barra hanya bisa diam, dia dilarang untuk tidak memberitahukan ke Barra. "Bagaimana kalau Tuan Barra marah, Mas?" tanya Kitty kepada Arya. "Kita bisa apa, biarkan Tuan yang ber
Kitty yang mendekati pintu Apartemen sahabatnya melihat ponsel sahabatnya berdering dan dirinya segera menjawab. "Ha ...." Kitty menghentikan ucapannya karena mendengar suara tangisan Ayang yang kesakitan. "Ayang, kenapa kamu? Kenapa dengan dirimu? Apa kamu mau lahiran? Apa kamu merasakan sesuatu? Oh, ya Tuhan. Apa yang harus aku lakukan sekarang. Kamu tunggu di situ, ya. Oh ya, berapa pin apartemen kamu? Katakan padaku ya," ucap Kitty. Kitty yang sudah mendengar berapa pin milik Ayang, segera masuk karena Ayang sudah tidak lagi mengatakan apapun. Kitty yang masuk terkejut karena melihat Ayang sudah tidak sadarkan diri dan dia sudah mengeluarkan darah. Tanpa menunggu lama lagi, Kitty menghubungi rumah sakit. Barulah dirinya menepuk pipi Ayang agar sadar kembali. Ayang menangis melihat Kitty yang memeluknya. Dirinya terlihat sangat lemah karena bisa diperlakukan seperti ini oleh Zanna. "Sabar Ay, kita akan pergi ke rumah sakit dan aku harap kamu bertahan, aku sudah hubungi pihak
Barra hanya diam dan dia tidak mengatakan apapun Barra pergi karena dia kesal. Arya yang ingin ikut ditatap oleh Barra dengan tajam. Akhirnya dia mengurungkan niatnya untuk ikut dengan Barra. "Mau kemana kamu, Barra? Apa kamu mau meninggalkan Ayang sendiri?" tanya Nyonya Anjani dengan suara yang berteriak kencang kepadanya. Barra hanya diam saja, dia tidak peduli dan dia pergi dari ruangan tersebut dan dia tidak memperdulikan teriakkan ibunya. Nyonya Anjani melihat Barra mengabaikannya hanya menatap punggung Barra dengan tatapan tajam dan Nyonya Anjani geram karena Barra tidak memperdulikan dirinya. Tuan Bagaskara menatap ke arah Arya dia memberikan kode ke Arya dengan matanya. Arya yang tau menganggukkan kepala dan pergi mengikuti Barra dari belakang. "Sudahlah, biarkan dia pergi. Dia ingin menenangkan dirinya. Kita akan tunggu dia di sini. Papa yakin dia akan kembali ke sini," ucap Tuan Bagaskara. Mendengar perkataan suaminya Tuan Bagaskara, Nyonya Anjani tidak lagi memperdulik
Xavier menyiapkan keperluan pernikahan dan semuanya dia yang menanggung biaya. Karena dia ingin memberikan yang terbaik untuk istrinya. Pengawal Xavier membawa Puti ke butik atas perintah dirinya. Puti merasa seperti Cinderella yang mendapatkan pangeran berkuda putih dan tentu saja semua yang dia dapatkan itu tidaklah mudah. "Sudah datang, ayo ikut aku!" ajak Xavier kepada Puti yang baru saja masuk ke dalam butik ditemani dengan beberapa pengawal wanita yang khusus dia siapkan untuk Puti. "Sudah, kenapa harus beli baju yang mahal. Pakainya juga sebentar dan tidak terpakai lagi," jawab Puti. Puti merasa terlalu berlebihan baginya, dia tidaklah pantas memakai itu semua dan dia hanya ingin acara sederhana tapi dari yang ditunjukkan Kevin dan nenek Xavier serba mewah dan banyak wartawan yang meliput persiapan pernikahan mereka. "Sudah tidak apa, ini untuk seumur hidup. Kita tidak akan menikah lagi, jadi biarkan ini semua jadi kenangan kita untuk anak dan cucu kita," jawab Xavier. Xa
Saat ini, Xavier ada di depan kakek dan neneknya bersama Puti dan Mike, Kevin juga Paman Maya serta sepupu Ayang juga sahabatnya. Mereka memandang ke arah Xavier yang duduk dengan tenang tanpa ada sedikit pun rasa takut atau apapun itu. Dia terlihat tidak peduli dengan pandangan mereka semua. "Kapan ini terjadi?" tanya Nyonya Anjani ke Xavier dengan raut wajah yang serius. "Baru saja," jawab singkat Xavier. Nyonya Anjani memijit keningnya, tidak anaknya dulu sekarang nular ke cucunya. Menikah dengan wanita yang dia saja tidak tau siapa dan beruntung dia sudah menyelidikinya dan Nyonya Anjani setuju karena anaknya baik. Nyonya Anjani mengetahui semuanya ini saat diberitahu oleh salah satu temannya yang pergi ke catatan sipil dan melihat Xavier. Di situlah, teman dari Nyonya Anjani memberitahukan kalau Xavier di sana dan setelah di selidiki Xavier menikah, Nyonya Anjani mencari tau siapa istrinya dan ternyata istrinya Puti wanita yang mempunyai strata berbeda dengan mereka tapi dia
Ketiga orang pria benar-benar dibuat tidak bisa berkata-kata, mereka ingin sekali menghajar Xavier. "Mike, gedor sana kamar desek, i sudah muak menunggu, ikan i akan mati di kolam, menyebalkan sekali desek ini, lagi apa desek saat ini ya?" tanya Paman Maya ke Mike dan Kevin yang sudah merebahkan diri mereka di sofa. "Mana aku tau paman, jangan tanyakan aku. Tanyakan ikanmu di kolam masih mau menunggu kamu atau tidak. Jika tidak ya, mati berarti kalau nggak mati dia tunggu mati ditanganmu dan menjadi daging di perutmu, hahah!" tawa Mike. Kevin juga ikut tertawa karena apa yang dikatakan sahabatnya itu. "Benar itu, dan kalau paman mau gedor pintu ya sudah sana gedor jangan ajak kami, bahaya kalau kami gedor, bisa di nuklir kami dengan kakak," sahut Kevin. Paman Maya, hanya mendengus kesal dengan kelakuan anak muda yang satu ini. Mereka benar-benar tidak tau diri dan sekarang, mereka harus menerima kenyataan menunggu pengantin baru. Mereka paham, tidak ada cinta tapi balik lagi kalau
Xavier yang masuk ke dalam kamar melihat istrinya tidur di sofa dengan gaya yang sulit dia jabarkan. Xavier menghela napas melihat cara tidur dari istrinya ini. "Bagaimana bisa dia tidur seperti ini. Lihatlah, dia tidur seperti itu. Apakah ini sudah menjadi kebiasaannya atau memang dia begitu nyaman tidur di sofa, padahal ada ranjang tapi dia tetap tidur di situ. Aku tidak mengerti apa yang ada di pikirannya saat ini." Xavier mendekati Puti dan dia mengangkat tubuh wanita tersebut.Sangat ringan seperti kapas. "Apakah dia tidak makan selama ini dengan benar sehingga tubuhnya seperti ini ringan sekali." Xavier yang menggendong tubuh istrinya segera meletakkan di ranjang. Dan dia merapikan selimut istrinya, Xavier memandang lekat ke arah Puti, dia menjadi ragu untuk dekat dengan wanita tersebut. Tapi, saat di kantor dan melihat foto ibunya juga ayahnya, Xavier mulai tersentuh untuk memulai hubungan dengan wanita tersebut."Hah, aku akan memulai hubungan yang baru dengan wanita ini, mu
Mike masuk ke dalam ruangan Xavier dia tidak menyangka kalau kakaknya menangis. Bukan hanya kakaknya saja, tapi juga semuanya siapa lagi kalau bukan Kevin dan Paman Maya. "Kami agak melo hari ini, ayo kita pulang!" ajak Kevin menyudahi semuanya. Paman Maya juga ikut melepaskan pelukannya dan menghapus air matanya. Dia tidak suka jika Xavier terlalu larut dalam kesedihan. "You kenapa ke sini? Apa you tidak pulang ke rumah langsung ya?" tanya Paman Maya kepada keponakannya itu. Mike geleng kepala ke arah Paman Maya. "Tidak, aku mau pulang dengan kalian. Kebetulan, aku lewat di sini ya sudah mampir. Kalian mau kemana lagi? Kalian mau pulang?" tanya Mike. "Ngak, kami mau mancing. Ikut?" tanya Kevin ke Mike. Mike membolakan matanya, dia tau arti kata Kevin itu apa. Xavier berdiri dan dia mengikuti mereka untuk pulang. Tidak ada pembicaraan selama dijalan. Boni mengantar Mike, Kevin dan terakhir Paman Maya baru Xavier yang terakhir. "Tuan, besok weekend. Saya izin mau pergi dengan t
Xavier membawa Puti ke rumahnya, rumah yang harusnya dia siapkan untuk istrinya kelak bersama keluarga tapi kini dia membawa wanita yang sudah dia nikahi. Apakah dia disebut istri? Ya, dia istri dan tentu saja itu membuat Xavier harus membawanya ke sana. Untuk mempunyai anak? Apakah dia akan berhubungan dengan wanita yang sekarang sudah menjadi istrinya? Entahlah, dia tidak tau itu. "Kakak, kita sudah sampai. Kakak kenapa melamun? Apa kakak ingin kita cari tempat lain?" tanya Kevin menoleh ke arah kakaknya yang melamun. "Tidak, aku tidak melamun. Ayo, kita pergi sekarang, eh maksudnya ayo turun sekarang!" ajak Xavier kepada Kevin dan yang lainnya untuk ikut bersama dirinya. Kevin, Paman Maya dan Puti ikut turun. Boni juga ikut turun, dia membawa barang Nona Xavier. Ya, sekarang bosnya itu sudah mendapatkan kekasih dan dia akan menghormati wanita tersebut. "Ayo, kakak. Silahkan masuk, jangan sungkan. Ini rumahmu, bukan begitu, Kakak?" tanya Kevin melirik ke arah Xavier. Kevin tau
Xavier benar-benar malu dan setelah terjadi drama dirinya segera pergi berganti pakaian. Dia melakukan apa yang seharusnya dia lakukan dan sekarang dia berada dikantor catatan sipil bersama wanita yang akan dia nikahi. Siapa lagi, kalau bukan Puti. Puti saat ini, pasrah dan dia tidak tau harus kemana. Saat dia masih di rumah, para sepuh di kawasan rumahnya mengusirnya. Xavier sudah menjelaskan tapi tetap tidak mau begitu juga dengan yang lainnya. Akhirnya, Xavier memilih menikah dengan dia. "Kalian dengar baik-baik. Kalian sudah salah berurusan dengan kami. Termasuk, kakakku itu. Dia akan menghabisi kalian dan kau provokator akan hancur dilenyap tak bersisa," ancam Mike yang kesal karena menghina kakaknya juga wanita itu. Terlebih lagi, pria yang tadi ingin merampas uang Puti dia memanggil bala bantuan dan entah apa yang dia hasut ke pria tua yang katanya dia adalah tetua di wilayah ini. Sehingga saat ini, mereka semua terpojok. Xavier terlihat tampan, dia gagah dan berkarisma serta
"Jangan sentuh calon istriku! Jika sampai, kamu sentuh dia, maka aku akan buat kamu lenyap. Dan kalian, jika kalian hina dia, tempat ini aku hancurkan!" ancam Xavier dengan cukup tegas dan raut wajahnya datar terlihat jelas kearoganan di wajah Xavier. Mendengar perkataan Xavier, membuat mereka terdiam dan tidak ada yang berani mengeluarkan suara dan tentu saja itu membuat mereka mundur. Sedangkan, pria yang saat ini jatuh dibawah dengan mulut mengeluarkan cairan merah hanya bisa diam dan tidak berkutik. Dia takut melihat Xavier dan yang lainnya. "Kalian bubar sana, jika sampai kalian masih menganggu dia. Maka, Tuanku ini akan melakukan apa yang tadi dia katakan. Sekarang, bubar kalian dan kau juga. Jika sampai aku melihatmu di sini. Sana pergi!" usir Kevin dengan suara besar dan datar. Kevin mengusir mereka semuanya dari tempat ini dan mereka lari tunggang langgang. Xavier memandang wanita yang tadi dijadikan bahan cacian. Wanita tersebut menundukkan kepala ke bawah tentu saja yang
Saat ini mereka duduk dengan tenang dan tidak ada yang berbicara sama sekali. Mereka duduk dengan tenang dan tidak ada berani untuk protes. Hanya suara dentingan yang terdengar di telinga mereka. "Kalian antar dia, ke rumahnya. Aku yakin dia sudah sehat. Kamu ikut mereka, jangan membantah!" seru Xavier kepada wanita tersebut. "Kakak, kenapa kita tidak antar dia bersamaan, aku akan ke perusahaan hari ini. Ada rapat, Daddy marah padaku karena tidak pernah rapat, jadi kita pergi bersama saja, baru kakak antar aku ke perusahaan, bagaimana?" tanya Mike kepada Xavier. Xavier menghela napas, dia menatap ke arah wanita yang saat ini menundukkan kepala. Akhirnya, dia menganggukkan kepala ke arah Mike. Mike tersenyum karena Xavier akhirnya mau ikut dengan mereka. "Nona, bersiaplah, kita semua akan mengantar kamu pulang ke rumah," ucap Kevin kepada sang wanita yang saat ini menganggukkan kepala ke arah Kevin. Xavier segera berdiri, di susul dengan yang lainnya. Wanita yang ditabrak oleh Bon