Share

Bab 40 - Hamil?

Penulis: Kharamiza
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-10 21:00:00

Bungkam. Dzaka bak menjelma orang bisu, ia diam seribu bahasa. Tubuhnya tetap tenang, tetapi entah pikirannya. Barangkali mungkin sudah kalut.

Lewat tatapan, Dzaka seperti keberatan dengan permintaan Kirana. Seolah tak bisa menyakinkan dirinya sendiri untuk mampu menjauhinya, sementara pikirannya masih terngiang janji di masa lalu.

Mereka beradu pandang cukup lama, Kirana mencari sebuah jawaban dari sorot tajam suaminya. Sedang, Dzaka justru sibuk berdamai dengan hati dan isi kepala yang sedari tadi bergumul tak tuntas.

Bahkan, mata indah milik istrinya yang senantiasa meneduhkan hatinya selama ini, seakan tak mampu untuk mendamaikan gejolak batinnya.

“Kenapa diam, Mas? Apa kamu keberatan?” tanya Kirana karena Dzaka tak kunjung menjawab.

Sebuah tarikan napas sebagai ungkapan pasrah diberikan Kirana. Ia memperbaiki posisi selimutnya untuk menutupi badan yang dirasa sangat dingin, tetapi tubuhnya panas.

“Minimal, saat aku men
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 41 - Dzaka dan Masa Lalunya

    “Kita tidak bisa seperti ini terus, Sa.”“Maksud kamu apa, Ay. Apa kamu sudah memutuskan untuk menikahiku?” Clarissa menyunggingkan bibir tipisnya. Ia mendekati Dzaka yang berdiri di dekat jendela apartemen milik Clarissa. Sejam yang lalu, dia mendapat telepon dari Fikri bahwa traumanya Clarissa kambuh. Dia sempat histeris dan mencari-cari Dzaka. Dzaka memutuskan untuk datang, meski sebenarnya sangat tak enak hati kepada istrinya yang sedang sakit. Namun, beruntung karena Kirana mengizinkan walau sebenarnya Dzaka tahu istrinya sangat berat untuk sekadar mengiyakan, meski Dzaka sudah menjelaskan permasalahannya.“Aku sudah lama menunggu saat itu, Ay.” Clarissa memeluk Dzaka dari belakang. Dzaka yang diperlakukan seperti itu sangat risih. Dia melepaskan tangan Clarissa dari tubuhnya dan berjalan menjauh. “Kamu tau, Sa, kita sama-sama tau bahwa orang tuaku tidak pernah merestuiku bersamamu. Hubungan kita hanya gini-gini saja, bukan?”“Senantiasa kau minta kepastian, sedangkan aku tida

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-11
  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 42 - Tanda-Tanda

    Kirana turun dari ranjang dan membantu suaminya melepas jaket. Namun, lagi ... ia mencium bau parfum wanita yang beberapa hari ini kerap menganggu indra penciumannya ketika Dzaka pulang telat ataupun izin keluar meski malam merangkak. “Ada banyak kerjaan di kantor, Sayang,” ucap Dzaka, tak lupa memberikan kecupan singkat di kening istrinya. Kirana mengernyit, entah kenapa ia merasa ada dusta di antara mereka. Ada sesuatu yang tersembunyi seolah tidak boleh diketahui olehnya. Kirana tak tahu, apakah ini hanya ilusinya karena beberapa hari belakangan ia merasa badannya tak enak? Emosinya tidak stabil, bahkan kerap mual dan pusing, atau mungkin memang suaminya yang menyembunyikan sesuatu darinya?“Yakin?” Kirana menaikkan kedua alisnya. Beberapa saat, ia berjalan ke arah keranjang kotor. “Tapi, bau parfum wanita di bajumu itu seolah menolak semua perkataanmu, Mas.”Dzaka spontan mencium bau badannya sendiri. Benar saja, baunya tercium san

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-12
  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 43 - Kepergok

    Setelah mendapat telepon dari Fikri, Dzaka langsung bertolak ke apartemen Clarissa. Kabarnya, gadis itu mencoba melukai dirinya sendiri mengunakan silet dan pecahan kaca. Fikri dan Wina tak bisa menenangkan, malah semakin histeris. Mau tidak mau, Dzaka yang harus turun tangan. Pasca Dzaka memutuskan untuk jujur tentang pernikahannya kala itu, Clarissa mulai uring-uringan. Mentalnya kembali down dan kerap menyakiti dirinya sendiri. Ia merasa sudah tak ada yang sayang dengannya lagi. Sebab, Dzaka juga meninggalkan dirinya. Itulah sebab, mengapa Dzaka sering pulang telat, keluar malam, bahkan jika di kantor sekalipun ia akan menyusul Clarissa jika mendapat kabar kalau gadis itu mengamuk sampai histeris. Sebenarnya ia tak enak hati berbohong pada istrinya, tetapi dia juga tak ingin Kirana sakit hati dengan kejujurannya. Namun, ternyata dia salah, kebohongan justru sama saja. Membuat istrinya kecewa dan sakit. Sejujurnya Dzaka merasa bersalah karen

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-13
  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 44 - Haruskah Menyerah?

    “Mas, tolong jangan katakan apa pun sama Mas Dzaka. Tentang aku ke rumah sakit dan termasuk kalau aku sedang mengandung anaknya.” Raut wajah Kirana penuh permohonan. Ludahnya tertelan sesekali, sorot teduh netranya berkaca-kaca. Laksana seperti orang yang punya terlalu banyak kebimbangan. Semua tampak jelas dari tatapannya. “Tapi kenapa, Nona?” tanya Fikri bingung. Kirana menunduk diam. Ia bahkan sampai lupa bahwa ada seorang kakak di sebelahnya sedang berjuang mengendalikan jiwanya dari rasa takut nan gelisah yang tengah terpontang-panting dengan kehadiran Fikri.“Aku tidak mungkin merahasiakan hal sepenting ini pada Tuan Dzaka, Nona. Dia akan marah besar,” ungkap Fikri semakin membuat Kirana nelangsa.Hatinya yang remuk redam mengantar air mata yang jatuh tanpa diminta. Dengan sigap, Kirana menghapusnya, kemudian membayarnya dengan sebuah senyum palsu. “Aku tidak ingin Mas Dzaka berat menceraikanku jika tau sedang hamil.” Ia menghela napas berat. “Jadi, tolong berjanjilah padaku,

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-13
  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 45 - Selingkuh?

    “Bunda,” sapa Kirana menghampiri Bunda Andari yang Bunda Andari yang sedang duduk di sofa khusus untuk menunggu.Pandangan wanita paruh baya itu yang semula fokus ke layar ponselnya langsung mendongak, memandangi Kirana.“Hei, Neng Geulis.” Ia berdiri, kemudian memeluk wanita itu. Tak lupa mencium pipi kiri, kanan, dan kening menantunya. “Bunda ke sini, kenapa nggak ngomong?” tanya Kirana. Dia memasang wajah cemberutnya. Lalu, mengikuti Bunda Andari, duduk di sampingnya. “Intentional atuh, Sayang. Ada urusan” Andari mencubit pipi Kirana gemes. “Oh, ya? Kamu teh keliatan pale, are you sick?” Andari menelisik setiap inci wajah Kirana. Seketika keringat dingin mulai mengucur, darahnya berdesir hebat. Jantungnya berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Bagaimana ini? Ia belum ingin mertuanya tahu tentang kehamilannya. “Perasaan Bunda aja kali. Aku nggak apa-apa, kok,” ucapnya tersenyum sumir.Andari tak percaya

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-14
  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 46 - Mencari Tahu

    Plak!Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Dzaka. Kirana yang baru membuka pintu sedikit membulatkan mata. Ia seketika langsung beku di tempat. Tak jadi masuk. Tadi, seharusnya ia datang bersama Dzaka, tetapi pamit ke toilet terlebih dahulu, sementara Dzaka langsung menyusul sang bunda di ruangannya. Kirana meneguk liurnya susah payah, ia sedikit tak percaya dengan apa yang baru saja dilihat. Bunda Andari menampar putranya. “Terang teu, apa kesalahanmu?” tanya Andari pada Dzaka yang memegangi pipinya. Tanpa menunggu jawaban, Andari merogoh ponsel dari tasnya. Ia menunjukkan sebuah foto tepat di depan wajah Dzaka. “Ini naon?” tanya Andari lagi. “Mau ngawadul sama Bunda?”“Bun, ini tidak seperti yang Bunda pikirkan.” Dzaka membela diri. Andari menggeleng. “Sudah sabaraha kali, Bunda teh bilang, jangan berhubungan sama dia, Dzaka. Don't get close to her!” bentak Andari.Kirana yang masih mengintip

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-14
  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 47 - Cinta Buta

    Kirana dan Dina saling berpandangan. Mereka ketahuan sedang ngobrol santai di waktu kerja. Dina baru mendongak saat menyadari kalau cctv ada di mana-mana. Ia spontan menutup wajah dengan satu tangan. “Mampus,” lirihnya.“Maaf, Pak Dzaka yang terhormat. Kita lagi ada anu ... e ... itu.” Kirana tak tahu harus beralasan apa. Kini, ia hanya mampu menggigit bibir.Sepersekian detik, layar ponselnya kembali menyala, terlihat Dzaka yang ingin melakukan panggilan video dengannya. Kirana menerima dan menghadapkan ponsel ke wajahnya. “Bunda udah pulang, Mas?” tanya Kirana basa-basi. Ia tahu tadi Dzaka hanya bercanda, tetapi Dina malah kelihatan panik. Ah, mungkin Dina lupa dengan siapa tadi berhadapan. “Udah, kamu kenapa nggak ke ruangan tadi? Bukannya cuma pamit ke toilet?” tanya Dzaka dari balik layar. “Emm ....”“Aku tidak terima alasan, makan siang nanti wajib makan bareng. Oke?”“Iya, deh, iya,” simpul Kirana yang menjadi akhir dari obrolan virtual mereka. Tiba-tiba saja, saat hendak

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-15
  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 48 - Bertengkar

    “Berhentilah untuk meracuni pikiran mamaku.” Clarissa menoleh ke arah lain, tak sedikit pun ingin memandang wajah memuakkan Danial.Danial tertawa pelan. Dia mendekatkan wajah ke arah Clarissa. Kemudian berbisik, “Mamamu yang tergila-gila padaku, Nak.”“Karena kau yang menggodanya,” timpal Clarissa emosi. Dia berusaha menetralkan suaranya yang mulai bergetar. “Aku hanya kasian melihatnya kesepian.” Danial tersenyum menyeringai. Lalu, beralih masuk ke rumah. Namun, baru beberapa detik ia kembali keluar. “Oh, ya. Nak, berhentilah untuk mendekati putraku karena dia sudah menikah,” ujar Danial. Satu tangannya berada di saku celana.“Atau kalau tidak, kau akan dicap pelakor seperti mamamu,” imbuhnya penuh penekanan.Tangan Clarissa kian bergetar. Degub jantungnya mulai tak stabil. Namun, ia berusaha kuat dan berdiri tegar di hadapan pria itu. Dia tidak ingin lagi terlihat lemah meski semua orang pada tahu bahwa ia pengidap depresi. “Kau memintaku menjauhi putramu, tapi kau tidak ingin m

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-15

Bab terbaru

  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   END

    Pelan, Kirana membuka mata sembari menggeliat meregangkan otot-otot tubuhnya. Walau matanya masih berat terbuka, ia meraih ponsel untuk melihat jam. Sudah menunjukkan pukul setengah lima pagi.Sekilas ia menoleh ke samping. Memandangi wajah suaminya yang masih tidur nyenyak dengan dengkuran halus di dekat telinganya. Tangan kekarnya pun berada di atas perut Kirana.“Sayang, bangun. Sudah subuh,” bisik Kirana. Ia menyentuh pipi suaminya. Lantas, menarik menarik pelan hidung mancung Dzaka. Tak butuh waktu lama, Dzaka bergerak karena merasa terganggu, tapi masih enggan membuka mata. Dia tetap betah pada posisinya. Justru meringkuk seolah mencari kehangatan di sisi istrinya dengan mengeratkan pelukan. “Hei ... sudah subuh, Mas. Bangun, yuk.” Lagi, Kirana menyentuh lengan suaminya. Sesekali, mencubit daging yang terasa keras itu. “Biar seperti ini dulu sebentar, Sayang. Aku masih mau menikmati waktu sama kamu. Kalau Baby Dzakir bangun, yang

  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 122 - Baby Dzakir

    Baru saja, sepasang kaki Dzaka menjejaki teras, tetapi langkahnya seketika terhenti. Tubuhnya seolah beku di tempat manakala memikirkan Kirana yang tengah hamil. Perasaan bersalah pun menyeruak di hatinya. Mengingat, tadi ia tak sengaja membentak sang istri karena tengah dikuasi amarah yang hendak membalas dendam atas kematian papanya. Padahal, sejatinya balas dendam tak pernah ada dalam kamus kehidupan seorang Dzaka Hakeem.Rasa takut seolah sengaja mencekiknya. Isi kepalanya pun kian berkelana ke masa lampau, saat-saat di mana ia harus kehilangan calon buah hati karena keteledorannya sendiri.Dia tak mau, kehilangan kembali. Sungguh, ia tidak rela. Sebuah helaan napas berat terdengar darinya sembari mengingat kembali pesan-pesan Danial tadi malam. Dzaka menggeleng pelan, menyadari diri telah sangat berlebihan menyingkapi kehilangan yang mencekam batinnya. Detik kemudian, ia kembali melangkah. Bukan untuk melanjutkan misi, melainkan k

  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 121 - Kehilangan yang Mencekam

    Tatapan tajam itu berubah jadi sayu. Seakan di dalam sana terdapat sebuah penyesalan yang tak berujung. Terlebih, butiran bening juga tampak menghiasai pipi yang berisi kini tinggal sedikit daging terlapisi kulit. Tenaga yang kuat juga seolah sudah terkikis. Pria itu berbaring sangat lemah laksana tiada lagi ada daya untuk bergerak lebih banyak. “Maafkan atas semua kesalahan Papa pada kalian,” ucapnya lagi disertai dengan isak pilu mencekam. “Papa sangat jahat,” imbuhnya sembari menghapus air mata. Sesekali tersenyum masam. “Kami teh sudah memaafkan kamu, Danial.” Bunda Andari angkat bicara. Ekspresinya cukup tenang bak terpancar ketulusan yang tak pernah pupus.Dzaka dan Sekar pun ikut mengangguk sekadar memberi keyakinan pada sang papa. Sesaat, Dzaka membungkuk dan menyangga badan dengan kedua tangan di ranjang Danial.“Apa perlu aku mengambil tindakan untuk pelaku penganiayaan Papa?” tanya Dzaka. Terlihat jelas d

  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 120 - Maafkan Papa, Nak!

    Tangan Dzaka dan Kirana saling bertaut menyusuri koridor bangunan berdinding mayoritas putih itu. Cemas dan panik menghiasi wajah keduanya, bersama derap langkah memburu. Sampai di depan sebuah ruangan, sudah ada dua orang berkostum penjaga lapas baru saja selesai mengobrol dengan dokter. “Apa yang sebenarnya terjadi dengan Papa saya, Pak?” tanya Dzaka setelah sang dokter berlalu.Dua pria itu saling berpandangan sebentar.“Mohon maaf, Pak Dzaka. Sebenarnya Pak Danial sering mendapatkan tindak kekerasan dari penghuni lapas lain,” ungkap Pria bertopi hitam itu. “Beberapa penghuni lapas tau kasus Pak Danial sehingga dipenjara. Mereka tak terima dengan Pak Danial yang terlibat dalam kasus pelecehan dan perselingkuhan. Menurut mereka, tindakan itu sama sekali tak bermoral.”Dari ekspresinya, Dzaka terlihat kaget dengan pernyataan pria itu. Selama ini, tak ada tanda-tanda kekerasan ketika dia menjenguk Danial. Papanya pun seakan-akan terliha

  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 119 - Papa?

    Kirana menarik napas panjang barang tiga kali. Dalam genggamannya terdapat sebuah testpack yang sengaja belum dilihat hasilnya setelah melakukan pengecekan beberapa saat lalu.Jantungnya pun berpacu dalam kecepatan tinggi, bersama perasaan was-was yang ikut serta menyeruak membuatnya bimbang akan hasil tes kehamilannya yang pertama kali pasca keguguran.Sepulang dari puncak, Kirana kerap merasa cepat lelah dan sedikit mual. Jadwal tamu bulanannya pun bahkan sudah lewat sepekan. Hal itu membuatnya penasaran sehingga memutuskan untuk membeli testpack tanpa sepengetahuan Dzaka. Ia juga tak pernah mengatakan pada suaminya tentang keadaannya akhir-akhir ini. Kirana tak mau Dzaka terlalu berharap dan akhirnya kecewa jika hasilnya tak sesuai harapan. Pelan, Kirana membuka genggaman. Ia langsung bisa melihat testpack itu sudah memiliki garis dua. Artinya, dia positif?Kirana menutup mulut, lantas tersenyum senang dalam diam. Detik kemudian, ia

  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 118 - Perkara Merelakan

    “Sayang, aku dengar di Villa sekitar sini, ada acara pertunangan owner-nya 2R Cafe.”Kirana yang menyandarkan dagu di bahu suaminya, lantas menoleh memandang wajah Dzaka sekilas. Ah, lebih tepatnya ia memperhatikan cambang sang suami yang tampak semakin panjang. “Oh, ya? Rey atau Raya?” tanya Kirana penasaran. “Gak tau. Mau liat?” Mata Kirana terpejam sebentar, merasakan sejuknya udara perkebunan teh yang menyapu wajahnya. “Kita gak diundang. Datang tanpa diundang, namanya tamu tak diundang.” “Ngintip aja, kamu kan doyan ngintip.” Dzaka terkekeh, bersama dengan Kirana yang mencubit perutnya. Mereka diam beberapa saat. Sama-sama merasakan angin pagi Puncak menyapa. Pandangan Dzaka pun menyapu ke segala arah. Pemandangan yang cukup indah, tetapi seseorang yang tengah memeluk pinggangnya sembari bersandar di bahu tak kala indah, baginya. “Kenapa liatin terus? Baru tau suamimu punya kegantengan spek

  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 117 - Sirna Ditelan Kenyataan

    “Din, tunggu!” Fikri menarik paksa lengan Dina yang hendak berlari menghindarinya. Mereka sekarang berada di samping Villa, jalan menuju perkebunan teh. “Apa lagi? Bukankah kemarin sudah cukup jelas jawabanku atas lamaran Mas Fikri?” tanya Dina. Bola matanya yang semula menatap Fikri langsung, seolah dialihkan ke arah lain. Jujur, ia tak sanggup melihat mata Fikri lebih lama lagi. Dia takut, hatinya goyah dan terus menerus berharap tanpa kepastian. Di sudut lain, seseorang tengah mengintip dari balik tembok. Tadinya, ia ingin jalan-jalan. Merasakan udara pagi di perkebunan teh, tetapi drama cinta yang tak sengaja dilihat membuatnya menghentikan langkah. Lantas, memilih diam di pojokan. “Ngapain di situ, Sayang?” Sang suami yang tiba-tiba datang menoel pinggangnya. Membuatnya terlonjak, hampir berteriak. Tetapi, ia justru mendorong tubuh suaminya ke tembok agar tak menyelonong begitu saja. Kirana meletakkan jari telunjuk di

  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 116 - Bunga - Bunga Cinta yang Gugur

    Detik demi detik, Dzaka memutar tubuh dan menarik sang istri ke dalam pelukannya. Ia mengusap punggung Kirana sambil membisikkan kata-kata cinta.“Tiup lilinnya ... tiup lilinnya sekarang juga, sekarang juga ... sekarang juga!”Perlahan, Kirana melepaskan diri dari rengkuhan Dzaka. Sekilas, ia menghapus air mata yang membuat wajahnya basah. Sepersekian detik kemudian, dia meniup lilin disertai dengan tepukan gemuruh.“Ada yang mau disampaikan, Nona?” tanya Fikri. “Untuk suaminya, mungkin.”Fikri menyodorkan mic yang kemudian disambut Kirana.Helaan napas pelan terdengar dari mic saat Kirana hendak berbicara. Ia tersenyum, lantas memejamkan mata sebentar. “Eum ... masyaAllah terima kasih banyak teman-teman semuanya. Sungguh, aku terharu banget karena bertambahnya usia tahun ini diberi kesempatan berada di lingkaran orang-orang hebat.” Kirana meneguk ludah, sembari mengusap pipi yang masih terasa basah.Saat jiwa dan pera

  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 115 - Kejutan Birthday

    Pukul 10 pagi. Acara dibuka langsung oleh sang direktur, sekaligus memberi sedikit wejangan atau mengingatkan agar selalu menjaga citra perusahaan selama beraktivitas di puncak. Dia juga mengutarakan harapannya agar Family Gathering ini bisa berdampak dengan terjalinnya tali persaudaraan yang baik dalam perusahaan. Terlebih, Fam-Gath ini bisa menjadi wadah bagi karyawan lebih dekat pada pimpinannya.Beberapa rangkaian lomba yang dikhususkan antardivisi juga dilaksanakan untuk mengisi waktu dengan keseruan bersama. Masing-masing divisi mengirimkan peserta terbaiknya untuk unjuk kebolehan di depan petinggi sampai pemilik perusahaan. Keseruan dan kehebohan terus tercipta di tiap menit hingga jam berganti, bersama dengan matahari yang mulai condong ke Barat. Kegiatan yang dilombakan pun beragam. Ada lomba dance yang wajib menggunakan lagu dari daerah di Indonesia, lomba yel-yel menggunakan kostum seunik mungkin, lomba memasukkan pulpen dalam botol,

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status