Beranda / Urban / Istri Presdir yang Hilang / 61. Kamar untuk Sky

Share

61. Kamar untuk Sky

Penulis: Pixie
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-01 16:14:44
Alice mengembuskan napas cepat. "Maaf, Em. Aku sungguh tidak tahu. Kami tidak melakukannya."

Alis Emma tertaut. "Kami siapa? Kau dengan Edmund atau kau dengan Lucas?"

Alice menggigit bibir. "Dua-duanya."

"Kau bercanda?" Emma tertawa samar. Namun, melihat rona merah di pipi sahabatnya, wajahnya perlahan berubah datar.

"Hei, ada apa dengan ekspresimu itu? Jangan menakuti aku. Kau tidak mungkin puasa selama lima tahun, kan? Rahimmu bisa keriput."

Alice meringis. "Tapi itulah kenyataannya. Meskipun dulu aku berpikir kalau Lucas suamiku, aku tidak bisa melakukannya. Aku merasa tidak nyaman dengan sentuhannya."

Emma mendesah tak percaya. "Kau sesetia itu kepada Ed? Bahkan di saat kau lupa ingatan, kau masih menjaga kepercayaan darinya?"

Alice menaikkan sebelah bahu. "Mungkin."

"Kau sungguh luar biasa, Alice. Aku salut padamu." Emma mengacungkan jempol.

Alice mengulum senyum, canggung. "Kau terlalu memujiku."

"Jangan malu-malu. Kau memang pantas dipuji. Jadi, berapa kali kalian mela
Pixie

Ada apa di kamar Edmund dan Alice?

| 1
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Monika Anastasia Khim
wadohhh penasarannnn
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Presdir yang Hilang   62. Kamar Suami Istri

    "Aku tidak menyiapkan apa-apa, Alice. Inilah keadaan kamarku setiap hari sejak kau dinyatakan tidak punya harapan lagi," terang Edmund. Mata Alice sontak berkaca-kaca. Ia amati foto-foto dirinya yang memenuhi satu sisi dinding yang dibiarkan terbuka. Edmund pun melanjutkan, "Saat itu, aku sangat terpuruk. Scott dan para pelayan merasa iba padaku. Mereka menduplikat semua foto-foto kita dan menempelnya di sini. Mereka berharap kerinduanku dapat terobati." "Lalu stand banner itu?" Alice melirik gambar dirinya dengan ukuran asli yang berdiri di sisi lemari. "Ulah Scott." "Bagaimana dengan barang-barang ini, Paman Ed?" Sky menunjuk sebuah rak pajangan berdinding kaca. Alice menoleh. Ada beraneka barang di situ. Perhiasan, pakaian, sepatu, tiket pesawat, topi, dan banyak lagi. "Semua ini adalah barang-barang yang ingin kuberikan kepadamu," tutur Edmund, menatap Alice dengan senyum penuh haru. "Sekarang karena kau sudah di sini, aku bisa memberikannya kepadamu." "Termasuk bunga yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-02
  • Istri Presdir yang Hilang   63. Seperti Malam Pertama

    "Apakah dia akan menyerangku?" pikir Alice sembari menahan napas. Tangannya mendekap erat di depan dada. Ia merasa jantungnya akan pecah kalau tidak ditekan. Namun, mengetahui Edmund hanya membetulkan selimut, kerut alisnya melonggar. Selang keheningan sejenak, ia akhirnya membuka mata. “Apakah dia sudah naik ke kasur? Kenapa tidak terasa?" pikir Alice, bingung. Perlahan-lahan, ia menoleh ke belakang. Ternyata, lapak di sebelahnya masih kosong. Edmund memilih untuk berbaring di sofa. "Dia tidur di sana? Apakah dia takut aku merasa tak nyaman?" Alice bergeming beberapa saat, berpikir. Sedikit demi sedikit, rasa bersalah mendominasi. Hatinya terenyuh. "Ini kamarnya. Kenapa malah dia yang mengalah?" Alice pun menarik napas berat. "Ed?" panggilnya ragu. Entah karena tidak mendengar atau sudah tidur, Edmund tidak menyahut. "Ed?" panggil Alice, lebih kencang. Sang suami akhirnya membuka mata. "Ya? Apakah kau butuh sesuatu?" "Kenapa kau tidur di situ?" Edmund berkedip-kedip. "Kur

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-02
  • Istri Presdir yang Hilang   64. Pikiran Kotor Alice

    Belum sempat Alice meralat keputusan, sang suami sudah lebih dulu merapat. Tak tahu lagi harus berbuat apa, ia akhirnya memejamkan mata. Tangannya terkepal erat di depan dada, bersiap menghadapi letupan besar dalam jantungnya.Namun, ketika bibir Edmund tiba, ketegangan luntur. Kehangatan perlahan bercampur dengan rasa bingung. Saat ia membuka mata, Edmund menyambutnya dengan senyum."Kenapa kau mengecup keningku?" Alice berbisik."Itu yang selalu kulakukan setiap kali kau tidak bisa tidur. Apakah cukup?"Alice berkedip-kedip dalam diam. Mulutnya yang membuka kesulitan memilih kata. "Kau bilang mau mencicipiku?"Sebelah sudut bibir Edmund terangkat lebih tinggi. "Ya, aku bilang mau mencicipimu, bukan memakanmu. Kau mengharapkan sesuatu yang lebih?"Napas Alice kembali tertahan. Kakinya merapat. "Tidak. Tadinya kupikir kau mau melewati batas.""Bukankah ini melewati batas?" Edmund mengulang kecupan, tetapi di pipi. "Bukankah aturannya aku harus menjaga jarak darimu? Lihat jarak kita se

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-03
  • Istri Presdir yang Hilang   65. Kedatangan Elizabeth

    "Apakah itu Sky? Kenapa dia mengetuk begitu kencang?" gumam Alice heran. Tanpa berpikir panjang, ia pergi membuka pintu. "Ada apa, Sa—" Ia tidak sanggup menyelesaikan kalimat. Otaknya sudah lebih dulu dikuasai oleh keterkejutan. Ia seketika lupa dengan apa yang sudah ia latih bersama Sky kemarin. "Mama?" Mata Elizabeth nyaris terlepas dari rongganya. Ia sudah cukup terkejut mendapati keberadaan sang menantu. Ia sempat berpikir kalau Alice adalah hantu. Namun, Alice baru saja memanggilnya. Menyadari bahwa sosok di hadapannya itu nyata, wajahnya memucat. "K-kau ... sungguh masih hidup?" Alice berusaha melukiskan senyum. "Senang dapat berjumpa lagi dengan Mama. Bagaimana kabarmu?" Alih-alih menjawab, Elizabeth malah mendesah tak percaya. Lututnya goyah. Badannya mendadak lemah. Melihat ibu mertuanya berpegangan pada pintu, Alice cepat-cepat membantu. "Ada apa, Ma? Apakah Mama sedang kurang sehat?" Dada Elizabeth semakin sesak melihat sang menantu menyentuhnya. Tanpa berpikir pan

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-03
  • Istri Presdir yang Hilang   66. Musuh Kita

    Tiba-tiba, Sky melangkah maju. Elizabeth hendak bergerak mundur. Namun, kakinya terlalu kaku. "Sebagai hadiah perkenalan, aku punya sesuatu untuk Nenek. Tada!" Sky memperlihatkan sebuah bros kuning di atas kedua telapak tangannya. Tidak ada daun di situ. Hanya stiker bintang yang lebih besar. "Aku membuat ini sendiri. Tadinya aku mau memakai pita hijau karena itu warna kesukaanku," terang Sky, tidak peduli dengan raut aneh Elizabeth. "Tapi, Paman Ed bilang, kau suka emas. Jadi akhirnya, aku menggunakan pita kuning karena warnanya mirip emas. Lalu aku menggunakan stiker bintang yang paling besar karena ini adalah bros yang paling spesial." Elizabeth mengerjap. Sebelumnya, ia memang sempat takut melihat kehadiran Sky. Namun, kupingnya baru saja menangkap kelemahan. "Tunggu," sela Elizabeth saat Sky sedang menarik napas. "Kau memanggil Edmund apa barusan?" Sky berkedip-kedip lugu. Ketegangan telah kembali merambat dalam tubuhnya. Ia ingat tentang sifat sang nenek yang galak, dan ju

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-04
  • Istri Presdir yang Hilang   67. Siapa Giselle?

    Melihat wajah yang asing Giselle, dahi Alice berkerut. Ia sama sekali tidak ingat siapa wanita itu. Edmund tidak pernah mengungkit tentangnya. Sementara itu, mata Giselle telah berkaca-kaca. Ia menatap Alice dengan beragam emosi yang didominasi oleh kerinduan. "Alice? Itu sungguh dirimu? Kau masih hidup!" Kebingungan Alice semakin pekat. Mengapa wanita itu terlihat seolah menantikan dirinya? Kalau memang mereka akrab, mengapa Edmund tidak menunjukkan fotonya? Tiba-tiba, Giselle berlari ke arahnya. Mulutnya sesekali meloloskan desah tawa. Namun, ketika tangannya terentang hendak memberi pelukan, Edmund menghadang. "Kau sudah lupa bahwa aku melarangmu untuk datang ke sini?" tanyanya dengan nada dingin. Alice terbelalak mendengar suara sang suami. Edmund seperti menyimpan dendam dan kebencian yang teramat besar terhadap Giselle. Sambil bertanya-tanya, ia pun mencondongkan kepala ke samping, mengintip si wanita asing dari balik pundak Edmund. Giselle ternyata juga membulatkan mata.

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-04
  • Istri Presdir yang Hilang   68. Saling Percaya

    "Karena itu, Mama tidak boleh sedih lagi." Sky mengelus wajah Alice dengan lembut. "Paman Ed dan Mama sudah kembali bersama. Tidak usah Mama khawatir perempuan jahat itu. Kalau dia datang lagi, aku akan melemparinya dengan batu." Mendengar suara mantap sang putri, Alice menggeleng sigap. "Tidak, Sayang. Kamu tidak boleh melakukannya. Kalau batu itu mengenai kepalanya bagaimana? Kamu bisa masuk penjara." Tiba-tiba, Sky terkekeh geli. "Tenang, Mama. Aku tidak mungkin sejahat itu. Aku ini anak baik. Paling-paling, aku akan memarahinya dan mengusirnya seperti Paman Ed tadi." Alice tersenyum kecut menyadari bahwa dirinya telah tertipu oleh sandiwara Sky. Namun, berkat keisengan putrinya itu, sakit di kepalanya banyak berkurang. Edmund juga gemas pada Sky. Akan tetapi, ada hal yang lebih penting untuk dibahas selain itu."Sky, bisakah kau menolong Mama?" Edmund mengusap pundak sang putri. "Tolong ambilkan minum dari dispenser di sebelah situ. Tekan tombol yang biru dan berhati-hatilah. J

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-05
  • Istri Presdir yang Hilang   69. Menyembunyikan Malu

    Begitu memasuki ruang di balik penyekat resepsionis, Sky langsung tercengang. Matanya berbinar menatap tanaman buatan yang ditata seperti hutan hujan. "Apakah Paman Ed yang mendesain tempat ini?" Edmund menggeleng. "Ini desain yang diminta oleh ibumu." Mulut Sky membulat. "Mama juga suka nuansa hutan? Sama sepertiku?" "Ya. Kamu memang sangat mirip dengan ibumu. Karena itu, aku bisa dengan mudah mengenalimu saat pertama kali kita bertemu." Tawa Sky pun bergema. Ia maju beberapa langkah lalu menoleh ke sisi lain. Dengan merenggangnya pepohonan, ia bisa melihat ruangan dihias dengan berbagai macam tema. Semakin jauh, semakin sedikit warna hijau yang tampak. "Oh, aku tahu. Ini adalah peta bioma! Hutan hujan menandakan wilayah yang panas dan basah. Semakin ke kiri, wilayahnya semakin kering. Karena itu, di pojok sana ada gurun pasir. Lalu semakin ke ujung, wilayahnya akan semakin dingin. Karena itu, ada padang rumput, taiga, dan tundra di sebelah sana!" terang Sky dengan penuh semang

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-05

Bab terbaru

  • Istri Presdir yang Hilang   Special Chapter 10. Petualang Cilik yang Hebat

    "Sky, kita seharusnya membawa senapan itu juga tadi. Mengapa kita meninggalkannya di dalam tenda? Pemburu itu jadi bisa mengambilnya," bisik Emily sembari mengguncang tangan Sky. Merasa risih, Louis menyikut lengannya. "Sudahlah, Emily. Tidak ada yang perlu disesali. Kita sebaiknya memikirkan cara untuk mengalahkan laki-laki jahat ini." "Kalian pikir kalian bisa mengalahkanku?" Pemburu itu tertawa kasar. "Jangan bermimpi!" Sang pemburu mengangkat senapannya lagi. Namun, ketika ia hendak membidik, suara aneh datang dari atas. Melihat seekor orang utan besar hendak melompat dari dahan, Sky bergegas menarik si Kembar berlari mengikutinya. Ia tidak peduli lagi dengan senapan yang tergeletak di tanah. Ia tahu betul bahwa orang utan yang sedang marah jauh lebih berbahaya dibandingkan musuh mereka. Sementara itu, sang pemburu sudah terlanjur terpaku. Ia hanya bisa berteriak saat mamalia besar itu menimpanya. Pemburu lain yang menyaksikan tidak berani bertindak. Mereka bahkan sama sekali

  • Istri Presdir yang Hilang   Special Chapter 9. Tembakan yang Akurat

    Si Kembar kembali bungkam. Mereka tidak tahu jawaban apa yang tepat. Mereka tidak ingin kembali ke kurungan sempit itu, tetapi mereka juga tidak mau ditembak. Apalagi, pemburu di hadapan mereka tampak serius dengan ancamannya. "Louis, kurasa kita jangan melawan. Dia tidak akan ragu menembak kita. Lihat, jarinya sudah siap menekan pelatuk," bisik Emily was-was. Louis menelan ludah. Ia sepakat dengan sang adik, tetapi enggan mengakuinya. "Tenang, Emily. Masih ada cara lain untuk selamat." Ia berpikir keras, memaksa otak untuk menelurkan ide spontan. "Tuan, bagaimana kalau kita bernegosiasi?" ucapnya tanpa terduga. Sang pemburu menarik matanya mundur dari lubang pengintai. Sebelah alisnya terdongkrak naik. Ia tidak menduga bisa mendengar kata itu. "Negosiasi apa yang bisa ditawarkan anak kecil sepertimu?" "Kami ini bukan anak-anak biasa. Kami adalah pewaris Savior Group, calon pemimpin hebat di masa depan. Kalau kau bersedia membebaskan kami, kami akan membayarmu dengan jumlah besar

  • Istri Presdir yang Hilang   Special Chapter 8. Peringatan Terakhir

    "Papa, kebetulan sekali, GPS milik Louis ada padaku. Aku sedang melihat koordinat lokasinya," ujar Sky sambil berkedip-kedip gusar. "Itu bagus, Sayang. Bisa kau bacakan koordinatnya? Papa akan langsung menuju ke sana." Sky menelan ludah. Keringat dingin membutir di keningnya. "Itulah masalahnya. Aku lupa angka-angka yang sudah kuhafal." Edmund terdiam sejenak. Sky bisa membayangkan sang ayah mendesah kecewa. "Papa, apakah Papa marah? Ganti." "Tidak, Sayang. Papa tidak marah. Papa mengerti kalau kamu terlalu gugup sekarang. Coba tarik napas dalam-dalam, tenangkan pikiran. Kamu sudah berhasil mengingat semua angka dan bahkan huruf, Sayang. Pelan-pelan, kamu pasti bisa membacanya." Sky menuruti saran Edmund. Setelah terpejam sejenak, ia memperhatikan koordinat dengan saksama. "Ada garis kecil yang sedang tidur di sini, Papa." "Oke. Itu tanda negatif. Artinya kalian sedang berada di selatan garis khatulistiwa. Lalu?" "Ada bulat. Ini nol, kan?" "Ya. Kamu melakukannya dengan baik s

  • Istri Presdir yang Hilang   Special Chapter 7. Tertangkap

    "Apakah aku tidak salah lihat? Ada anak manusia di tengah hutan?" Pria itu berbicara dengan bahasa yang tidak Louis dan Emily mengerti.Decak kesal terlontar dari pria yang satu lagi. "Sial! Menambah pekerjaan kita saja." "Apa yang harus kita lakukan sekarang?" "Apa lagi? Kita tidak mungkin membiarkan mereka lepas. Mereka bisa melapor kepada orang-orang. Rencana kita bisa berantakan. Ayo tangkap mereka!" Si Kembar mengerjap melihat senapan yang ditodongkan ke arah mereka. Emily langsung bersembunyi di balik punggung Louis, sedangkan Louis dengan berani melangkah maju dan merentangkan tangan di depan Mimi. "Jangan sakiti orang utan ini! Mereka adalah hewan langka yang dilindungi oleh seluruh dunia. Mereka tidak boleh diburu dan diperdagangkan!" seru Louis lantang. Dari balik pundak Louis, Emily mengintip. "Ya! Orang utan harus dilestarikan, bukan diburu. Memangnya kalian tidak kasihan kepada mereka? Lihat! Anaknya sampai ketakutan!" Di luar dugaan, dua pemburu itu malah tertawa. T

  • Istri Presdir yang Hilang   Special Chapter 6. Keputusan yang Tepat

    "Tidak, Louis." Emily mengernyitkan dahi. "Kita tidak boleh meninggalkan Mimi sendirian di sini. Dia bisa mati.""Tapi itu yang dia mau. Dia ingin anaknya selamat. Dia pasti bertahan. Kita hanya perlu menyelamatkan anak Mimi dengan cepat. Menurutku, kita bisa melakukannya. Kita ini anak-anak terlatih, kau ingat?" Alih-alih setuju, Emily menggeleng tegas. "Tidak, Louis. Itu terlalu berisiko. Kita tidak boleh egois dan memikirkan kesenangan kita sendiri. Bagaimana kalau kita hubungi rumah hutan saja? Ini masalah serius."Sementara Louis menghela napas berat, Sky menautkan alis. Ia terlihat sangat serius dengan bibir terlipat ke dalam."Kurasa Emily benar. Kita tidak bisa menyelesaikan masalah ini sendiri. Kita butuh bantuan orang dewasa. Papa Mama kita dan orang-orang yayasan. Kita harus melaporkan hal ini kepada mereka. Mimi butuh bantuan medis, sedangkan para pemburu liar itu harus ditangkap." Louis termenung sebentar. Ia sebetulnya enggan menghubungi orang tuanya. Ia ingin mandiri.

  • Istri Presdir yang Hilang   Special Chapter 5. Suara Tembakan

    "Sky, bunyi apa itu?" bisik Emily dengan suara tersekat. "Apakah itu suara ledakan?" "Kurasa itu suara senapan," potong Louis sebelum menggenggam lengan gadis yang paling kecil. "Sky, mungkinkah itu pemburu liar?" Sky berkedip-kedip gusar. "Mungkin iya. Daerah ini sudah berada di luar lingkup yayasan. Tim patroli hanya sesekali memeriksanya. Itu pun kalau mereka sempat." "Bukankah perburuan liar itu dilarang? Kenapa masih ada saja orang-orang jahat yang membunuh satwa? Kira-kira, apa yang baru saja mereka tembak? Apakah orang utan?" tanya Louis dengan ekspresi serius. Emily langsung bergidik ngeri. "Oh, kalau memang para pemburu itu mengincar orang utan, kuharap dia berhasil lolos dan selamat. Orang utan itu hewan langka. Kasihan kalau mereka punah." "Dan kuharap itu bukan Mimi," lanjut Sky sembari mengentakkan kaki. "Dia selalu membawa anaknya ke mana-mana. Dia pasti susah bergerak dan rentan terhadap serangan." "Bagaimana kalau kita memeriksanya? Kalau memang itu ulah pemburu l

  • Istri Presdir yang Hilang   Special Chapter 4. Petualangan Anak-Anak

    "Sayang, apakah kamu melihat anak-anak?" tanya Alice sembari menghampiri Edmund. "Anak-anak?" Edmund mengalihkan pandangan dari laptopnya. Kedua alisnya terdongkrak. "Bukankah mereka masih tidur? Aku tidak melihat mereka keluar tenda." "Kupikir juga begitu. Tapi setelah kuperiksa, mereka tidak ada." Edmund pun menoleh ke sekeliling. Mata dan telinganya menajam. Akan tetapi, tidak ada jejak anak-anak yang terdeteksi. "Mungkinkah mereka bermain di kebun belakang?" Alice menggeleng. "Aku sudah mencari mereka di sana. Tidak ada." "Kandang ayam? Siapa tahu, Sky mengajak si Kembar dan Russell melihat anak ayam." "Tidak ada juga." Edmund menjentikkan jari. "Kandang angsa! Mereka pasti sedang bermain dengan Gigi dan Gusi." Alice menghela napas berat. Guratan di keningnya tampak lebih jelas. "Tidak ada, Ed. Aku sudah mencari mereka ke mana-mana. Mereka tidak ada." "Apakah kau sudah mencari di dalam rumah? Siapa tahu mereka sedang bermain petak umpet. Mereka mungkin saja sedang bersemb

  • Istri Presdir yang Hilang   Special Chapter 3. Janji Louis

    Alis Louis berkerut mendengar pertanyaan Edmund. "Kenapa Anda bertanya begitu, Tuan? Tentu saja aku menyayangi Sky. Dia temanku. Dia sudah seperti seorang adik bagiku." Edmund berkedip kaku. "Begitukah? Kau menganggapnya sebagai seorang adik?" Louis mengangguk mantap. "Ya, kurasa Emily juga begitu. Dulu dia menginginkan adik perempuan. Ternyata, Russell yang keluar. Dia sempat sedih. Kehadiran Sky membantu mengobati kekecewaannya." Bibir Edmund perlahan mengerucut. Tangannya disempal ke dalam saku. "Jadi, kau menganggap putriku sebagai adikmu?" gumamnya. Entah mengapa, perasaan lega timbul dalam hatinya. "Apakah itu berarti kau akan menjaganya seperti adik-adikmu?" "Ya, aku akan berusaha untuk menjaga Sky dengan baik. Aku tidak akan membuatnya menangis." Alis Edmund kembali tertaut. "Tapi tadi, aku melihatmu mengusili Emily. Apakah kau bisa dipercaya untuk menjaga adik-adikmu?" Tiba-tiba saja, bibir Louis berkedut. Sambil menggaruk pelipis, ia terkekeh. "Soal itu, aku memang suk

  • Istri Presdir yang Hilang   Special Chapter 2. Mengawasi Louis

    Semua orang bertepuk tangan saat Sky dan teman-teman hewannya selesai melakukan pertunjukan. Bukan hanya anak-anak Harper yang terkesima, tetapi orang tua mereka juga. "Terima kasih, Sky. Ini adalah sambutan paling manis yang pernah kami terima," tutur Kara dengan senyum lebar. "Ya, ini sambutan yang luar biasa. Bagaimana caramu melatih hewan-hewan itu? Bukan hanya kucing dan anjing, kamu juga berhasil melatih dua ekor angsa." Frank mengacungkan jempolnya. Sky terkekeh bangga. "Itu karena mereka bukan sembarang hewan, Tuan. Mereka adalah teman-temanku dan mereka pintar. Kurasa mereka mau mengikuti aba-aba dariku karena kami akrab." "Mereka teman-temanmu?" Frank menaikkan alis. Si Kembar langsung berebut menjelaskan. "Tidak ada anak-anak lain di sini, Papa. Karena itu, Sky hanya bermain dengan teman-teman hewannya." "Sky bilang dia selalu memberi mereka makan yang banyak. Kurasa, karena itu juga hewan-hewan itu patuh padanya. Mereka suka pada Sky!" Sky melompat antusias. "Louis

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status