Dimitri tidak menolak dan berpindah duduk di pangkuan Lilian. “Cucu nenek yang pintar, mau makan puding lagi?” Ekspresi Iris rumit memandang interaksi Lilian dan Dimitri. Meski Lilian selalu tegas dan banyak menuntutnya agar bekerja keras, dia senang ibunya tidak melakukan hal sama pada putranya. Tak lama kemudian para pelayan masuk dan menyajikan makan siang. . . Iris mengeringkan tangannya dengan tisu, lalu mengeluarkan bedak dan lipstik dari tasnya untuk memperbaiki riasannya. Dia melirik cermin melihat dua orang wanita masuk ke dalam toilet sambil cekikikan. “Dia tampan sekali, siapa yang dia tunggu?” “Aku berharap itu adalah aku. Dia sangat hot!” Mereka sangat heboh berbicara satu sama lain sebelum berhenti di sebelah Iris dan tidak berhenti berbicara tentang pria tampan yang menunggu di luar. Iris menggelengkan kepalanya menyimpan kembali bedak dan lipstiknya ke dalam tas sebelum kemudian meninggalkan toilet perempuan. Dia tiba-tiba berhenti melihat pria tampan yang di
Tubuh Hugo terhuyung mundur usai menerima pukulan di wajahnya. Dia segera menghindar ketika tendangan di arahkan ke perutnya dan berdiri tegak balas meninju Aiden dengan seluruh penuh kekuatan.Bug!Aiden tidak bisa menghindar pukulan dan menghantam dinding di belakangnya.“Jangan bercanda, berhenti menyebut Iris sebagai istrimu, itu menjijikkan!” desis Hugo meraih kerah bajunya dan menekannya ke dinding kasar.“Pada kenyataannya Iris memang istriku,” Aiden meludah darah dari luka robek di gusinya. Dia balas mencengkeram kerah kemeja Hugo dengan mengancam.“Yang menjijikkan itu kamu! Kamu melecehkan istriku dan menggunakan status saudara untuk memeras Iris agar menerimamu! Kamu jauh lebih menjijikkan!” Aiden membanting Hugo ke dinding dan meninjunya sekali lagi.“Jauhi istriku brengsek!”Hugo menyeringai sinis mengusap sudut bibirnya yangberdarah dan balas meninju Aiden. “Tidak akan pernah. Aku tidak akan melepaskan Iris pada orang sepertimu!”Mereka terlibat perkelahian sengit. Baik
“Ah, hubungi aku jika Ibu butuh sesuatu.”“Omong-omong di mana Hugo? Mengapa dia lama di toilet?” tanya Lilian menyadari Hugo belum muncul setelah keluar ke toilet.Ada dua orang yang tegang karena pertanyaan Lilian.Iris teringat dengan kejadian toilet dan berusaha untuk tidak memikirkannya. Sementara Aiden berusaha mempertahankan topeng tenang di wajahnya mengingat perkelahiannya dengan Hugo di toilet masih menyisakan kekesalan dan amarah di dadanya.Ping!Ponsel Iris berbunyi di atas meja menandakan sebuah notice masuk di ponselnya. Dia melihat notice chat yang ditinggalkan Hugo.Mata Aiden menyipit tajam melihat nama Hugo muncul di layar ponsel Iris. Dia mendengus membuang muka dengan masam saat kata-kata pria itu sekali lagi tergiang di kepalanya.‘maaf pergi tanpa pamit, aku harus kembali ke kantor untuk mengurus sesuatu’“Ah, Hugo baru saja memberitahu dia kembali ke perusahaan. Ada sesuatu yang harus dia urus,” kata Iris memberitahu Lilian sambil menunjukkan ponselnya.“Begitu
Aiden tidak mendengarkannya. Dia mencengkeram pinggulnya sebelum menarik wanita itu duduk ke pengkuannya. Iris menjerit kaget tubuhnya tertarik duduk mengangkangi paha pria itu. Pipinya memanas menyadari posisi mereka terlalu sensual. Dia membuka mulutnya memprotes, tapi Aiden kembali mencium bibirnya yang terbuka dengan panas dan kasar, lidahnya memaksa masuk dalam bibir Iris yang terbuka, meredam protes wanita itu dalam mulutnya.Iris mengerang merasakan bibir panas Aiden melumat bibirnya dengan kasar seolah dia ingin memakannya. Dia tidak lembut, tapi Iris tidak merasa keberatan sama sekali dan bersemangat. Matanya terpenjam balas mencium pria itu linglung seolah melupakan keadaan sekitar. Tangan Aiden dengan nakal menggerayangi pahanya, mengangkat roknya ke atas pinggang dan menangkup pipi pantatnya.Iris tersentak mengerang dalam mulutnya. Rasionalitasnya kembali merasakan suhu ac mobil di bawah roknya. Dia menekan dada Aiden sebelum mendorongnya menyebabkan bibir mereka terlep
Wajah Aiden masam. “Seseorang memprovokasiku hari ini.”“Siapa? Apa itu ada hubungannya dengan perkelahianmu?” tanya Iris menatap sudut bibir Aiden yang terluka.Aiden menatapnya tenang. “Hugo Wallington, kudengar dia menyukaimu.”Ekspresi Iris langsung membeku. “Apa kamu bilang? Apa kamu mendengar percakapan kami?” Dia khawatir Aiden melihat apa yang terjadi di toilet.“Lebih baik kamu menjauhi pria itu,” peringat Aidem.Iris mengernyit agak tidak senang. “Kamu tidak bisa mengaturku menjauhi siapa pun. Hugo adalah saudaraku yang selalu membantuku selama ini. Aku tidak bisa menjauhinya begitu saja.”“Tapi dia menyukaimu. Apa kamu membiarkan pria lain mendekatimu saat kamu masih bersamaku?! Wanita macam apa kamu?”Suasana tiba-tiba menjadi panas di antara mereka.“Aku bersedia bersamamu karena Dimitri, bukan agar kamu bisa mengaturku!” balas Iris dingin.“Lalu kamu ingin Dimitri melihat ibunya menjalin hubungan dengan pria lain dan bermain-main dengan mereka?”Iris menamparnya marah,
Karena vila yang ditinggali Iris tidak memiliki banyak kamar, Lilian menunda pindah ke tempat mereka – yang membuat Aiden agak bersyukur— dan menunggu Aiden merenovasi salah satu properti rumah miliknya.Sementara Iris mencari sekolah untuk Dimitri di waktu luangnya. Namun ada banyak sekolah TK swasta dan semuanya adalah terbaik di York City hingga Iris kesulitan memilih. Akhirnya Iris menghubungi Nyonya Fuller untuk bertanya tentang sekolah karena Nyonya Fuller salah satu kenalan yang dia miliki di York City. Nyonya Fuller juga memasukkan putrinya, Ariella ke sekolah bulan ini. Jadi mereka membuat janji untuk bertemu di salah satu kafe.Iris memutuskan membawa serta putranya dalam pertemuan. Ketika dia sampai di salah satu kafe yang terkenal dan mewah. Dia melihat Megan melambaikan tangan memanggilnya. Dia membawa putrinya Ariella yang membuatnya senang. Dia sangat suka dengan gadis kecil itu.“Apa kabar Nyonya Fuller, aku harap tidak mengganggu waktumu,” kata Iris duduk di seberang
“Ya, Ariella adalah satu-satunya putri kami dan permata berharga kami. Suamiku mengajari Ariella belajar untuk bisnis karena aku tidak bisa hamil lagi,” kata Megan masam.“Ah, begitu. Pasti berat bagimu,” kata Iris hati-hati menatapnya prihatin. Dia tidak bertanya lebih lanjut apa Megan sakit, tapi karena itu terlihat masalah sensitif bagi wanita karena tidak bisa hamil lagi.Namun Megan tersenyum terlihat tidak keberatan menceritakan masalahnya. “Aku sakit kanker perut karena itu suamiku tidak ingin kami memiliki anak lagi.”Iris menutup mulutnya terkejut. “Apa kamu sudah menjalani perawatan? Tidak apa-apa kamu keluar seperti ini?” Dia bertanya cemas karena meminta Megan untuk bertemu di luar di luar.Megan tertawa kecil sambil melambaikan tangannya. “Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja karena sudah menjalani perawatan.”“Aku senang kamu membawaku keluar, karena aku sangat bosan di rumah terus. Suamiku tidak ingin aku menjalani aktivitas berat karena penyakitku.,” lanjutnya kemudian t
Mata Iris melebar menatap wanita itu dengan tatapan tidak percaya.“Tiga juta dolar? Kamu bercanda?!” cibir Iris.Tiga juta dolar bukan harga yang fantasi menurut Iris, apalagi hanya menggantikan high heels yang kotor karena secuil kue. Dia tidak ingin menyia-nyiakan uang untuk Alice yang selalu menindasnya di masa lalu.Alice terkikik merendahkan sambil menyilangkan tangannya di depan dada memandnag Iris meremehkan. “Kenapa, tidak sanggup membayar, ya? Oh aku lupa kamu mantan pelayan bar tentu tidak akan mampu mengganti rugi sepatuku ini!”Iris menatap datar, tidak terpengaruh dengan penghinaan Alice. “Aku hanya tidak ingin menyia-nyiakan uangku untukmu.”Alice tertawa menghadap teman-temannya. “Apa kalian dengar itu? ‘Aku tidak ingin menyia-nyiakan uangku untukmu’ seolah-olah dia punya uang!”Teman-temannya menyeringai menatap Iris merendahkan.Alice kembali menghadap Iris dan mencibir, “Tidak perlu bersikap sok kaya. Aku tahu kamu mencoba terlihat berkelas seperti kami dan putus a