“Ah, hubungi aku jika Ibu butuh sesuatu.”“Omong-omong di mana Hugo? Mengapa dia lama di toilet?” tanya Lilian menyadari Hugo belum muncul setelah keluar ke toilet.Ada dua orang yang tegang karena pertanyaan Lilian.Iris teringat dengan kejadian toilet dan berusaha untuk tidak memikirkannya. Sementara Aiden berusaha mempertahankan topeng tenang di wajahnya mengingat perkelahiannya dengan Hugo di toilet masih menyisakan kekesalan dan amarah di dadanya.Ping!Ponsel Iris berbunyi di atas meja menandakan sebuah notice masuk di ponselnya. Dia melihat notice chat yang ditinggalkan Hugo.Mata Aiden menyipit tajam melihat nama Hugo muncul di layar ponsel Iris. Dia mendengus membuang muka dengan masam saat kata-kata pria itu sekali lagi tergiang di kepalanya.‘maaf pergi tanpa pamit, aku harus kembali ke kantor untuk mengurus sesuatu’“Ah, Hugo baru saja memberitahu dia kembali ke perusahaan. Ada sesuatu yang harus dia urus,” kata Iris memberitahu Lilian sambil menunjukkan ponselnya.“Begitu
Aiden tidak mendengarkannya. Dia mencengkeram pinggulnya sebelum menarik wanita itu duduk ke pengkuannya. Iris menjerit kaget tubuhnya tertarik duduk mengangkangi paha pria itu. Pipinya memanas menyadari posisi mereka terlalu sensual. Dia membuka mulutnya memprotes, tapi Aiden kembali mencium bibirnya yang terbuka dengan panas dan kasar, lidahnya memaksa masuk dalam bibir Iris yang terbuka, meredam protes wanita itu dalam mulutnya.Iris mengerang merasakan bibir panas Aiden melumat bibirnya dengan kasar seolah dia ingin memakannya. Dia tidak lembut, tapi Iris tidak merasa keberatan sama sekali dan bersemangat. Matanya terpenjam balas mencium pria itu linglung seolah melupakan keadaan sekitar. Tangan Aiden dengan nakal menggerayangi pahanya, mengangkat roknya ke atas pinggang dan menangkup pipi pantatnya.Iris tersentak mengerang dalam mulutnya. Rasionalitasnya kembali merasakan suhu ac mobil di bawah roknya. Dia menekan dada Aiden sebelum mendorongnya menyebabkan bibir mereka terlep
Wajah Aiden masam. “Seseorang memprovokasiku hari ini.”“Siapa? Apa itu ada hubungannya dengan perkelahianmu?” tanya Iris menatap sudut bibir Aiden yang terluka.Aiden menatapnya tenang. “Hugo Wallington, kudengar dia menyukaimu.”Ekspresi Iris langsung membeku. “Apa kamu bilang? Apa kamu mendengar percakapan kami?” Dia khawatir Aiden melihat apa yang terjadi di toilet.“Lebih baik kamu menjauhi pria itu,” peringat Aidem.Iris mengernyit agak tidak senang. “Kamu tidak bisa mengaturku menjauhi siapa pun. Hugo adalah saudaraku yang selalu membantuku selama ini. Aku tidak bisa menjauhinya begitu saja.”“Tapi dia menyukaimu. Apa kamu membiarkan pria lain mendekatimu saat kamu masih bersamaku?! Wanita macam apa kamu?”Suasana tiba-tiba menjadi panas di antara mereka.“Aku bersedia bersamamu karena Dimitri, bukan agar kamu bisa mengaturku!” balas Iris dingin.“Lalu kamu ingin Dimitri melihat ibunya menjalin hubungan dengan pria lain dan bermain-main dengan mereka?”Iris menamparnya marah,
Karena vila yang ditinggali Iris tidak memiliki banyak kamar, Lilian menunda pindah ke tempat mereka – yang membuat Aiden agak bersyukur— dan menunggu Aiden merenovasi salah satu properti rumah miliknya.Sementara Iris mencari sekolah untuk Dimitri di waktu luangnya. Namun ada banyak sekolah TK swasta dan semuanya adalah terbaik di York City hingga Iris kesulitan memilih. Akhirnya Iris menghubungi Nyonya Fuller untuk bertanya tentang sekolah karena Nyonya Fuller salah satu kenalan yang dia miliki di York City. Nyonya Fuller juga memasukkan putrinya, Ariella ke sekolah bulan ini. Jadi mereka membuat janji untuk bertemu di salah satu kafe.Iris memutuskan membawa serta putranya dalam pertemuan. Ketika dia sampai di salah satu kafe yang terkenal dan mewah. Dia melihat Megan melambaikan tangan memanggilnya. Dia membawa putrinya Ariella yang membuatnya senang. Dia sangat suka dengan gadis kecil itu.“Apa kabar Nyonya Fuller, aku harap tidak mengganggu waktumu,” kata Iris duduk di seberang
“Ya, Ariella adalah satu-satunya putri kami dan permata berharga kami. Suamiku mengajari Ariella belajar untuk bisnis karena aku tidak bisa hamil lagi,” kata Megan masam.“Ah, begitu. Pasti berat bagimu,” kata Iris hati-hati menatapnya prihatin. Dia tidak bertanya lebih lanjut apa Megan sakit, tapi karena itu terlihat masalah sensitif bagi wanita karena tidak bisa hamil lagi.Namun Megan tersenyum terlihat tidak keberatan menceritakan masalahnya. “Aku sakit kanker perut karena itu suamiku tidak ingin kami memiliki anak lagi.”Iris menutup mulutnya terkejut. “Apa kamu sudah menjalani perawatan? Tidak apa-apa kamu keluar seperti ini?” Dia bertanya cemas karena meminta Megan untuk bertemu di luar di luar.Megan tertawa kecil sambil melambaikan tangannya. “Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja karena sudah menjalani perawatan.”“Aku senang kamu membawaku keluar, karena aku sangat bosan di rumah terus. Suamiku tidak ingin aku menjalani aktivitas berat karena penyakitku.,” lanjutnya kemudian t
Mata Iris melebar menatap wanita itu dengan tatapan tidak percaya.“Tiga juta dolar? Kamu bercanda?!” cibir Iris.Tiga juta dolar bukan harga yang fantasi menurut Iris, apalagi hanya menggantikan high heels yang kotor karena secuil kue. Dia tidak ingin menyia-nyiakan uang untuk Alice yang selalu menindasnya di masa lalu.Alice terkikik merendahkan sambil menyilangkan tangannya di depan dada memandnag Iris meremehkan. “Kenapa, tidak sanggup membayar, ya? Oh aku lupa kamu mantan pelayan bar tentu tidak akan mampu mengganti rugi sepatuku ini!”Iris menatap datar, tidak terpengaruh dengan penghinaan Alice. “Aku hanya tidak ingin menyia-nyiakan uangku untukmu.”Alice tertawa menghadap teman-temannya. “Apa kalian dengar itu? ‘Aku tidak ingin menyia-nyiakan uangku untukmu’ seolah-olah dia punya uang!”Teman-temannya menyeringai menatap Iris merendahkan.Alice kembali menghadap Iris dan mencibir, “Tidak perlu bersikap sok kaya. Aku tahu kamu mencoba terlihat berkelas seperti kami dan putus a
“Hahaha, itu tidak benar. Kalian percaya perempuan ini? Dia itu semut pemanjat status sosial! Aku memang sepupu Aiden Ridley. Bibiku adalah Nyonya Ridley dan Ibu Aiden!” seru Alice panik dan marah.Iris menyeringai saat dia mencibir dingin. “Setahu aku Nyonya Ridley saat ini adalah hanya ibu tiri Aiden. Dia juga berasal dari kalangan miskin yang menikah Tuan Ridley saat itu. Bukankah itu juga disebut ‘panjat status sosial’ seperti yang selalu kamu katakan? Kamu menghina orang lain panjat status, sementara kamu sendiri tak jauh berbeda.”Wajah Alice berubah dari pucat ke merah karena marah. Dia mengangkat tangannya untuk menampar Iris.“Tutup mulutmu jalang sialan—“Tiba-tiba sebuah tangan menangkap pergelangan tangan Alice sebelum dia menyentuh Iris. Alice menoleh dengan marah.“Siapa kamu ?!”Iris menoleh dan terkejut melihat Megan berdiri di sebelahnya dan menahan tangan Alice.Megan menatap Alice tidak ramah. “Kamu tahu menggunakan kekerasan bisa membuatmu dituntut.”Alice menarik
“Ayo pergi, jangan membuang waktu dengan orang-orang tidak penting ini. Dimitri mencarimu karena kamu lama,” ujar Megan meraih lengan Iris.“Ah, tunggu sebentar, kue yang kupesan sudah kotor. Aku akan memesan lagi ... untuk suamiku.” Iris berkata dengan sengaja sambil melirik ke arah Alice.Alice menatapnya dengan penuh kebencian sebelum berbalik pergi dengan gusar tanpa mengambil kertas cek uang yang lempari Iris. Teman-temannya segera mengikutinya, salah satu mengambil cek uang yang ditinggal Alice tanpa merasa malu dan mengejar teman-temannya.Iris dan menggelengkan kepalanya. Iris segera memanggil pelayan untuk membersihkan kotak kuenya yang tumpah di lantai dan memesan dua kotak kue lagi. Dia tidak berbohong akan membawa kue untuk Aiden karena dia berniat mengunjungi pria itu di perusahaannya untuk membahas proyek Big Island yang mengalami beberapa kendala.“Ayo menunggu di meja,” kata Iris pada Megan dan keduanya kembali ke meja mereka selagi menunggu kue yang dipesan dibungkus