Marcus keluar dari hotel karena dipanggil Andrew dan meninggalkan Candra sendirian di kamar hotel itu.Dia mengompres pipinya dengan kompres dingin dan melirik jam tangan menunjukkan pukul 10 malam. Sebentar lagi Paman Hugo akan pulang. Dia ingin memberinya kejutan untuk ulang tahunnya. Candra bersemangat seolah tidak merasakan jet lag dan memesan layanan kamar untuk mengantarkan makan malam, wine dan kue tart untuk di antar di kamar Hugo. Untunglah dia sudah mencuri kartu kunci hotel kamar Hugo dari dompet Marcus.Kamar Hugo sangat luas dan mewah dibandingkan kamar suite Marcus saat Candra masuk ke kamar itu.Dia menghempaskan tubuhnya di ranjang king size dan berguling-guling di kasur menghirup aroma tubuh kekasihnya di selimut dan bantal dengan penuh kerinduan. Terbayang sosok Hugo terbaring mengistirahatkan tubuhnya yang lelah dan terlelap.Candra sangat merindukannya dan tidak sabar ingin bertemu dengan pria itu. setelah beberapa saat, Candra bangun menuju ke lemari. Dia membuka
Candra mendongak sambil tersenyum manis.“Paman Hugo, kapan kamu datang?”Hugo terdiam dan memandang gadis itu intens. Gadis itu mengenakan salah satu kemeja putihnya yang terlihat kebesaran di tubuh mungilnya. Rambutnya masih setengah basah. Mata Candra sembab dan sedikit merah, namun wajahnya tetap terlihat ceria. Hugo mengerut kening melihat memar di wajah gadis itu.“Apa yang kamu lakukan di sini?” Hugo membungkuk meraih lengan gadis itu agar berdiri dari bathub yang kosong, ada air di dalamnya.“Sejak kapan kamu di kamarku? Mengapa kamu tidak menghubungiku jika kamu akan datang ke Paris.” tanyanya dengan tenang tanpa melepaskan tatapannya dari wajah Candra.Candra berdiri di depannya sambil tersenyum riang. “Kejutan! Aku ingin mengejutkan dan merayakan ulang tahun Paman Hugo! Selamat ulang tahun Paman!” Dia memaksakan suaranya agar terdengar riang meski dia merasakan tenggorakannya tercekat.Candra memaksakan dirinya agar ceria, tidak ingin membuat Hugo curiga karena mendengar pe
“Aku benar-benar terjatuh, tolong lepaskan aku, aku harus kembali ke kamar sebelum Marcus mencariku ...” Candra mendorong dada Hugo menjauh.Namun kekuatan Hugo sangat besar. Tubuhnya kecil dan lemah tidak bisa mendorong tubuh besar dan tinggi Hugo.Hugo mendesah tapi tidak melepaskan pelukannya di pinggang Candra. “Malam ini tidur di kamarku.”“Aku tidak bisa—“ Bibir Candra tiba-tiba terkatup saat Hugo menciumnya, membungkam protesnya. Dia mengatup bibirnya tapi tidak membalas ciuman Hugo.Hugo memperdalam ciumannya sebelum melepaskan bibirnya karena tidak ada respon dari gadis itu. matanya menatap Candra intensnya, “Tidurlah di sini, aku sangat merindukanmu ....”Candra mencoba tersenyum. “Aku juga merindukanmu, Paman,” ujarnya pelan agar Hugo bahagia.Hugo terdiam menatap mata gadis itu, tidak ada binar keceriaan dan rindu yang selalu bersinar di mata hazelnya.Hugo melepaskan pelukannya dan mundur sedikit. “Keluarlah, aku akan mandi. Tapi tetap di kamarku, aku akan menjelaskan pad
Sungguh tak terduga. Siapa yang memulai duluan? Candra atau bosnya? Candra itu gadis kecil yang polos. Dia menyaksikannya tumbuh menjadi gadis paling cantik yang ceria. Apa mungkin bosnya yang menggoda gadis kecil itu? Bagaimana pun reputasinya ....“Tutup mulutmu Andrew dan enyah dari sini!” Ekspresi Hugo sangat gelap memelototi Andrew yang menatapnya seolah sedang melihat seorang predator seksual.Andrew langsung mengatupkan bibirnya dan buru-buru minta maaf sebelum berbalik meninggalkan kamar Hugo.Ekspresi Hugo benar-benar gelap. Dia memandang kue tart dengan lilin menyala sebelum menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan amarahnya. Namun kotak kondom di samping kue tart itu menghancurkan suasana hatinya.Dia membanting gelas wine ke TV di depannya hingga pecah.....Keesokkan paginya Candra bangun dengan perasaan lesu dan sakit kepala. Candra duduk sambil memijat-mijat kepalanya. “Jam berapa sekarang?” gumamnya lalu mencari ponselnya di atas meja.“Jam sepuluh. Kamu melewatkan
Candra berhenti menoleh ke asal suara yang memanggilnya. Dia mengerang melihat Hugo duduk di salah satu sofa yang digunakan untuk bersantai di lobi hotel. Pria itu menatap langsung ke arahnya dengan secangkir kopi di tangannya. Dia mengenakan pakaian sweater hitam tebal dengan mantel abu-abu di tubuh kekarnya membuatnya terlihat sangat menarik.Candra ingin berpura-pura tidak mendengar Hugo memanggilnya, karena bagaimana pun dia mengenakan masker. Hugo tidak akan mengenalinya. Dia menunduk berjalan melewati Hugo.“Candra!” Hugo memanggilnya sekali lagi dengan suara yang lebih dingin dan tajam.Candra berhenti sambil menarik napas dalam-dalam dan berbalik menghadap pria itu.“Paman Hugo ....” Dia memanggilnya dengan suara manis sebelum duduk di depan Hugo. Dia melepaskan maskernya dan menatap Hugo dengan senyum palsu.“Aku dengar Paman keluar jalan-jalan dengan Marcus dan lainnya untuk merayakan ulang tahunmu, mengapa kamu sendirian di sini, Paman. Di mana Andrew dan Marcus?”“Mereka s
Candra menoleh memandang keluar jendela melihat mereka berhenti di pinggir jalan. “Kenapa berhenti, Paman?” Dia kembali menoleh memandang Hugo namun tiba-tiba bibirnya terkenci dalam bibir Hugo.Pria itu menangkup leher Candra dan mencium bibirnya.Candra tidak merespons yang membuat Hugo kecewa dan melepaskan bibir gadis itu. “Kamu sungguh terganggu. Ini tidak seperti kamu yang biasa.”Candra mengerjap panik melihat ekspresi kecewa di wajah Hugo. “Bukan seperti itu. Hanya ....” Candra tidak tahu bagaimana menjelaskan dan terbata-bata.Dia ingin tidak ingin membuat Hugo kecewa atau membuatnya tidak bahagia.Hugo menatapnya tanpa emosi. “Aku memberimu kesempatan untuk mundur. Belum terlambat untuk menghentikan hubungan ini.”Candra membeku, matanya memanas. “Aku minta maaf, aku— ada banyak hal yang aku pikirkan. Aku memang memikirkan pembicaraanmu dengan wanita di kamar hotel itu. Dia mengand—“Hugo mengusap wajah gadis itu untuk menghen. “Aku sudah pernah bilang padamu, aku bisa mem
Jika Hugo tidak menyembunyikan hubungan mereka, dia tidak akan menjadi kekasih gelapnya. Candra akan dengan bangga pamer di depan Marcus.Hugo tidak berkomentar dan menyesap kopinya selama beberapa saat. “Jika ada yang menyebutmu murahan, beritahu aku. Aku akan menutup mulut mereka.”“Aku yang menyebut diriku murahan. Tidak ada orang lain,” balas Candra getir. Lagian siapa yang tahu hubungan mereka dan menghinanya karena murahan.“Loh, Hugo ....”Keduanya menoleh melihat seorang wanita menghampiri mereka.“Liera ....” Hugo mengerut kening pada wanita yang menghampiri mereka.Candra langsung menyusut menundukkan kepalanya dengan mata melebar. Jantungnya berdegup kencang.“Ternyata memang kamu. aku sudah mencarimu ke mana-mana,” kata Liera duduk di salah satu kursi kosong. Lalu menatap gadis di depan Hugo. “Candra ya, kamu juga ada di sini ....”Candra mengangkat kepalanya dan memandang Liera dengan senyum sopan.“Nona Walton, apa kabar?”“Wow, sikap sopan dari mana ini,” goda Liera, n
Candra kembali ke kamar hotel sendirian. Dia mengurung diri di kamar, bergelut dengan ketakutan dan kecemasannya. Dia tidak bisa berhenti memikirkan ancaman Liera dan ayah kandungnya. Apa yang harus dia lakukan? Dia tidak bisa menyembunyikan tentang ayah kandungnya dari Paman Hugo. Candra juga takut menghadapi Carter dan kekejamannya. Apakah datang ke Paris sebuah kesalahan? Dia belum selesai dengan masalah ayah kandungnya, dan itu belum cukup. Fakta bahwa dia hanya salah satu wanita yang bersama Hugo dan wanita lain yang sedang mengandung anak pria yang dicintainya sangat mengganggu hatinya, kini hadir Liera yang mengancam ayah kandungnya membuat Candra di landa ketakutan. Semua masalah ini membuatnya ingin mengakhiri hidupnya. Mengapa semua ini harus terjadi padanya? Kesalahan apa yang telah dia perbuat hingga harus menerima semua ini? “Apa yang terjadi padamu?” Sebuah suara menginterupsi pikiran kacau Candra disertai cahaya terang yang tiba-tiba menerangi kamar itu. Candra men