“Apa kamu baru saja memarahi Peter?”Aiden hanya mendengus acuh tak acuh tidak menanggapi pertanyaan wanita itu dan membolak-balik laporan keuangan di atas mejanya.“Apa yang membuatmu kemari?”Felicia tersenyum. “Tidak ada yang penting sih. Aku hanya ingin tanya apa kamu ada waktu ikut acara reuni SMA kita?”“Aku tidak akan datang.”“Ayolah. Kamu harus datang kali ini. Kamu menjadi semakin jauh sejak kamu menikah. Teman-teman kita berkomentar setiap kali kamu absen dari acara reuni. Mereka membicarakanmu di belakang bahwa hidupmu dikendalikan istrimu,” kata Felicia menggoda.Aiden mengernyit dan mendongak menatap Felicia senang. “Omong kosong. Aku hanya sibuk.”Felicia tertawa. “Kamu harus mengonfirmasi itu sendiri. Tidak ada yang akan percaya apa yang kukatakan bahwa kamu sibuk. Lagi pula kamu berhenti ikut acara reuni sejak kamu menikah. Mereka mengolok-olokmu karena terpincut dengan mantan pelayan bar dan melupakan Letizia—“ Felicia tersentak saat Aiden memukul meja kerjanya.Aid
“Aku tidak tahu jelasnya bagaimana kalian bisa bersama. tapi ketika Iris kembali ke York City, dia membawa seorang anak yang mirip denganmu. Mungkin karena Dimitri membutuhkan sosok ayahnya, kalian akhirnya rujuk,” jelas Felicia tanpa berusaha menjelek-jelek Iris di depan Aiden.Aiden tidak menanggapi selama beberapa saat.“Lalu bagaimana dengan pria itu?”Felicia tersenyum. “Jangan khawatir, aku dengar Hugo Wallington hanya sepupu Iris dan dia juga yang membesarkan Dimitri bersama Iris selama enam tahu di Negara S. Tapi kamu ... kamu terlihat tidak menyukai Hugo Wallington itu.”Aiden mendongak memandangnya dengan wajah tanpa ekspresi.“Mengapa aku tidak menyukai Hugo?”“Hm ... kamu sendiri yang lebih baik daripada aku,” kata Felicia. “Pikirkan perasaanmu seperti apa melihat Hugo Wallington yang menjemput Iris enam tahun yang lalu saat dia meninggalkan rumah. Selama enam tahun mereka hidup bersama dan membesarkan Dimitri, menurutmu bagaimana perasaanmu saat pria lain membesarkan anak
“Nyonya—“ Royid berdiri hendak menyapa Iris ketika melihatnya keluar dari kantor Aiden. tapi itu melewatinya dengan cepat sambil menundukkan kepalanya. “Apa terjadi?” gumam Royid sambil menggaruk belakang lehernya bingung.Belum lima menit Iris masuk ke kantor Presdir, dia sudah keluar dengan ekspresi sedih seolah diusir.Tak lama kemudian Peter dan Felicia keluar dari kantor Aiden. Peter melewati meja kerjanya dan keluar dari kantor itu tergesa-gesa seolah sedang kebelet. Sementara Felicia berhenti di depan meja kerja Royid sambil menyilangkan tangannya di depan dada dan menatap pria itu tajam.“Royid, apa kamu mau dipecat?!” Royid membelalak bingung dan cemas. “Apa aku membuat kesalahan?”“Tentu saja kamu membuat kesalahan! Beraninya kamu membiarkan sembarangan orang masuk di kantor dan mengganggu pertemuan Aiden!”“Maksud kamu Nyonya Iris? Tapi Nyonya Iris adalah istri Presdir.“ Royid berkata dengan bingung.Felicia berdecak kesal mendengar menyebutan Iris sebagai istri A
“Cepatlah, kulit kepalaku sakit!” keluh Iris mencoba melepaskan rambutnya yang tersangkut.“Maaf ....” Peter juga panik dan berdebar. Posisi mereka terlalu dekat. Jika orang lain melihat, akan muncul rumor yang tidak menyenangkan antara dia dan istri bos.“Awww, sakit sekali! Cepat lepaskan.” Iris mengerang mencoba menarik kepalanya karena dia tidak bisa melihat rambutnya yang tersangkut. “Nyonya tolong jangan bergerak! Aku hampir melepaskan—““Apa yang sedang kalian lakukan!”Terdengar sebuah suara dingin membentak mereka. Kedua orang itu langsung menoleh dan membelalak melihat sosok Aiden berdiri tak jauh sebelum mendekati mereka dengan ekspresi gelap di wajahnya. Felicia menyusulnya di belakang.Felicia tersenyum tampak senang dengan pemandangan di pemandangan di depannya.“Ya, ampun. Aku tahu kalau kalian sangat dekat, tapi apa kalian harus menunjukkan kedekatan kalian di sini, di mana siapa saja bisa melihat dan salah paham. Apa kalian sadar sedang berada di mana? Bag
Felicia menatap Iris sambil menahan senyum sebelum mengubah wajahnya menjadi sedih dan berbalik menghadap Aiden. Dia menundukkan kepalanya masuk ke dalam lift.“Maafkan aku Aiden,” bisiknya lirih memegang pipinya.Aiden tidak berkomentar dan memandang lurus wanita yang berdiri diam di depan.Iris tidak bergerak di tempat sampai pintu lift tertutup. Begitu sosok Aiden menghilang di balik lift. Air mata mengalir di pipinya. Dia bahkan tidak memakan bekal yang dibuatnya.“Nyonya, kamu tidak apa-apa?” Peter bertanya dengan hati-hati. “Maafkan aku, Presdir menjadi marah padamu karena aku— Nyonya!” Peter buru-buru menahan tubuh Iris yang terlihat lunglai.Iris mencengkeram lengan Peter dan mencoba berdiri tegak. Tangannya mencengkeram perutnya. “Aku baik-baik saja. Perutku hanya sakit,” bisik Iris lemah.Wajah Peter berubah panik. Dia baru ingat Iris sedang hamil. “Janinmu Nyonya! Aku akan menghubungi Presdir dan membawamu ke rumah sakit!” dia buru-buru mengeluarkan ponselnya, tapi
Aiden tersenyum mengacak-acak rambut putranya dan berkata pada Bibi Marry. “Tidak apa-apa, aku akan mandi bersama Dimitri. Tolong katakan pada Bibi Lina buat makan malam saja untuk Dimitri saja. Aku masih ada urusan malam ini di luar.”“Ah, baik Tuan.” Bibi Marry mengangguk dan pergi ke dapur.Di dalam kamar mandi tempat tidur Iris dan Aiden.Aiden menggenggam Dimitri masuk ke kamar mandi. “Lepaskan bajumu, daddy akan mengisi air dalam bak mandi,” kata Aiden lalu mengisi air dalam bak mandi.Dimitri mengangguk dengan semangat melepaskan pakaian di tubuh kecilnya hingga telanjang. Setelah melepas pakaiannya dia memandang Aiden yang kemudian juga melepaskan pakaian serta celana panjangnya.Mulut Dimitri terbuka dengan ekspresi kagum melihat ayahnya sangat tinggi. Dia sangat mengagumi sosok ayahnya yang tinggi dan keren. Pandangan Dimitri turun ke bawah dan melihat ‘milik’ ayahnya yang besar, lalu melihat ‘burung kecil’nya sendiri. Dia cemberut menutup miliknya sendiri dan mena
“Bagaimana menurutmu tentang hotel ini?” Hugo bertanya sambil menyesap wine di gelasnya. “Lumayan. Mereka memiliki menu makanan malam yang luar biasa. Kudengar hotel ini salah satu hotel yang cukup terkenal di York City,” kata Iris menatap buku menu di tangannya sementara pelayan mencatat pesanannya. Hugo tersenyum samar. “WLT Group sedang melakukan proses akuisisi hotel Golden Wings.” Mata Iris membelalak menatap Hugo. “Serius? Kamu baru 3 bulan di sini, tapi sudah mengakuisisi dua hotel yang cukup terkenal di York City. Kamu sangat mengagumkan.” Hugo hanya tersenyum dan melambaikan tangan pada pelayan yang sedang sedang mencatat. Pelayan itu mengangguk mengerti dan mundur sebelum keluar dari ruang privat itu. Hugo menatap Iris. “Inilah bisnis, tapi sebenarnya aku ingin meninggalkan aset untukmu di negara ini. Kamu akan memiliki sebagian saham Hotel Golden Wings. Aku tidak akan tinggal lama di sini dan kembali ke Negara S. Tapi sebaliknya kamu tinggal di negara ini dan kamu bi
“Ayolah, Iris bisa menjaga putramu, bukankah itu tugasnya sebagai seorang ibu? Mengapa kamu repot menjaga anakmu setelah seharian bekerja. Kamu butuh ruang untuk bersenang-senang dan melepas penat.” Aiden hendak menolak tapi Felicia sudah menggandeng lengannya dan membawanya menuju ruang pertemuan di restoran yang dalam hotel mewah di lantai satu. Mereka menuju ke area VIP. Aiden hanya bisa cemberut melepaskan lengannya dari Felicia. Dia memasukkan tangannya di saku celana mengikuti dan memandang ke depan. Seorang pelayan menyambut mereka. “Halo selamat malam, Tuan dan Nyonya.” Felicia tersenyum malu merasa seperti dipanggil sebagai suami istri. Dia mengalunkan tanggannya di lengan Aiden dan berkata dengan anggun. “Kamu sudah membuat reservasi di kamar privat 509 atas nama Jeremy.” “Ah, silakan ikut saya.” Pelayan itu berkata lalu kemudian menuntun mereka menuju ke area yang lebih dalam. Felicia membawa Aiden mengikuti pelayan itu dengan perasaan berbunga-bungan. Namun Aiden