Aiden tersenyum mengacak-acak rambut putranya dan berkata pada Bibi Marry. “Tidak apa-apa, aku akan mandi bersama Dimitri. Tolong katakan pada Bibi Lina buat makan malam saja untuk Dimitri saja. Aku masih ada urusan malam ini di luar.”“Ah, baik Tuan.” Bibi Marry mengangguk dan pergi ke dapur.Di dalam kamar mandi tempat tidur Iris dan Aiden.Aiden menggenggam Dimitri masuk ke kamar mandi. “Lepaskan bajumu, daddy akan mengisi air dalam bak mandi,” kata Aiden lalu mengisi air dalam bak mandi.Dimitri mengangguk dengan semangat melepaskan pakaian di tubuh kecilnya hingga telanjang. Setelah melepas pakaiannya dia memandang Aiden yang kemudian juga melepaskan pakaian serta celana panjangnya.Mulut Dimitri terbuka dengan ekspresi kagum melihat ayahnya sangat tinggi. Dia sangat mengagumi sosok ayahnya yang tinggi dan keren. Pandangan Dimitri turun ke bawah dan melihat ‘milik’ ayahnya yang besar, lalu melihat ‘burung kecil’nya sendiri. Dia cemberut menutup miliknya sendiri dan mena
“Bagaimana menurutmu tentang hotel ini?” Hugo bertanya sambil menyesap wine di gelasnya. “Lumayan. Mereka memiliki menu makanan malam yang luar biasa. Kudengar hotel ini salah satu hotel yang cukup terkenal di York City,” kata Iris menatap buku menu di tangannya sementara pelayan mencatat pesanannya. Hugo tersenyum samar. “WLT Group sedang melakukan proses akuisisi hotel Golden Wings.” Mata Iris membelalak menatap Hugo. “Serius? Kamu baru 3 bulan di sini, tapi sudah mengakuisisi dua hotel yang cukup terkenal di York City. Kamu sangat mengagumkan.” Hugo hanya tersenyum dan melambaikan tangan pada pelayan yang sedang sedang mencatat. Pelayan itu mengangguk mengerti dan mundur sebelum keluar dari ruang privat itu. Hugo menatap Iris. “Inilah bisnis, tapi sebenarnya aku ingin meninggalkan aset untukmu di negara ini. Kamu akan memiliki sebagian saham Hotel Golden Wings. Aku tidak akan tinggal lama di sini dan kembali ke Negara S. Tapi sebaliknya kamu tinggal di negara ini dan kamu bi
“Ayolah, Iris bisa menjaga putramu, bukankah itu tugasnya sebagai seorang ibu? Mengapa kamu repot menjaga anakmu setelah seharian bekerja. Kamu butuh ruang untuk bersenang-senang dan melepas penat.” Aiden hendak menolak tapi Felicia sudah menggandeng lengannya dan membawanya menuju ruang pertemuan di restoran yang dalam hotel mewah di lantai satu. Mereka menuju ke area VIP. Aiden hanya bisa cemberut melepaskan lengannya dari Felicia. Dia memasukkan tangannya di saku celana mengikuti dan memandang ke depan. Seorang pelayan menyambut mereka. “Halo selamat malam, Tuan dan Nyonya.” Felicia tersenyum malu merasa seperti dipanggil sebagai suami istri. Dia mengalunkan tanggannya di lengan Aiden dan berkata dengan anggun. “Kamu sudah membuat reservasi di kamar privat 509 atas nama Jeremy.” “Ah, silakan ikut saya.” Pelayan itu berkata lalu kemudian menuntun mereka menuju ke area yang lebih dalam. Felicia membawa Aiden mengikuti pelayan itu dengan perasaan berbunga-bungan. Namun Aiden
Teman-teman mereka di meja itu tertawa mengingat kejadian itu. Wanita itu melotot kesal sambil menyilangkan tangannya di depan dada. Felicia tertawa dan melirik Aiden. Dia menunjukkan buku menu ke depan pria itu. “Apa kamu masih suka menu makanan francis? Hotel ini menyediakan masakan prancis terbaik.” “Benar, aku suka hidangan di hotel ini karena menu makanan mereka yang terbaik, juga dengan anggur mereka.” Jeremy berkata sambil merangkul pundak Aiden. “Setelah makan malam, kita akan ke bar. Ayo kita minum di bar, sudah lama sekali kita minum-minum. Kamu ingat, setiap habis kerja kita akan berkumpul dan minum-minum untuk melepas penat, tapi di hotel ini juga bertemu dengan istrimu yang cantik.” Ucapan Jeremy langsung menarik perhatain teman-temannya yang lain. “Benarkah? Kudengar istri Aiden dulu bekerja sebagai pelayan bar di sebuah bar. Tak kusangka dia dulu bekerja di bar hotel ini,” komentar salah satu wanita menatap Aiden. “Ah, istrimu beruntung sekali. Dia memanjat dari
Wajah pria itu sedikit ceria dan bersemu kemerahan membuatnya terlihat dua kali lebih tampan. Jack memiliki pesona unik jika dibandingkan sosok Aiden dan Hugo yang tampan namun dingin. Iris sesaat terpesona tapi kemudian menggelengkan kepalanya. “Apa kamu habis minum Tuan Bilson?”“Ah! Apa aku berbau alkohol, ya?” Jack langsung mengendus badannya dan cengengesan sambil mengusap rambut belakangnyaIris tertawa tanpa sadar melihat perilaku Jack yang agak di luar karakternya. “Sedikit tercium alkohol, tapi aku menyadari karena kamu bertingkah sangat santai. Biasanya kamu sangat formal Tuan Bilson.”“Ah, begitu ya. Aku memang habis minum dengan rekan profesor. Hotel ini memiliki anggur terbaik.”Di tempat lain, Aiden keluar dari restoran dengan teman-temannya dan melihat pemandangan sosok Iris yang sedang mengobrol dengan pria lain yang tak dikenalnya di lobi hotel. Pria itu terlihat tampan dan ramah mengobrol berdua dengan istrinya seperti kenalan dekat.Dia mengeryit melihat itu. Ta
Iris menggertakkan gigi dan mengejar mobil Aiden. “Aiden! Berhenti!”Aiden melirik kaca spion melihat Iris mengejar di belakang mobil. Dia tetap menjalan mobilnya meski Iris mengejarnya di belakang, namun tatapannya tidak lepas dari kaca spion melihat wanita itu masih mengejar mobilnya.Tiba-tiba sebuah mobil muncul dari lain dan hampir menabrak Iris. Wanita itu tersentak dan jatuh ke tanah.Aiden spontan menginjak rem panik. Tanpa berpikir dia melepaskan sabuk pengaman dan membuka pintu mobil hendak turun. Akan tetapi seorang pria keluar dari mobil itu dan menghampiri Iris.Aiden berhenti melihat wajah pria itu terlihat akrab melalui kaca spion. Pria itu membantu Iris berdiri dan memeluknya erat.Wajah Aiden langsung dingin dan kembali duduk di kursinya.“Hugo Wallington? Apa dia ke sini dengan Iris?” Felicia berkomentar melihat ke belakang mobil. Dia melirik Aiden, “Apa kamu tidak ingin melihat kondisi istrimu? Sepertinya dia syok.”Aiden tersenyum sinis melihat pria lain menghampir
Siapa itu? Iris panik membuka matanya dengan lebar dan mendorong dada pria itu menjauh darinya. Karena kegelapan kamar membuatnya tidak bisa melihat orang di atasnya. Pria itu menangkap kedua tangan Iris di dadanya dan menekan pergelangan tangan wanita itu di atas kepalanya. Bibirnya mencium bibir mungil Iris dengan penuh nafsu. Iris membuka membuka mulutnya ingin berteriak, namun hal itu dimanfaatkan oleh pria itu untuk memasukkan lidahnya di dalam mulutnya. Dia terus menciumnya dengan panas. Iris mengerang sambil memejamkan matanya mencoba menenangkan dirinya. Tidak ada pria asing yang bisa masuk ke kamarnya karena ini rumahnya. Saat kepanikannya mereda, dia mencium aroma khas Aiden yang bercampur dengan alkohol. Iris membuka mata yang perlahan mulai beradaptasi dengan cahaya minim lampu tidur. Wajah Aiden terlihat jelas di depannya, menciumnya dengan penuh nafsu. Pria itu akhirnya pulang. Tapi hati Iris penuh dengan kekecewaan dan sakit hati. Dia membuka mulutnya dan menggigit
“Engh ....” Iris mengerang sambil mengucek kelopak matanya yang berat.Dia merenggangkan tubuhnya di bawah selimut sebelum akhirnya membuka matanya. Tangannya terangkat menghalangi silau cahaya matahari dari jendela.Iris mengantuk melirik jam weker di meja samping ranjang. Matanya langsung melebar melihat jam menunjukkan pukul sembilan pagi.Pada saat yang sama pintu kamarnya diketuk.“Nyonya, sekretarismu ada di sini mencarimu.”Suara Bibi Lina terdengar dari luar kamarnya. Iris langsung bangun dan duduk di tempat tidur.“Sebentar, suruh Lisa menunggu di ruang tamu! Aku akan segera keluar,” perintah Iris menarik selimut untuk menutup tubuh polosnya panik.“Baik Nyonya,” balas Bibi Lina dari luar dan meninggalkan kamar Iris.Iris mengusap wajahnya kusut melihat ke sekeliling kamar. Kamarnya masih berantakan, gaun tidur dan pakaian dalamanya berserakan di lantai. Tapi Iris tidak menemukan jejak satu pun pakaian Aiden seolah kejadian semalam hanya mimpi.Tapi rasa sakit dan pegal di tu