Anak buah Esme juga takut ketahuan dan buru-buru berlari ke arah Aiden, menyerang dengan tangan kosong.Aiden memandang mereka penuh amarah dan menjatuhkan salah satu dari mereka yang mendekat, dia menghajar, menendang, memukul dan memelintir leher mereka seolah kesurupan.Aiden sudah terlatih bela diri sejak SMP hingga lulus kuliah dan tidak pernah berhenti berlatih di gym. Menjatuhkan mereka bukan masalah baginya. Para preman itu hanya preman biasa, mereka menyerang secara acak.Esme cemas melihat anak buahnya jatuh satu persatu. Dia mengangkat pistolnya ke arah Aiden, jika Aiden berani menyerangnya. Dia tidak akan ragu menembaknya.Mata iris melebar melihat Esme mengarahkan pistolnya pada Aiden. tanpa berpikir dua kali, dia menerjang Esme dan mengarahkan pistolnya ke atas.Suara letupan senjatan api terdengar keras mengagetkan semua orang.Iris menahan pistol itu ke atas dan menarik pelatuk untuk menghabiskan peluru di dalam senjata api.“Jalang sialan, menyingkirkan dariku!” teria
“Angkat tangan! Tempat ini sudah dikepung! Kalian tidak akan bisa melarikan diri!”Sekelompok orang berpakaian hitam dan seragam polisi sudah tiba dalam gudang terbengkalai dan mengepung anak buah Esme.Anak buah Esme tidak sempat melarikan diri segera di ringkus.Esme panik melihat polisi dan hendak melarikan diri. Tapi seorang polisi menembak kakinya menyebabkannya jatuh.“Akh!” wanita paruh baya itu jatuh menjerit memegang kakinya yang berlumuran darah.Dua orang polisi bergegas menahan tubuhnya di lantai. “Jangan bergerak!”Iris tidak peduli dengan keadaan sekitarnya. Dia menutup mulutnya dan berlutut di samping tubuh Aiden yang kehilangan kesadaran. Dia berusaha menghentikan darah masih mengalir di kepala Aiden yang tak sadarkan diri.“Aiden! Kumohon siapa pun telepon ambulans!” Iris berteriak panik berusaha menahan darah yang mengalir di kepala Aiden. Air mata mengalir deras di pipinya. Rasa takut kehilangan pria yang dicintainya mencengkeram hatinya.Royid dan Peter bergegas me
Ketika mendengar nama Letizia, kening Iris berkerut dengan ekspresi suram. Dia sedang tidak ingin mendengar apa pun tentang hubungan Aiden dan Letizia.“Aku sudah tahu, aku tidak ingin mendengar apa pun tentang hubungan mereka.”“Nyonya, tolong dengarkan dulu. Anda salah paham tentang Presdir.”“Aku tahu dan tidak ingin mendengar,” ujar Iris menggertakkan gigi. Dia memutuskan tidak akan peduli bagaimana hubungan Letizia dan Aiden di belakangnya.Bahkan jika Aiden tidak bisa melupakan mantan pacarnya dan menjadikan Letizia Hadid sebagai simpanannya, dia tidak akan peduli! Dia hanya ingin pria itu tetap ada sebagai ayah dari anak-anaknya dan mempertahankan rumah tangganya.“Nyonya, apa yang terjadi antara Presdir dan Nona Letizia tidak seperti yang Anda pikirkan. Presdir merasa bersalah pada Nona Letizia karena sepuluh tahun yang lalu, Nona Letizia dipaksa menikah karena Nyonya Esme untuk memutuskan hubungannya dengan Aiden,” kata Peter tergesa-gesa.Iris menatapnya dengan ekspresi koso
“Kamu diculik, terluka dan pingsan selama satu hari. Kamu membuatku takut setengah mati mendengar berita kamu diculik dan dirawat di rumah sakit. Untunglah kamu tidak menderita luka serius,” jawab Hugo kembali duduk di kursi samping ranjang Iris. Iris mengerjap memandang kosong langit-langit kamar saat kejadian kemarin membanjiri kepalanya. Dia tersentak cemas dan berusaha bangun. “Bagaimana keadaan Aiden? Apa dia sudah baik-baik saja?” “Tenanglah, pria itu selamat. Hidupnya sangat beruntung.” kata Hugo dengan kening berkerut menahan Iris agar tidak turun di tempat tidur. “Kondisimu masih lemah, tetaplah di tempat tidur.” Iris menggelengkan kepalanya dan tetap mencoba turun dari tempat tidur. “Aku harus melihat sendiri bagaimana keadaan Aiden.” “Iris, pria itu masih hidup jika itu yang kamu khawatirkan. Kamu seharusnya mengkhawatirkan dirimu dan anak dalam perutmu,” kata Hugo dingin. Iris langsung membeku dan meraba perutnya dengan wajah memucat. “Bayiku, bagaimana bayiku?”
Iris memaksa ingin menjenguk Aiden dan tak peduli dengan tubuhnya sendiri jika Hugo tetap melarangnya.Hugo mau tak mau membiarkan Iris menjenguk Aiden di kamar rawatnya dengan syarat Iris menggunakan kursi roda karena tubuh wanita itu masih lemah.Hugo mendorong kursi roda Iris, membawanya menuju kamar perawatan VIP Aiden.Peter kebetulan keluar dari pintu kamar rawat Aiden dan berpapasan dengan Iris.“Nyonya! Bagaimana kondisi Anda, apa dokter membolehkamu keluar dari kamar?” Peter segera menyapa Iris dengan ekspresi hormat.“Aku baik-baik saja. Peter, bagaimana kabar Aiden?” Iris bertanya cemas meraih tangan pria itu.Peter mendesah sambil menggelengkan kepalanya sambil menarik tangannya kikut ketika mendapat tatapan tajam dari Hugo Wallington.“Meski sudah melewati masa kritis, Presdir belum sadar dari komanya. Tapi tubuh Presdir baik-baik saja, kecuali kepalanya yang terluka parah.”Tenggorokkan Iris tercekat. Tubuhnya terasa lemas oleh sesak di dadanya. Dia mengepalkan tangannya
“Aku hanya ingin melihatnya! Biarkan aku masuk!”Tiba-tiba terdengar suara teriakan histeris di luar pintu.Iris menghentikan tangisannya dan menatap pintu kamar yang tertutup.“Kamu tidak boleh masuk.”Suara dingin Hugo terdengar acuh tak acuh di balik pintu.“Memang kamu siapa? Apa kamu tahu siapa aku? Aku adalah kekasih Aiden! Minggir, jangan menghalangiku!”Iris langsung mengenali suara wanita yang berteriak histeris. Ekspresi wajahnya menjadi muram.Iris menghapus air matanya sebelum mendorong kursi rodanya menuju pintu.Dia membuka pintu dan melihat pemandangan Hugo yang tengah menahan seorang wanita cantik yang berusaha masuk ke dalam kamar.“Aku tidak peduli siapa kamu dan apa hubunganmu dengan Aiden. Jika kamu berani muncul di depan Iris dan mengacaukan perasaannya, aku akan—““Hugo ....” panggil Iris tenang menyebabkan kedua orang itu menoleh memandangnya.Wajah cantik Letizia penuh dengan air mata segera menatap Iris liar dan marah.“Kamu! Semua salahmu Aiden menjadi seper
Tiga hari kemudian setelah gangguan Letizia, wanita itu tidak lagi muncul di depan Iris atau datang ke rumah sakit membuat Iris lega.Iris tidak meninggalkan sisi Aiden dan merawatnya dengan telaten selama tiga hari penuh. Dia meminta Hugo untuk menjaga Dimitri agar anak itu tidak melihat ayahnya yang terbaring koma di rumah sakit.“Nyonya, istirahatlah. Biar aku yang membersihkan tubuh Presdir. Kamu sudah tiga hari menjaga Presdir,” kata Peter meletakkan sebuah berkas di atas meja nakas samping ranjang. “Aku baik-baik saja. Aku sudah selesai melap tubuh Aiden.” balas Iris membilas handuk basah di tangannya sebelum meletakkan handuk itu di dalam mangkuk air.“Mengapa kamu tidak menggunakan perawat saja, Nyonya? Akan melelahkan jika kamu yang melakukan ini setiap hari. Belum lagi kamu sedang hamil.” Peter menatapnya prihatin.“Aku masih istrinya, sudah tugasku merawat suamiku,” balas Iris acuh tak acuh mengancingkan pakaian pasien di tubuh Aiden.“Peter, aku tidak ingin kehamilanku d
“Karena Aiden sedang koma dan tidak bisa bekerja. Kami tidak bisa membiarkan pekerjaan Presdir mengganggur, jadi kami memutuskan untuk menggantikan Aiden dengan pengganti sementara,” kata Pria tua dengan nada arogan lalu memberi isyarat pada sekretarisnya.Seorang pria yang mengenakan setelan kerja abu-abu mengeluarkan sebuah dokumen dan menunjukkannya pada Iris.“Sebagai istri Aiden, kamu harus mewakili Aiden dan menandatangan surat itu,” kata Kakek Billy.Iris mengambil dokumen itu dan hendak membaca isinya tapi sekretaris itu merebut dokumen itu darinya.“Nyonya, Anda hanya perlu menanda tangan surat ini,” ujarnya memberikan pulpen.“Aku tidak akan menanda tangan ini sebelum aku tahu apa isi dokumen itu,” kata Iris kasar.Kekek Billy mencibir. “Aku dengar kamu hanya mantan pelayan bar yang bahkan tidak berkuliah. Tidak perlu repot-repot mengetahui isi dokumen itu. Kamu hanya perlu memberi tanda tangan.”Iris memandang kakek Billy lalu melirik Felicia. “Apa Felicia yang memberitahum